Ketika saya masih berurusan dengan dunia percintaan yang makin runyam dan pelik, rasanya hari-hari saya hanya dipakai untuk menanyakan hal-hal yang tidak berguna! Ya. Karena setiap bangun pagi, si dia sudah menanyakan apa sudah makan? Apa kegiatan hari ini? Apakah sudah mandi? Mengapa semalam kamu tidak membalas pesan saya? Jangan sampai kamu selingkuh? Dan beragam pertanyaan sepele yang tak ada faedahnya.
Menyesal saya! Karena usia muda saya hanya dipakai untuk melakukan hal-hal yang sama sekali tidak pernah memberikan nilai positif bagi saya dan sesama.
Saya beruntung, sejak putus dengan si dia, saya semakin tahu dan sadar untuk mengejar karir saya dalam bidang kepenulisan. Ya, sebenarnya bukan karir sih. Melainkan saya memanfaatkan rasa patah hati itu untuk menyalurkan hobi.
Jomblo pilihan tepat untuk bebas berkarya
Banyak yang datang dan pergi. Ya, pergilah dan jangan balik lagi ke hadapanku! Terkesan nada emosional ya. Hihihi.
Saya beruntung bisa menyalurkan hobi kepenulisan di 4 Media Online dalam sehari. Selain itu, saya gunakan untuk menulis buku biografi, novel dan beberapa tawaran skripsi dari rekan-rekan yang mengalami kesulitan.
Semua yang saya lakukan itu tanpa meminta imbalan apa pun. Karena saya menjadikan masa muda saya itu harus berarti bagi diri sendiri, sesama, alam dan lingkungan di mana saya tempati.
Jika ada yang memberikan tanda jasa, syukurilah. Tapi, jika tidak ada saya pun ikhlas. Karena saya selalu yakin dan percaya bahwasannya rezeki sudah ada yang mengaturnya.
Menulis jangan berharap imbalan. Karena semakin kita mengejar imbalan itu, rasanya semakin menjauh. Akibatnya, sumpah serapah dan virus kebencian menghambat kreativitas kita.
Bagaimana perasaan saya, ketika produktifitas menulis semakin meningkat di fase jomblo?
Saya sangat bangga dan bahagia dengan diri saya sendiri. Terlepas dari apa kata orang. Karena saya tahu kelebihan dan kekurangan saya. Dengan cara ini, saya meningkatkan kelebihan saya untuk berkarya.