Mohon tunggu...
Frisch Young Monoarfa
Frisch Young Monoarfa Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger

Suami, ayah dua anak, pemerhati masalah sosial

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pameran Foto ASEAN, Sebuah Cerita yang Tak Terbaca

23 Agustus 2016   02:00 Diperbarui: 23 Agustus 2016   02:18 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bendera-bendera negara ASEAN di musium keramik Jakarta dalam pameran photo ASEAN (Dokumentasi pribadi)

,Berbicara tentang ASEAN layaknya sebuah dongeng yang bercerita rangkaian kisah Negara-negara yang terjajah dan terkoreksi secara sumber daya alam, politik dan budaya oleh bangsa-bangsa Eropa. ASEAN minus Thailand adalah padang kurusetra bagi bangsa Portugis, Inggris, Spanyol dan Belanda hingga abad 19. Kisah yang kemudian berlanjut dengan penjajahan bangsa Jepang yang kemudian dicengkeram secara ekonomi dan budaya serta ideologi oleh Negara-negara besar di abad 20 hingga sekarang.

ASEAN adalah piring emas yang menjadi rebutan hampir sebagian Negara-negara di dunia. Iklimnya yang ramah, penduduknya yang penuh toleransi dan sumber daya alamnya yang melimpah ruah, layaknya seuntai kembang yang menjadi piala dan cawan minum sekumpulan kumbang.

Sejak berdiri tahun 1967 lalu, usia persekutuan Negara-negara Asia Tenggara telah memasuki usia yang ke 49, hampir setengah abad. Negara-negara yang tergabung juga turut bertambah hingga kini menjadi 10 dari 12 negara di Asia Tenggara. Kini hanya Timor Leste dan papua New Guniea (PNG) saja yang belum bergabung.

Indonesia yang turut menjadi pemrakarsa berdirinya ASEAN bersama 4 negara, Singapura, Thailand, Malaysia dan Philipina adalah Negara yang paling besar jumlah pendudukinya, paling luas wilayahnya dan paling banyak sumber daya alamnya.

Tetapi jika dilihat dari perjalanan berdirinya ASEAN, sejak tahun 1967 hingga saat ini, belum banyak yang dirasakan oleh masyarakat, Indonesia khususnya. ASEAN dalam banyak pandangan orang, hanya pertemuan rutin setiap tahun yang dihadiri Presiden dan menteri Luar negeri, lain tidak. Hal itu sangat terlihat ketika pameren photo ASEAN dilangsungkan di Musium Seni dan keramik Jakarta.

Pameran photo ASEAN sekan tidak berdenyut, tidak kelihatan gaungnya, bahkan untuk kota Jakarta sekalipun, padahal, Sekertariat ASEAN ada di kota Jakarta. Pameran yang hanya menampilkan 61 photo terasa kering pengunjung. Tidak ada cerita yang berkumandang lewat pameran photo ASEAN, bahkan cenderung hanya disaksikan oleh orang sambil lewat.


Mengapa ASEAN seakan tidak memberikan sinyal yang direspon oleh masyarakat?

Gerakan ASEAN seakan bayang-bayang kabur dibalik gemerlapnya pertemuan dan annual meeting yang dihadiri petinggi-petinggi negarayang berjumlah 10 negara itu. Sesudah pertemuan dan perhelatan yang lebih banyak terkesan ceremonial, para petinggi itu pulang dan pestapun usai. Sejak tahun 67 hingga sekarang sebagian besar anggota negara ASEAN masihtetap sebagai negara berkembang, terkecuali Singapura, yang maju secara ekonomi. Negara-negara ASEAN adalah sekumpulan negara yang paling mudah terimbas jika terjadi resesi dan keterpurukan ekonomi global.

Gerakan kesepakatan  AFTA, ASEAN Free Trade Area, yang dicanangkan tahun 1992, sekan habis terhembus angin dan lenyap tak berbekas. Dalam sebuah berkas yang menerangkan dampak positif AFTA menyebutkan; Terbukanya pasar internasional dapat memperluas jangkauan pemasaran industry di Indonesia, Jika mampu menguasai pasar internasional maka hal itu akan dapat meningkatkan kesempatan kerja  dalam negeri maupun mendapatkan devisa bagi Negara.

Kenyataannya sejak tahun 1992 hingga sekarang, Indonesia masih saja belum beranjak sebagai negara yang statusnya negara berkembang. AFTA bahkan menjadikan negara Indonesia menjadi negara yang perdagangan bilateral dengan negara-negara lain selalu minus. Indonesia menjadi negara konsumerisme terbesdar di Asia Tenggara. Indonesia menjadi mangsa mepuk bagi negara-negara penghasil industri elektronik, komunikasi dan otomotif. Hutang negara Indonesia bahkan mungkin yang terbesar diantara semua negara anggota ASEAN. Korupsi di Indonesia menjadi lahan yang menguntungkan bagi negara tetangga Malaysia dan Singapura, karena banyaknya koruptor yang melarikan uangnya ke 2 negara tersebut tanpa bisa diekstradisi.

ASEAN adalah bentuk semu persekutuan yang tidak diimbangi apada komitmen untuk menjadikan negara-negara anggotanya menjadi kekuatan yang satu. Salah satu industry pariwisata misalnya, kesepakatan AFTA tidak memiliki kekuatan yang menyatukan, tetapi membiarkan masing-masing negara bersaing dan saling mencaplok satu sama lain. Malaysia yang sering disebut sebagai negara serumpun, tidak segan untuk menyebutkan beberapa budaya asli Indonesia sebagai bagian dari promosi wisatanya. ASEAN dan AFTA hanya secarik kertas yang bisa dilanggar dan dibuat tidak berarti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun