Mohon tunggu...
Ahmad Fuad Afdhal
Ahmad Fuad Afdhal Mohon Tunggu... Dosen - Ph.D.

Pengamat isu sosial

Selanjutnya

Tutup

Bola

Final Liga Champions - Memahami Kekalahan Juventus (atau kemenangan Barcelona)

12 Juni 2015   16:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:05 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Seperti dugaan mayoritas pencinta sepakbola, Juventus belum mampu mengalahkan Barcelona di final Liga Champions yang berlangsung di kota Berlin. Pertandingan yang berakhir dengan 3-1 (1-0) untuk kemenangan Barcelona disambut dengan suka cita oleh para pendukung Barcelona. Sebaliknya, para fans Juventus menangis meratapi kekalahan tim kesayangan mereka Juventus.

Dalam pertandingan akan selalu ada yang kalah dan ada yang menang. Kalaupun dalam 2 x 45 menit berakhir akan diperpanjang 2 x 15 menit untuk mencari siapa pemenangnya. Andaikata masih imbang setelah perpanjangan waktu, akan dilanjutkan dengan tendangan penalti masing-masing tim memperoleh kesempatan menembak 5 kali. Masih juga imbang ? Tendangan penalti akan dilanjutkan sampai ketemu pemenangnya. Intinya harus ada pemenangnya.

Oleh karena ada yang kalah dan ada yang menang, maka kekalahan harus ditanggapi dengan wajar saja. Walau begitu tidak mudah bagi para pendukung Juventus untuk menerima fakta seperti ini. Bahkan Andrea Pirlo dan Gianluigi Buffon pun terlihat sedih dan keluar air mata. Dua pemain senior ini adalah sisa dari skuad ketika Italia menjadi juara Dunia pada 2006, selain Marechisio.

Dari luar itu semua, yang utama adalah menganalisis kekalahan Juventus dari Barcelona sekaligus mencaritahu kemenangan Barcelona.

Penyebab kekalahan.

Lepas dari mayoritas penggemar sepakbola yakin Barcelona mampu akan mengalahkan Juventus, sebetulnya peluang kedua tim boleh dikatakan sama besar. Ini dikarenakan sebagai tim kekuatan Juventus berimbang dengan kehebatan skuad Barcelona. Oleh karena kekuatan kedua tim berimbang, maka yang akan menentukan kemenangan adalah pemilihan strategi yang tepat oleh pelatih. Kemudian yang akan mengantarkan kemenangan adalah ada atau tidaknya kesalahan yang dibuat oleh kedua tim yang bertarung. Salah sedikit saja akan menyebabkan fatal bagi tim yang membuat kesalahan tersebut. Kedua pelatih dan para pemain tahu bahwa pertandingan final hanya satu kali, tidak ada home and away. Karena itu kedua tim akan menghindar dari kesalahan dan berupaya membuat gol cepat.

Di luar perkiraan banyak orang Juventus mengambil inisiatif penyerangan. Padahal seperti umumnya tim-tim Italia, Juventus cenderung bertahan dan melakukan serangan balik. Nampak sekali bahwa Allegri menginginkan gol cepat. Tapi, lini belakang Barcelona sudah siap sebagaimana diinstruksikan oleh pelatih Luis Enrique. Kuartet pertahanan Barcelona, Alves-Pique-Mascherano-Alba bermain sangat kompak, cermat, dan lugas. Apalagi dibantu oleh Busquets yang membantu pertahanan.

Sebaliknya trio NMS dari Barcelona yang terdiri dari Neymar-Messi-Suarez juga menginginkan gol cepat. Trio ini menyadari bahwa mereka akan dijaga ketat, terutama Messi. Pertahanan Juventus tidak kalah sigapnya. Kuartet Lichsteiner-Barzagli-Bonucci-Evra tidak kalah kualitasnya dengan kuartet pertahanan Barcelona. Bahkan boleh jadi duo Barzagli-Bonucci sedikit lebih baik dari duo Barcelona Pique-Mascherano. Sayang tidak ada Chiellini yang akan membuat pertahanannya mayoritas Italia.

Menyadari dirinya akan dijaga ketat, Messi tidak egois. Ia bahkan mendorong Suarez dan Neymar lebih aktif menyerang. Juga Ivan Rakitic gelandang serang baru Barcelona asal Kroasia. Ternyata Rakitic lah yang mampu menciptakan gol cepat di menit ke 4 yang membuat Gianluigi Buffon kiper hebat dan berpengalaman tidak berdaya. Duo Barzagli-Bonucci tidak mampu menutup kecepatan Rakitic melepaskan tembakan.

Ketinggalan 0-1 tidak membuat Juventus patah semangat. Mereka makin getol menyerang dengan dirigin Andrea Pirlo. Dengan posisi sebagai gelandang bertahan ditarik ke belakang Pirlo melancarkan umpan-umpan pendek dan juga umpan-umpan panjang. Pertempuran di sektor tengah tidak bisa dicegah. Pirlo dibantu oleh Pogba, Marchisio, dan Vidal, memperebutkan setiap lahan kosong dengan Busquet, Rakitic, dan Iniesta sang pengatur serangan. Walaupun bola sedikit lebih banyak dipegang Juventus, lini belakang Juventus dibuat tidak tenang. Sebab Barcelona kali ini memang polanya berbeda dengan pola Guardiola. Barcelona yang sekarang senang memberikan umpan panjang dengan tiba-tiba. Alhasil setelah unggul 1-0, Barcelona tetap bisa mempertahankan keunggulannya sampai waktu istirahat. Satu catatan menarik bahwa kuartet pertahanan Barcelona sangat disiplin – mereka tidak pernah terpancing untuk ikut naik.

Tetap menyerang:

Tanpa ada pergantian di waktu jeda, setelah wasit meniup peluit tanda dimulainya babak kedua, duo penyerang Juventus, Tevez dan Morata langsung menggebrak. Skuad Barcelona seperti tidak diberi kesempatan. Serangan bertubi-tubi berusaha mencari lubang di antara lini pertahanan yang ketat dari Barcelona yang digalang oleh Piquet. Pogba pun bahu membahu dengan Marchsio dan Vidal memberikan umpan-umpan terukur. Sementara Pirlo bergerak bebas ke sana ke mari sembari mencari kelengahan lini pertahanan Barcelona. Akhirnya serangan demi serangan membuahkana hasil di menit ke 55 atau 10 menit di babak kedua. Setelah menerima umpan matang, Morata dengan tenang berhasil menyamakan keadaan menjadi 1-1.

Setelah berhasil menggetarkan gawang ter Stegen, Juventus tetap menyerang tanpa henti. Ibarat mobil hanya pakai persneling 4 atau 5. Dengan wajah cerah dari Massimiliano Allegri sepertinya mengiyakan agar Pilo dan rekan-rekannya terus menggempur pertahanan Barca. Tidak ada keinginan untuk mengubah ritme permainan seperti yang dilakukan ketika bertemu Real Madrid di semi final. Padahal trio NMS , Neymar, Messi, dan Suarez jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan trio Real Madrid Ronaldo-Benzema-Bale. Di sini terletak kesalahan Juventus, khususnya pelatih Allegri, Pirlo, dan Buffon sebagai kapten. Bagaimanapun kalau bermain terbuka, Barcelona sudah bisa memastikan akan lebih unggul dari Juventus maupun klub lainnya.

Betul saja Barcelona sangat ulet menghadapi serangan Juventus. Akhirnya di menit ke 68 Luis Suarez berhasil menjebol gawanag Buffon. Sayang sekali Pirlo yang membantu pertahanan terlambat reaksinya dalam menutup serangan lawan. Buffon sebagai penjaga gawang sangat berpengalaman kurang mantap dalam menahan tendangan Messi-Suarez yang beruntung bisa membuat gol.

Setelah ketinggalan 1-2 Juventus tetap pada strategi penguasaan bola dan menyerang. Kali ini Neymar berhasil mencetak gol yang kemudian dianulir karena sundulannya mengenai tangannya sendiri. Pertahanan Juventus sangat kuat, mereka bermain seperti tak kenal lelah, bahakan terkadang dengan 3 orang, para penyerang Barcelona tidak bisa menambah gol. Pada suatu serangan balik, pertahanan Barcelona terlihat bingung ketika bola bergerak cepat antara Morata, Teves, dan Pogba. Di kotak penalti Pogba dijatuhkan oleh bek Alvez. Sayang wasit Cuneyt Cakir dari Turki tidak melihatnya. Seharusnya Juventus mendapat tendangan penalty. Andaikata keadaan imbang menjadi 2-2, peluang terbesar pertandingan diperpanjang 2 x 15 menit yang sepertinya tetap imbang. Jika terjadi adu penalti maka Juventus peluang menangnya lebih besar karena memiliki kiper Buffon yang berpengalaman.

Neymar:

Pertandingan yang semakin seru dan meningkatnya tempo, tapi terlihat usaha Juventus menyamakan keadaan sudah tidak mungkin. Allegri berusaha tetap optimis dengan mengganti Arturo Vidal dengan Roberto Pereyra, Morata dengan Fernando Llorente, dan Patrice Evra dengan bek muda usia Kingsley     Coman. Sayang sekali semua usaha ini sia-sia. Karena pertahanan Barca semakin solid. Bahkan Barcelona menggantikan Iniesta di menit ke 78 dengan Xavi, sepertinya sudah merasa kemenangan di tangan sembari member kesempatan terakhir Xavi bermain, Karena ini adalah pertandingan terakhir Xavi dengan Barcelona.

Ada satu kesalahan Allegri dalam menggantikan Morata dengan Llorente dan Vidal dengan Pereyra. Karena yang menggantikan kualitasnya di bawah yang digantikan. Juga Vidal serta Morata tidak terlihat letih. Sebetulnya kalau mau diganti Tevez yang bermain di bawah permainan terbaiknya. Walau sudah ketinggalan, Lichsteiner bek yang berasal dari Swiss melepaskan tembakan sangat keras dari jarak jauh. Sayangnya kiper ter Stegen sambil menjatuhkan diri berhasil menghalau bola. Sebaliknya di menit ke 90 Neymar seperti penasaran berhasil membuat keadaan menjadi 3-1.

Harus diakui bahwa walau sudah mengeluarkan seluruh kemampuannya, Juventus harus mengakui keunggulan Barcelona. Usai pertandingan, ter Stegen dengan sportif mendatangi Buffon sambil menyalaminya. Buffon menyambut terbuka. Musim ini memang musimnya Barcelona. Juventus sudah sangat bagus dengan masuk final dibanding tahun sebelumnya. Walau begitu, meminjam istilah orang Inggris, Juventus not good enough. Kita tunggu tahun depan melihat Juventus yang lain. Barcelona sepertinya tetap akan mengandalkan trio NMS. Pertandingan final ini menjadi pelajaran berharga bagi kedua pelatih Allegri dan Enrique.

 

Ahmad Fuad Afdhal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun