Mohon tunggu...
frisilia utami
frisilia utami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa universitas negeri Yogyakarta

Hallo, aku Frisilia Utami, seorang gadis biasa yang punya ketertarikan yang besar terhadap dunia tulis menulis. Bagiku menulis adalah cara ku mengekspresikan banyak hal terkait dunia yang begitu luas di dalam pikiranku

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Komersialisasi Produk Kecantikan melalui Eksploitasi secara Besar-besaran"Insecurity" Perempuan

22 Mei 2024   18:39 Diperbarui: 22 Mei 2024   18:45 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tak terbilang betapa berat beban fisikis dan psikologis yang harus dipikul di setiap pundak perempuan-perempuan di zaman sekarang ini akibat adanya standar kecantikan yang telah disabotase secara menyeluruh oleh media yang mengatasnamakan demi kebaikan para perempuan "agar tercipta perempuan yang percaya diri, nyaman dan bold dengan dirinya (khususnya penampilan nya)". Tak bisa dipungkiri bila dunia yang semakin maju dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mumpuni tak menjadikan jaminan bagi para perempuan untuk terlepas dan terbebas dari penjara pikiran"toxic" yang berkaitan dengan pelabelan "cantik/menarik " dan "jelek/tidak menarik" yang kerap disematkan dengan merujuk pada standarisasi kecantikan tertentu yang entah sejak kapan sudah mengakar begitu kuat dan mendarah daging hingga eksistensi dari parameter kecantikan ini telah mampu menciptakan kesenjangan dan bahkan diskriminasi sekaligus beban dan tekanan bagi dan dianata para perempuan yang mau tidak mau, terpaksa harus turut menerima, mengakui dan ambil bagian dari penerapan parameter kecantikan ini yang barangkali bermuara dari pola pikir kaum barat atau westerners
Tak ayal, opini terkait definisi cantik yang oleh para bijak bestari dianggap tidak ada sebab kecantikan itu relatif, tak bisa dinilai dengan patokan-patokan atau pakem tertentu, kini malah menjadi basi dan terdengar sumbang bagi kebanyakan kaum perempuan dimasa kini sebab mereka telah menyaksikan dari perjalanan waktu tatkala nenek moyang mereka masih perawan bahkan hingga kini dimana jargon "emansipasi wanita" dengan keras dan bangga digaungkan, nyatanya definisi cantik tak banyak berubah dan mengalami pergeseran. Dari masa ke masa telah dibuktikan bagaimana definisi cantik bagi kebanyakan orang ialah merujuk pada kulit putih mulus, tubuh tinggi semampai, langsing, rambut panjang lurus, hidung mancung, mata bulat nyaris sempurna.
Hingga tak heran, jika diakui secara terang terangan ataupun tidak, kita dapat menyaksikan bagaimana rupa rupa wajah yang diberikan label "cantik" yang banyak menghiasi layar perak, majalah maupun media sosial  adalah mereka yang memang secara tampilan fisik berkesesuaian dengan standar dari definisi cantik tersebut. Sudah menjadi rahasia umum pula, bila kita coba telusuri lebih dalam bagaimana mereka denga label cantik tersebut yang sedikit banyak memperoleh privilege (attention, pengaruh, power dan perlakuan yang lebih baik) dari orang disekitar, kebanyakan biasanya merupakan "produk indo". Maksudnya, mereka dengan label cantik ini biasanya memiliki darah campuran; entah itu Indo Belanda, Indo Jerman, Amerika Sunda, Jawa Australia atau Indo Cina. Tak bisa disalahkan memang sebab perempuan -perempuan yang terlahir dari ras campuran diyakini memenuhi kualifikasi standar kecantikan tersebut misalnya kulit putih bening, hidung mancung dan garis muka yang khas. Namun, karena eksistensi dari standar kecantikan inilah yang semakin hari semakin powerful menancap didalam "kepala" masyarakat kita, toh semakin diperkuat oleh media masa dengan segala jenis iklan komersial produk kecantikan yang secara konsisten membombardir para perempuan Indonesia, baik yang muda, tua, dewasa maupun remaja sekalipun untuk turut berpartisipasi menjadi bagian dari yang menerima, nengakui dan berusaha memenuhi kualifikasi dari standar kecantikan tersebut. Disadari ataupun tidak, pada akhirnya kita semua telah terjerembab dalam lingkaran setan yang dirancang dengan cerdik oleh para Mastermind yang satu -satunya menjadi tujuan utama mereka adalah "untung=uang". Iya, mereka para cukong bisnis produk kecantikan akan melakukan segala cara agar produk mereka laku terjual. Tak sungkan mereka membayar mahal para pakar psikologis atau pengamat perilaku dan pola pikir perempuan untuk dapat mengetahui cara yang paling efektif untuk mempengaruhi para perempuan tersebut agar dengan sukarela mau menukar uang mereka dengan bedak, pewarna bibir, pewarna alis, krim pemutih wajah dan sebagainya. industri semacam ini juga tak sungkan untuk merogoh banyak rupiah demi memanipulasi pikiran perempuan dengan memanfaatkan pengaruh media. Sekali lagi lingkaran setan ini sengaja dibuat sebab hanya dengan cara"membodohi" pundi-pundi uang mereka dapat bertambah dengan mudah dan cepat.
Meskipun demikian, ada cara yang lebih kejam lagi yang ditempuh para cukong bisnis produk kecantikan ini. Bila kita coba cermati dengan seksama, akhir akhir ini mereka nyatanya semakin berani mengobral, mengekploitasi segala macam insecurity yang dirasakan oleh para perempuan, contoh kecilnya; kulit kusam kering, sedikit bersisik dianggap tidak normal dan merupakan suatu kelemahan sehingga paara perempuan secara gencar diingatkan untuk menggunakan lotion kulit agar kulit mereka tetap putih, kenyal dan mulus. 

Selain itu, perempuan secara tidak langsung didorong untuk merasa insecure bila bagian tubuhnya sedikit berbulu atau berwarna gelap dan belang semisal bagian ketiak atau ketek yang tak luput jadi bahan utama yang dikritisi. Ada lagi misalnya kulit muka yang berkomedo dan berjerawat yang selalu menjadi sorotan utama hingga tak heran banyak sekali remaja putri yang semakin merasa insecure. Alhasil banyak remaja putri yang sejak dini sudah terbiasa menggunakan produk produk kecantikan entah skincare atau make up (bahkan produk abal2) demi menutupi apa yang mereka anggap sebagai kekurangan padahal diusia seperti mereka wajar dan normal saja bila kulit muka seringkali berminyak, berjerawat dan komedo sebab bagian dari masa pubertas (perubahan hormon). Tidak hanya remaja dan perempuan muda, nyatanya para ibu sekalian pun tak luput menjadi target pasar dari komersialisasi berbagi bentuk insecurity perempuan demi meningkatkan pamor produk produk kecantikan mereka, misalnya banyak sekali iklan produk baru-baru ini yang meng-highlight tubuh wanita yang sudah menikah dan punya anak yang dianggap "kurang sedap dipandang alias tidak menarik" . 

Entah itu bagian tubuh yang mulai kendor, berat badan yang berlebih akibat efek penggunaan pil dan suntik KB (pengontrol kehamilan) , bagian tubuh yang berlemak bahkan garis-garis di perut yang banyak ditemukan pada tubuh wanita yang sudah melahirkan. Tak ayal,maraknya iklan produk semacam ini seolah menjustifikasi sekaligus mendorong para ibu-ibu untuk merasa insecure dengan tubuh mereka paska menikah dan punya anak. Seolah wajar saja bila suami mereka sudah tak perhatian lagi sebab mereka sudah tak elok lagi dipandang dimata. Hal yang sama pun terjadi pada para wanita paruh baya yang dianggap tidak menarik karena kehadiran kerutan-kerutan di wajah mereka. 

Sehingga mereka secara gencar diingatkan untuk selalu berusaha mencegah atau mengatasi aging dengan berbagai macam jenis produk kecantikan. Mereka secara tidak langsung diarahkan untuk selalu merasa insecure dengan status mereka sebagai "yang tidak muda lagi". Hal ini seolah menekankan kerutan di wajah adalah penghambat untuk tampil cantik , seolah menjadi tua berarti bersiap dengan label "tidak cantik" dan menjadi tua, berlemak, berkeriput dengan kulit kusam dan kering adalah sebuah dosa besar. Banyak pula iklan produk kecantikan yang semakin memberi tekanan bagi para perempuan dengan mengekploitasi bagian tubuh mereka yang mana  rentan bisa menimbulkan perasaan insecure misalnya payudara yang kecil atau bokong yang rata yang dianggap tidak menunjang penampilan perempuan untuk terlihat cantik dan menarik. Maka tak bisa disalahkan bila banyak perempuan zaman sekarang yang berlomba-lomba ingin menjadi seperti boneka Barbie, selalu cantik dan tidak pernah tua, selalu proposional tubunya, tak ada yang kurang, nyaris sempurna. 

Mereka melakukan segala upaya untuk memenuhi kualifikasi dari standar kecantikan yang diagungkan dan di koar-koarkan oleh media melalui bombardir iklan-iklan nya. Entah mereka mengambil langkah yang masih dalam tahap normal dan wajar seperti menggunakan produk kecantikan seperlunya atau bahkan memilih jalan yang lumayan ekstrim seperti menjalani operasi bedah plastik berkali-kali, suntik pemutih, pasang implan dan sebagainya. Walaupun sebenarnya jelas saja banyak dari mereka yang cukup menyadari bahwa mereka, kita telah menjadi korban pembodohan masal nyatanya tak mudah memang bagu kita untuk terbebas dari lingkaran setan ini.  Sebab tak bisa dipungkiri memang bila di banyak kehidupan, menjadi perempuan yang cantik dan menarik itu menguntungkan. Beauty privilege itu memang benar adanya. Jargon siapa yang cantik, dialah pemenangnya selalu digaungkan sebab perempuan yang cantik selalu mendapatkan perhatian dan perlakuan yang lebih baik dari mereka yang dinilai kurang menarik. Memang di zaman sekarang ini kebanyakan orang lebih mengutamakan penampilan terkhususnya penampilan fisik sebab penampilan fisik adalah hal yang pertama dilihat dan dinilai oleh orang lain terhadap diri kita....

jika sudah seperti ini maka satu-satunya pertanyaan yang tersisa dan bergejolak didalam hati penulis sebagai seorang perempuan yakni dimanakah sekiranya dimuka bumi ini tempat dimana perempuan bisa dihargai dan dimuliakan tanpa perlu melihat dan memberi  label 'cantik' dan 'tidak cantik' . Barangkali hanya disebuah tempat bernama utopia. Entahlah setan pun tak tahu jawabannya..


Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun