Pelajar Tempo DuluÂ
Selama kurang lebih 350 tahun dijajah, setidaknya ada satu kebijakan yang membawa perubahan besar bagi masa depan bangsa Indonesia, yaitu Politik Etis. Pemerintah Hindia Belanda melakukan pembangunan infrastukrur melalui program Irigasi, Program transmigrasi, dan Edukasi.Â
Dari Politik Etis yang dipopulerkan oleh Van De Venter itu, politik edukasi lah yang paling banyak berpengaruh. Belanda mendirikan sekolah-sekolah bagi rakyat untuk mengurangi angka buta huruf. Meskipun pada pelaksanaannya terjadi penyimpangan dan diskriminasi, tetapi program pemerintah Hindia-Belanda tersebut telah melahirkan golongan terpelajar.
Pelajar-pelajar pada saat itu, berfokus pada bagaimana memperjuangkan kemerdekaan melalui organisasi yang bergenre politik, sosial, hingga agama. Dari yang sifatnya moderat sampai radikal. Mereka bersatu padu sembari menanamkan jiwa nasionalisme kepada rakyat Indonesia. Â Soekarno, dengan Marhaenismenya yang mengajak rakyat kecil untuk berjuang melawan penindasan kolonial. Atau Ki Hadjar Dewantara yang kemudian mendirikan taman siswa.
Pelajar Masa KiniÂ
Potret pelajar masa dulu sangat berbeda dengan yang sekarang. Pelajar masa kini, berhamburan di jalanan, memegang batu dan klewang sambil teriak-teriak tak jelas, Pelajar kekinian lebih suka berkonvoi dan membuat keributan di jalan. Alasannya sebenarnya sepele. Hanya karena disenggol sedikit, tak senang lalu mengadu pada anggota geng, balas dendam dan kemudian terciptalah huru-hara.
Dilansir dari situs grid.id tertanggal 23 Juni 2022, sepanjang Januari hingga Juni 2022 terjadi kekerasan yang dilakukan oleh sejumlah remaja tepat ketika pertemuan tatap muka (PTM) pembelajaran kembali dilaksanakan. Hasil pantauan KPAI menyebutkan, bahwa sepanjang bulan-bulan tersebut, terjadi tawuran pelajar di sejumlah daerah seperti Pati, Bogor, Tangerang, Sumbawa, hingga Soppeng, Sulawesi Selatan. Bahkan kasus yang baru-baru ini terjadi, terdapat aksi pengeroyokan terhadap seorang siswa MTS di Sulawesi Utara hingga menyebabkan korban meninggal dunia.
Di kota tempat tinggal saya saja, beberapa bulan belakangan ini terjadi tawuran yang sangat meresahkan warga. Ada dua  kelompok pelajar yang berbeda sekolah berlarian melintasi jalan-jalan besar sambil melemparkan batu dan balok kayu. Akibatnya, jalan raya kacau balau. Beberapa kaca mobil rusak dan kaca sebuah sekolah rusak. Saat diamankan, pelajar-pelajar yang terlibat bentrokan itu mengaku mereka memiliki dendam lama satu sama lain dan memuncak pada hari itu.
Parahnya, perayaan HUT RI ke-77 yang baru saja kita rayakan, Â justru dinodai oleh tawuran. Dari IG Medantalk, disebutkan terdapat sejumlah pelajar yang terlibat tawuran di beberapa titik Kota Medan. Bahkan ada yang menyerang polisi dengan menggunakan parang. Sungguh ironis. Mereka yang seharusnya mengisi kegiatan bermanfaat di hari bersejarah, justru membuat keributan.
Kekerasan yang DiwariskanÂ