Mohon tunggu...
Fuad Efandi
Fuad Efandi Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa STAI Darussalam Lampung, profesi menulis, dan mengajar di Pon-Pes Al-Ishlah Mataram Baru

Salah satu mahasiswa aktif di STAI Darussalam Lampung, menulis merupakan hobi yang paling saya sukai.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Tragedi Kelam Stadion Kanjuruhan, Siapa yang Salah?

3 Oktober 2022   10:05 Diperbarui: 3 Oktober 2022   10:15 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar ( Sumber: cnnindonesia.com)

Baru-baru ini media social tengah dihebohkan dengan tragedi kelam yang menewaskan sekitar 175 orang di Stadion Kanjuruhan Malang. Tragedi tersebut bermula ketika wasit membunyikan peluit tanda berakhirnya pertandingan antara Arema FC vs Persebaya Surabaya pada Sabtu 1 Oktober 2022 para suporter Arema turun ke arena lapangan, setelah mengetahui pecahnya kerusuhan pihak keamanan pun melontarkan gas air mata yang tujuannya untuk menghalau para suporter agar tidak turun kelapangan.

Penyebab turunnya suporter Arema ini dipicu karena kekalahan yang diterima Arema FC atas Persebaya Surabaya, para suporter turun mencari para pemain Arema dan hendak menanyakan kenapa sampai kalah atau melampiaskan atas kekecewaannya.

"Para penonton turun ke lapangan, dan berusaha mencari pemain untuk menanyakan kenapa bisa sampai kalah, atau melampiaskan. Karena itu, pihak keamanan melakukan upaya pencegahan, dan melakukan pengalihan supaya mereka tidak masuk ke dalam lapangan," ucap Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta saat berada di Mapolres Malang, pada Minggu dini hari (2/10/2022).

Kapolda Jatim menyebutkan, pada saat kejadian timnya sudah memberikan himbauan dengan cara persuasif. Namun, Langkah itu tidak berhasil. Masa Pun kian beringas dan merusak mobil kepolisian.

"Upaya pencegahan dilakukan gas air mata, karena sudah merusak mobil polisi dan akhirnya gas air mata di semprotkan," tuturnya Kembali.

Dari situlah akhirnya ribuan suporter arema panik dan mencari pintu keluar. Puncaknya ketika mereka berebut menuju pintu 10 dan 12 sehingga terjadi penumpukan dan terjadi tragedy meninggalkan ratusan orang.

Lantas siapa yang patut disalahkan dalam tragedi kelam tersebut? Belum diketahui secara pasti siapa yang salah dalam tragedi kelam tersebut, namun setidaknya terdapat beberapa titik temu yang harus segera diatasi dan dijadikan sebagai pelajaran di kemudian hari agar tragedy tersebut tidak terulang. Titik temu tersebut yakni:

Pertama, penolakan pemunduran jadwal pertandingan. Pada tanggal 18 September 2022 Polres Malang sudah mengirimkan surat kepada Panpel Arema agar mengundurkan jadwal pertandingan dari jam 20.00 WIB menjadi jam 15.00 WIB dengan tujuan agar jika terjadi kerusuhan, maka akan lebih mudah untuk mengatasinya dibanding dengan jadwal bermain di tengah malam. Namun, permintaan dari Polres Malang tersebut ditolak oleh PT LIB. Hal ini sangat jelas mengabaikan potensi terjadinya problem, seperti kerusuhan.

Kedua, Panpel Arema mencetak tiket yang melebihi kapasitas stadion. Pada tanggal 29 September 2022 Polres Malang kembali mengirim surat kepada Panpel Arema agar tidak mencetak tiket melebihi 38000 tiket, namun Panpel Arema justru menaikkan jumlah tiket menjadi 45000 tiket. Hal ini jelas mengabaikan keselamatan penonton demi mendapatkan pemasukan yang besar.

Ketiga, tidak adanya sosialisasi atau arahan terhadap polisi tentang aturan pengamanan pertandingan sepak bola. Pada pasal 19 dalam FIFA Stadium Safety and Security Regulation, menjelaskan bahwa penggunaan gas air mata sebagai upaya pengendalian massa dilarang oleh FIFA. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun