Mohon tunggu...
Fuji Permana
Fuji Permana Mohon Tunggu... -

| love, peace, humanity | ``Hidup bukan untuk mencari kebaikan, tetapi hidup untuk berbuat kebaikan.`` Fuji's Quote | @FujiMistar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Makna Spiritual Pada Tokoh Semar

25 Mei 2014   23:48 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:07 13233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tokoh bernama Semar adalah salah satu tokoh dalam dunia pewayangan (wayang golek dan wayang kulit).Pada wayang golek tokoh Semar digambarkan berkulit hitam, wajahnya putih, memiliki rambut (kuncung) yang berjumlah 99 helai, jari tangannya mengepal kecuali telunjuknya yang keluar mengacung. Ia tidak memakai baju, pinggangnya memakai kain berwarna hitam dan putih, membawa kantong selendang. Jika ia berjalan setiap tiga langkah ia menengok ke kanan dan ke kiri lalu menengok ke belakang.

Gambaran sosok Semar ini memiliki makna yang mengajarkan bagaimana seharusnya manusia menjalani kehidupannya sebagai manusia sejati. Pada tulisan ini saya akan menguraikan makna yang tersirat dari sosok bernama Semar. Karena konotasi adalah makna ganda yang lahir dari pengalaman cultural dan personal, maka saya uraikan sesuai pengalaman personal.

Semar berkulit hitam, menggambarkan manusia yang selalu berjuang. Ia tidak ingin mendapatkan untung tanpa usaha. Warna hitam juga adalah hakikat dari tanah (bumi). Pada zaman dahulu ilmu dibagi menjadi empat tahap yakni: Saepi Geni (api), Saepi Bayu (angin), Saepi Banyu (air) dan Bumi (tanah).

Pertama Saepi Geni (api) adalah gambaran manusia yang baru belajar ilmu, sifatnya panas. Ia tidak ingin mengalah, selalu menjajal ilmunya dan ia ingin selalu keatas seperti sifat api dan angkuh. Saepi Bayu (angin) adalah gambaran manusia yang ilmunya lebih tinggi lagi, sifatnya angin rata. Ia melihat semua manusia sama. Ia tidak membeda-bedakan yang tua, muda, anak-anak, miskin, kaya, pejabat dan rakyat dimatanya tetap sama sebagai manusia. Umur tua dan muda hanya raganya, kaya dan miskin hanya lahiriahnya, pejabat dan rakyat hanya statusnya di dunia yang fana. Hakikatnya semua manusia sama di mata Tuhan, semuanya layak mendapat penghormatan dan kasih sayang tanpa dibeda-bedakan. Saepi Banyu (air) adalahgambaran manusia yang ilmunya lebih tinggi lagi, sifatnya air turun kebawah. Ia selalu rendah hati, ia selalu sopan dan santun kepada siapa pun. Ia tidak merasa dirinya lebih berilmu daripada yang lain. Ilmu Bumi (tanah) adalahgambaran manusia yang ilmu lahir dan batinnya sangat dalam, seperti tokoh Semar yang berkulit hitam gambaran manusia yang sudah sampai pada Ilmu Bumi. Bumi sifatnya diam, Bumi diinjak oleh banyak orang tetap diam, Bumi tidak marah walau manusia merusaknya. Semua kekuatan api, air dan angin adanya di dalam Bumi, tetapi ia memendamnya dan tidak menunjukannya. Artinya tidak sombong walau memiliki banyak ilmu dan kemampuan. Semua tumbu-tumbuhan tumbuh di bumi. Hewan dan manusia memakan hasil tanaman yang tumbuh di bumi. Artinya manusia yang sudah mencapai Ilmu Bumi ia mampu memberi manfaat kepada tumbuhan, hewan dan manusia. Kasih, sayang dan cintanya dia persembahkan untuk alam beserta isinya (tumbuhan, hewan dan manusia). Maka demikianlah tokoh Semar yang berkulit hitam menjelaskan ia adalah manusia yang mencapai Ilmu Bumi.

Wajahnya putih menggambarkan hati dan pikirannya yang bersih, yang tercermin di wajahnya. Untuk bisa membersihkan hati dan pikiran diperlukan perjuangan lahir dan batin. Salah satunya adalah wudu (mensucikan diri sebelum salat), mensucikan diri lahir dan diri batin. Untuk menghilangkan kotoran yang menempel di tubuh tentu saja akan lebih bersih dengan mandi daripada wudu, tetapi kenapa harus tetap berwudu? Karena wudu itu berfungsi membersihkan batin. Saat selesai berwudu pikiran harus bersih dari segala pikiran yang kotor, hati harus bersih dari segala penyakit hati, pandangan mata harus dijaga, pendengaran telinga harus dijaga, mulut tidak berbicara hal-hal yang tidak baik dan tangan tidak boleh menyentuh apa yang bukan haknya. Manusia yang baik tidak terlepas dari wudu, artinya setiap saat ia menjaga pandangannya, pendengarannya, perkataannya, hatinya dan pikirannya. Maka dari wajahnya akan terpancar sinar kebaikan yang dilambangkan dengan warna putih pada wajah Semar.

Rambutnya (kuncung) berjumlah 99 helai. Nama Tuhan dalam Islam juga ada 99. Artinya 99 nama Tuhan harus diingat dan selalu dijadikan landasan berpikir sebelum bertindak, dilambangkan dengan 99 helai rambut Semar yang ada di kepalanya. Begitu juga lubang yang ada di tubuh manusia berjumlah sembilan. 2 lubang mata, 2 lubang telinga, 2 lubang hidung, 1 lubang mulut dan 2 lubang lagi adalah lubang penis dan dubur. 9 lubang yang ada pada tubuh manusia adalah kenikmatan dan anugrah yang tiada tara. Tanpa lubang telinga misalkan, manusia tidak bisa mendengar. 9 lubang itu juga yang akan menjadi saksi apa yang telah manusia kerjakan semasa hidup. Matanya akan menjadi saksi untuk apa yang ia lihat, mulutnya akan menjadi saksi untuk apa yang ia ucapkan, telingannya akan menjadi saksi untuk apa yang ia dengarkan, dst. Jadi 99 helai rambut Semar yang ada di kepala bagian depan mengisaratkan bahwa segala tindakan harus dipikirkan dulu. Berpikir sebelum bertindak.

Jari tangannya mengepal kecuali jari telunjuknya yang mengacung. Satu jari telunjuk yang mengacung mengisaratkan bahwa jalan dan tujuan hidupnya lurus menuju Tuhan Yang Maha Esa. Tujuan hidupnya tidak untuk harta, tahta maupun wanita. Di dunia yang penuh tipu daya dan godaan, manusia terkadang lupa tujuan hidupnya untuk apa? Ada manusia yang terjebak dan habis umurnya untuk mengejar dan mengumpulkan harta, ada manusia yang tujuan hidupnya untuk mendapatkan tahta tertinggi sebelum mati, ada manusia (laki-laki) yang masa hidupnya sebagian besar dihabiskan untuk bersenang-senang bersama wanita dan memuja berhala cantik kemudian rela berbuat dosa dan keji. Itu sebabnya jari telunjuk manusia harus selalu diacungkan sambil mengucapkan syahadat untuk mengingatkan tujuan hidup manusia yang sebenarnya dan ini dilambangkan dengan jari telunjuk Semar yang mengacung setiap saat.

Tokoh Semar pada wayang golek tidak memakai baju, menggambarkan manusia yang sederhana dan tidak sombong dengan harta dunia. Baju/ pakaian manusia yang sebenarnya adalah kesucian, kehormatan dan kebaikan. Semar tidak memakai baju yang dibuat oleh tangan manusia artinya Semar melepaskan segala sifat dari diri manusia, yakni sifat sombong, angkuh, amarah, iri, dengki, jail, keji dst. Manusia yang telah mengenal jati dirinya akan bersikap rendah hati, tidak sombong dan tidak merasa memiliki apa-apa karena ia sadar semuanya adalah pemberian Tuhan. Manusia yang telah mengenal Tuhannya akan bersikap bijaksana karena ia mengetahui pasti bahwa dirinya tidak pintar dan tidak pantas berbuat tidak adil di hadapan Tuhannya. Ia sungguh mengetahui pasti kebesaran Tuhannya hingga ia takut dan merasa kecil di hadapan Tuhannya.

Tokoh Semar berjalan setiap tiga langkah menengok ke kiri, ke kanan dan kemudian kebelakang. Artinya manusia harus peka pada lingkungan sekitarnya. Mengengok ke kiri dan ke kanan adalah kepedulian manusia kepada lingkungan dan tetangganya. Apakah ada tetangga, teman dan saudara yang sedang kesulitan dan membutuhkan pertolongan? Dengan kepedulian antara manusia akan tercipta keharmonisan dan budaya saling membantu. Dari sikap peduli juga akan lahir kedamaian, kesejahteraan dan kemajuan.

Setiap tiga langkah Semar menengok ke belakang. Artinya langkah yang pertama adalah niat, langkah yang kedua adalah ucapan dan langkah yang ketiga adalah perbuatan. Semar menengok kembali setelah tiga langkah. Apakah niat, ucapan dan perbuatan dia telah benar? Apakah niat, ucapan dan perbuatan dia telah melukai manusia lain? Apakah niat, ucapan dan perbuatannya telah sama, tidak seperti pendusta dan manusia munafik yang niat dan ucapannya tidak sama, ucapan dan perbuatannya tidak sama. Segala sesuatu yang ia kerjakan dilihat kembali, jika meninggalkan kesalahan ia segera akan meminta maaf dan memohon ampun pada Tuhan.

Itulah tokoh Semar merupakan gambaran manusia sejati yang telah mengenal jati dirinya dan telah mengenal Tuhannya. Wujud, gerak dan sifatnya memiliki arti yang sangat dalam. Dengan demikian membuktikan kebudayaan wayang golek adalah kebudayaan yang cedas dan luhur. Nenek moyang kita dahulu menonton hiburan wayang yang memiliki nilai-nilai kehidupan dan spiritual yang teramat luhur. Wayang bukan sekedar hiburan tanpa nilai dan makna. Melalui kebudayaan yang menghibur, juga tersirat nilai, makna dan ajaran kehidupan untuk manusia. Membuktikan peradaban dan pendidikan bangsa Indonesia sangat maju sejak zaman dahulu.

Fujiep

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun