Mohon tunggu...
Fri Yanti
Fri Yanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Pengajar

suka hujan, kopi, sejarah, dan buku

Selanjutnya

Tutup

Book

Budaya Patriarki dalam Kisah Kim Ji Yeong

30 Juli 2022   11:22 Diperbarui: 30 Juli 2022   11:25 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Kim Ji Yeong merupakan  tokoh fiktif yang ditulis dalam buku yang ditulis oleh Choo Nam Joo. Meskipun tokoh fiktif, kehidupan Kim Ji Yeong sangat realistis dan mewakili perasaan  wanita di dunia.

Dikisahkan bahwa Kim Ji Yeong  tumbuh dalam sebuah keluarga yang menerapkan patriarki. Dia memiliki seorang adik laki-laki yang selalu dianakemaskan. Diceritakan bahwa adik laki-lakinya selalu menadapatkan tahu dan mandu (pangsit ala Korea) yang masih utuh dan bagus, sementara Kim Ji Yeong dan kakak perempuannya selalu mendapatkan bagian yang hancur dan jelek. Adik laki-lakinya selalu mendapatkan barang-barang yang serasi sementara dia dan kakak perempuannya tidak. Kalau ada dua payung, salah satunya akan dipakai sendiri oleh adik laki-lakinya sementara dia akan berbagi payung dengan kakak perempuannya (hal 23). Ketidakadilan semacam itu juga dialami oleh Kim Ji Yeong di sekolah. Pernah suatu ketika, Kim Ji Yeong melepaskan sandalnya di bawah meja karena kakinya berkeringat lalu ada anak laki-laki nakal yang menendang sandal Kim Ji Yeong sampai ke depan kelas. Sang guru malah memarahi Kim Ji Yeong dan bukannya anak laki-laki itu (hal 37).

Pernah juga suatu kali, ketika Kim Ji Yeong duduk di bangku SMA, dia merasa terancam oleh seorang pemuda yang tidak dikenalnya. Dia mengadukan hal itu pada ayahnya, namun ayahnya malah mengomelinya (hal 65).

Ketika lulus kuliah, dia mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan. Banyak perusahaan yang lebih menerima pria daripada wanita. Bahkan menurut survei yang dilakukan pada 100 perusahaan, jumlah wanita yang diterima bekerja hanya 29, 6%.(hal 94). Pun ketika dia menjadi karyawan dia sama sekali tidak pernah mendapatkan promosi walaupun menyabet gelar sebagai karyawan teladan. Semua itu karena semata-mata Kim Ji Yeong adalah seorang wanita.. Ketika dia menjadi seorang istri, Kim Ji Yeong harus melepaskan karir dan kebebasannya demi mengurus suami dan anak. Sampai suatu ketika, Kim Ji Yeong mulai bertingkah aneh. Dia mulai menceracau tak jelas. Suatu waktu dia mengaku pada suaminya bahwa dia adalah Cha Seung Yeon, teman satu klubnya di universitas yang sudah meninggal tahun lalu ( Hal 11).

Budaya Patriarki Dari Masa ke Masa

Patriarki merupakan struktur sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pihak yang mendominasi segala aspek kehidupan. Dalam sistem kekerabatan patriarki (patrilineal), kedudukan laki-laki  lebih tinggi daripada perempuan. Mereka pewaris utama, penerus keluarga, dan memiliki hak istimewa. Akibatnya, laki-laki menjadi lebih terkesan ‘dimanja’ oleh keadaan seperti dalam kisah Kim Ji Yeong.

Budaya Patriarki muncul ketika terjadi peralihan kehidupan dari masyakarat yang semulanya berburu dan meramu ke masyarakat pertanian. Ketika teknologi pertanian semakin pesat, laki-laki mengambi alih seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan alat-alat berat. Posisi perempuan menjadi tergeser ke hal-hal yang domestik. Sejak saat itu, para lelaki bekerja  sedangkan perempuan mengurus rumah tangga dan  reproduksi.

Di Indonesia, pada era kolonialisme, posisi perempuan semakin terjepit ketika berbenturan dengan kebijakan yang melarang perempuan untuk berpendidikan. Di usia pubertas, mereka sudah dipingit dan dipinang.  Di jaman Jepang, perlakuan terhadap perempuan semakin tidak manusiawi. Mereka dijadikan Jugun Ianfu, budak seks bagi tentara Jepang.

Kisah Kim Ji Yeong merupakan bentuk implementasi patriarki di era modern. Kim Ji Yeong digambarkan sebagai sosok yang mewakili semua para wanita di dunia yang mendambakan kesetaraan gender. Apa yang dialami oleh Kim Ji Yeong, pasti dialami juga oleh wanita-wanita dari belahan dunia lain. Cho Nam Joo ingin menunjukkan pada kita tentang bagaimana perjuangan seorang wanita menjalani hidup yang diimpikannya sekaligus mematahkan argumen bahwa 'wanita tidak lebih baik dari pria'. Bahwa wanita bukanlah kutukan.

Buku  ini juga memberikan wawasan kepada kita tentang isu-isu seputar feminisme yang masih dianggap tabu oleh sebagian kalangan. Bahkan di negaranya sendiri novel ini ditentang habis-habisan. Sejak rilis perdana pada 2016, novel ini langsung menuai pro dan kontra di Korea Selatan. Tentu saja karena budaya patriarki di Korea Selatan masih sangat kental.

Kim Ji Yeong adalah milik kita semua. Menjadi bagian dari wanita yang ingin diperlakukan sama dengan pria.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun