Mohon tunggu...
frisilia utami
frisilia utami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa universitas negeri Yogyakarta

Hallo, aku Frisilia Utami, seorang gadis biasa yang punya ketertarikan yang besar terhadap dunia tulis menulis. Bagiku menulis adalah cara ku mengekspresikan banyak hal terkait dunia yang begitu luas di dalam pikiranku

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

I Drink Wine, Sebuah Lagu Tentang Pergulatan Manusia Modern yang Berusaha Menemukan Makna Hidup dan Identitas Diri

23 Mei 2024   14:15 Diperbarui: 23 Mei 2024   20:47 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

How can one become so bounded by choices that somebody else makes?

How come we both become a version of a person we don't even like?

Why am I obsessing about the things I can't control?

Why am I seeking approval from people I don't even know?

Ada yang merasa familiar dengan barisan kalimat diatas?

Ini bukan puisi ya, bukan juga pertanyaan retoris dalam pidato, bukan juga bagian dari narasi cerpen hehehe...


The lines above are parts of a famous song's lyrics which is I drink wine. One of masterpieces that is composed by a great, talented song writer as well as an angel voiced singer: Adele..

I drink wine, sebuah lagu dengan barisan kata-kata puitis yang dirangkai indah kedalam beberapa kalimat yang membentuk tatanan bahasa bernilai seni tinggi dan mengagumkan sebab tersimpan sebuah makna yang kuat dan mendalam, curahan relung hati yang ingin disampaikan oleh sang maestro, penulis lagu :Adele

Sama seperti halnya penulis buku yang menyuarakan ide, opini, analisis, imajinasi, kreativitas bahkan feeling dan experince hidunya melalui tulisannya(buku), maka bukan rahasia lagi bila lagu menjadi bahasa dan media yang dipilih komposer/penulis nya untuk mengekspresikan buah pikirannya, aspirasi dan inspirasi terkait segala macam elemen kehidupan. Selain itu, lagu juga merupakan wadah atau Saranan bagi komposernya dalam menyampaikan suara hati atau perasaan yang berkecamuk didalam dadanya berikut rupa rupa rasa dan warna dari pengalaman hidup yang pernah dirasakannya .

Sekali lagi, I drink wine merupakan sebuah lagu yang membawa pesan kehidupan yang sarat akan makna. Sebuah lagu yang mengangkat kisah perjalanan dan pergulatan seorang manusia yang berusaha mencari arti dan makna kehidupan yang dia jalani. Hal ini tentu berkaitan dengan sebuah quote kehidupan yang banyak berseliweran di sosial media "hari paling penting dan membahagiakan bagi seorang manusia ialah hari dimana dia berhasil mengetahui dan menyadari alasan keberadaannya di muka bumi ini, tujuan dan makna dari kehidupannya". Iya tak bisa dipungkiri bahwa perjalanan mencari dan menemukan makna atau arti hidup adalah bagian dari kisah hidup mahluk bernama manusia walaupun tidak semua dari kita berusaha melakukan nya, karna memilih untuk menjalani hidup tanpa perlu memberi makna pada hidup itu sendiri. 

Bila kita mencoba mengulik dan menelisik baris demi baris dari lirik lagu ini, sedikit demi sedikit kita bisa mengetahui dan memahami kisah yang tengah disenandungkan lewat dentingan nada dan suara oleh sang penyanyi yakni tentang bagaimana perjuangan seorang manusia yang belajar mengendalikan egonya demi mencapai satu titik diamana dia pada akhirnya berhasil mengenali dirinya dan mengetahui apa yang sebenarnya paling dia inginkan dan dia cari dalam hidup ini.

Untuk beberapa saat lamanya, manusia ini tersesat, terombang-ambing dalam kebingungannya akan kehidupannya sendiri. Dia pernah menjadi bagian dari mereka yang hanya ikut arus, tidak punya tujuan dan prinsip dalam hidup sebab dia tidak pernah benar-benar mengenali siapa dirinya dan apa yang sebenarnya hatinya inginkan. Oleh karena manusia ini tidak cukup kenal dengan karakter nya sendiri maka sulit bagi dia untuk menerima dan mencintai dirinya sendiri. Hidupnya sungguh terasa hambar tak bermakna.  Untuk beberapa waktu lamanya, manusia ini juga hanya menjadi everyone's pleasure, selalu berusaha menyenangkan dan memuaskan sen ekspetasi semua orang. Dan memang itu hal yang mustahil untuk dilakukan. Alhasil bukan bahagia yang dia peroleh melainkan hanyalah kesedihan dan penderitaan sebab seringkali untuk menyenangkan orang-orang disekitarnya dia mengorbankan kebahagiaan dirinya sendiri. Tak terhitung seberapa sering dia berpura-pura menjadi orang lain, bersembunyi dibelakang topeng palsu, tak berani menunjukkan warna jati dirinya sebab dia takut orang-orang disekitarnya tidak akan mau menerima dan mencintai dirinya dengan identitas aslinya. Lama waktu berlalu, manusia ini kemudian sedikit demi sedikit mulai menyadari bahwa dirinya selama ini telah jauh terperosok kedalam jeratan ekspetasi orang lain terhadap dirinya. Bahagia yang dia kejar nyatanya adalah bahagia yang berdasarkan atas definisi bahagia yang diciptakan orang lain. Getir perasaanya, tatkala matanya terbuka lebar, perlahan menyadari bahwa dia telah bermetamorfosa menjadi jenis manusia yang selama ini dia hindari atau bahkan dia benci "manusia bayangan". Sebab dia terlalu sibuk mencari pengakuan orang lain atas dirinya hingga dia lupa seperti apa dirinya yang sesungguhnya tanpa kepura-puraan, tanpa narasi pencitraan diri.

Faktanya, lagu Adele ini merupakan alat refleksi diri bagi kita semua Sebab isi lagu ini secara gamblang mempertontonkan seperti apa rupa kehidupan orang-orang diera keemasan modern yang mengtuhankan segala hal berbau "materialistik". Cerita seorang manusia yang digambarkan dalam lagu ini sebetulnya adalah bagian dari cerita kita semua. Dia adalah cerminan dari diri kita. Tak perlu malu untuk sekedar mengakui fakta  (walau hanya di dalam hati saja); bagaimana sebenarnya lirik lagu ini menelanjangi pola perilaku dan perasaan kita.

Iya, sekali lagi jangan malu untuk mengakui (walau hanya dengan anggukan dalam diam) bahwa kebanyakan dari kita sering atau setidaknya pernah mengalami hal serupa dengan yang dialami oleh seorang manusia yang digambarkan dalam lagu tersebut; ya semacam krisis identitas diri. Sudah barang tentu, kita pernah atau bahkan sering merasakan seolah kita terlepas dan tercabut dari akar jati diri kita sebab kita terlalu sibuk meniru orang lain, memainkan lakon sebagai orang lain atau bahkan hidup sebagai orang lain.  Akui saja bila sebelum mencapai dan melewati fase self-discovery, kita seringkali sibuk membanding-bandingkan hidup kita dengan orang lain, kelemahan dan kekurangan kita dijadikan sajian utama yang perlu dikomparasikan. Oleh karena itu jarang sekali kita bisa menyadari dan melihat dengan mata batin kita, keotentikan dan keunikan dari diri kita. Hingga pada suatu titik dimana iman yang lemah, ilmu yang cekak dan proses pematangan berfikir yang mandek membuat kita dengan mudah berani memberi penilaian dan pembenaran dan kesimpulan atas asumsi kita yang seringkali subjektif dan tak berlogika. 

Kita menilai hidup orang lain lebih bahagia, diri orang lain lebih sempurna maka kita berlomba-lomba ingin menjadi seperti mereka. Entahlah, mudah sekali bagi untuk menyakinkan diri kita bahwa dengan menjadi dia atau mereka , kita akan lebih ditei, dicintai dan dihargai. 

Selain itu, akui saja bahwa diri kita seringkali terpenjara oleh batasan batasan yang dibuat oleh orang lain dalam hidup kita. Kita membatasi hak dan kebebasan kita untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan keinginan hati kita karena kita takut khalayak takkan mengerti dan menerima keputusan kita, kita tak berani bahkan untuk sekedar membayangkan bagaimana penilaian orang lain akan diri kita bila kita memilih jalan yang sedikit berbeda dari orang kebanyakan seolah hidup kita hanya dijalani dengan prinsip "turut kata orang saja" yang mana berarti miskin kebebasan dan kaya beban.  Contoh kecilnya saja, banyak dari kita memutuskan menikah di umur tertentu bukan pure karena keinginan dari hati melainkan hanya karena beban dan tuntutan dari orang orang disekitar kita. Kita tidak berani menggunakan pakaian yang sesuai karakter kita atau mewarnai rambut kita dengan warna yang tidak biasa sebab kita terlalu takut dengan "apa yang nanti dipikirkan orang lain tentang diri kita". 

Selain itu ada lagi fakta yang tak kalah menggelikannya terkait perjalanan penemuan jati diri dan pencarian makna hidup yakni bagaimana kita melihat dan menempatkan dunia dalam hati kita. Akui saja bahwa sebagian dari kita sibuk sekali mengejar dunia, kita membiarkan dunia yang menguasai diri kita, membuat kita menjadi budaknya. Kadang kita rela menggadaikan kesehatan batin, mental dan fisik kita demi berlomba dengan dunia. Kita bertanding mencari kebahagiaan dan kesuksesan diatas muka bumi ini tanpa pernah tau atau hanya sekedar sedikit menyadari arti dan bentuk bahagia atau sukses seperti apa yang sebenarnya kita inginkan , apa definisi bahagia dan sukses bagi diri kita. Hal ini dikarenakan kita hanya sibuk ikut-ikutan saja. Kita membiarkan orang lain yang membuat parameter bahagia dan sukses dari hidup kita sehingga kita terseok-seok berusaha memenuhi parameter dari definisi bahagia dan sukses tersebut. Kita mati-matian memperjuangkan kebahagiaan dan kesuksesan bagi diri kita dengan merujuk pada definisi sukses dan bahagia yang lain ciptakan sehingga tak heran malangnya tatkala kita berhasil memenuhi kualifikasi dari parameter bahagia dan sukses tersebut, nyatanya kita tak pernah merasa benar benar bahagia atau sukses. Parahnya lagi, kita malah merasa lebih tertekan dan semakin kebingungan. Hidup terasa hampa , hilang warna dan makna.

Maka seperti lirik lagu I drink wine ini 

" I hope I learn to get over my self, stop trying to be somebody else"

Barangkali sudah waktunya bagi kita untuk berhenti sejenak, memberi waktu dan ruang kembali bagi diri kita untuk semakin mengenal pribadi diri kita masing-masing. Berusaha untuk selalu menerima, mencintai dan menghargai diri kita dengan segala kelebihan dan kelemahan yang kita punya. Beri kesempatan bagi diri kita untuk mendengarkan nyanyian dari suara hati kita untuk bisa tau apa yang sebenarnya kita inginkan dalam hidup ini, agar senantiasa hidup yang kita jalani bukan hanya sekedar hidup melainkan hidup yang punya makna dan arti khusus tentunya bagi diri kita sendiri , baru setelah itu orang lain


 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun