Mohon tunggu...
Nur Rohmi Aida
Nur Rohmi Aida Mohon Tunggu... lainnya -

ingin berkeliling dan mendapati segala hal keindahan yang dimiliki bumi ini...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Lebih Dekat dengan Kitab Kuning Lewat Acara MQK 2017

9 Desember 2017   23:44 Diperbarui: 9 Desember 2017   23:46 1880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri
dokpri
"Dalam bahasa Arab itu tidak ada sinonim, karena itulah ada pengkajian kitab kuning dalam pesantren. Sehingga diharapkan anak-anak pesantren mampu memahami  Al Quran sesuai gramatikal bahasa arab yang benar, agar mampu membedakan manakah makna metafor dan mana yang bukan"

Kurang lebih demikian yang saya tangkap dari penjelasan Pak Muhtadin selaku Humas Ditjend Pendidikan Islam Kemenag.

Selain Pak Muhtadin, kami disambut pula oleh Bp. Dr. Abdul Moqsit  Ghazali. Dalam sambutannya, beliau menjelaskan bahwa para santri melalui proses yang panjang dalam memperoleh intelektualitas dalam pondok pesantren. Intelektualitas yang tidak diperoleh secara instan, karena para santri menyelesaikan pendidikannya di pondok dalam waktu yang cukup lama. Itu berarti, lama pula waktu mereka dalam mempelajari kitab kuning. Dengan mempelajari kitab kuning, mereka memiliki kecakapan memahami gramatikal bahasa arab, memahami struktur dan bentuk kata/kalimat,mampu membedakan subjek predikat, serta waktu lampau dan sekarang. Itu semua adalah hal yang kemudian membuat para santri diharapkan bisa dengan mudah memahami Al Qur'an dan Hadis.

"Tidak hanya merujuk Al Quran dan hadist tapi bagaimana al quran dan hadist dipercakapan oleh para ulama keislaman klasik. Dengan memahami Kajian gramatikal bhs Arab, mereka mampu mengetahui mana makna yg metafor atau majazi dan mana yg hakiki," senada dengan apa yang disampaikan Bapak Muhtadin, beliau menekankan tentang hikmah belajar kitab kuning.

"Dengan memahami gramatikal, Kembali ke Al Quran tidak serta merta melahirkan tafsir Al-Qur'an tunggal. Maka keragaman tafsir itu keniscayaan. Oleh karena itu, ada banyak mahdzab pemikiran, ada variasi tafsir dalam Islam," lanjutnya. Saya mengangguk-angguk. Merasa mendapat penjelasan tentang pertanyaan saya selama ini kenapa pendapat beberapa ulama kerap kali berbeda.

Dengan memahami kitab kuning, diharapkan para santri ini bukanlah sekedar layaknya orang yang foto selfie di monas, yang memperlihatkan tugu monasnya saja ketika diupload. Namun mereka bisa melihat dengan lebih baik, sudut-sudut monas beserta bagian-bagiannya secara lebih detil.

Dalam lomba baca kitab kuning ini, ada beberapa bidang ilmu yang dilombakan, yakni Tauhid, Fiqih, Nahwu (gramatika bahasa Arab), Akhlak, dan Tarikh (sejarah). Selain itu terdapat pula lomba debat bahas Inggris dan bhasa Arab.

dokpri
dokpri
Lomba baca kitab kuning ini diadakan 3 tahun sekali, namun ke depan akan diadakan 2 tahun sekali. Jumlah peserta lomba kemarin dihadiri oleh peserta dari 34 provinsi. Terdapat beberapa tingkatan peserta lomba yakni:

1.Tingkat  Ula max 14 thn 11 bln

2. Tingkat Wustho max 17 thn 11 bln

3. Tingkat Urlya max 20 thn 11 bln

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun