Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Creator Tafenpah

Membaca, Berproses, Menulis, dan Berbagi || Portal Pribadi: www.tafenpah.com www.pahtimor.com www.hitztafenpah.com www.sporttafenpah.com ||| Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Inferioritas Penulis Pemula

29 September 2020   01:02 Diperbarui: 29 September 2020   01:03 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai pendatang baru di dunia kepenulisan, saya merasa was-was akan logika tulisanku. Apakah logika saya bisa dimengerti orang lain? Tentu rasa inferioritas ini semakin mengejar saya dalam kecemasan. Saya cemas bila logika yang saya bangun dalam setiap aksara tak bisa dimengerti oleh orang lain.

Tangga nada kecemasan ini, beriringan bersama kepribadian saya yang suka menyendiri. Dalam kesendirian saya memikirkan banyak hal dalam imajinasi. 

Saya tak sadar bila saya adalah salah satu pengidap cacat mental inferior. Memang mengakui kelemahan itu jauh lebih sulit daripada menyalahkan orang lain. Barangkali anda yang sedang membaca tulisan ini juga mengalami penyakit mental ini.

Melalui aksara dalam setiap tarikan kata, kalimat lalu menghasilkan paragraf memori. Saya ingin menyelami penyakit mental inferior ini, dalam dekapan malam. 

Saya terinspirasi dari salah satu kenalan yang menghubungi saya melalui via WhatsApp. "Fred,kamu kok PD (percaya diri) banget sih nulis di kompasiana! Seberkas sinar malam jatuh meneror saya melalui makna pesan demikian.

Saya hanya diam terpaku memandangi bunyi pesan demikian. Saya merasa mungkin tulisan saya ngalur-ngidur tak karuan. Jadi, kenalan saya tak mengerti paradigma saya dalam mengeksekusi apa yang ingin saya sampaikan. 

"Ah, Fred tak apalah. Kamu harus terus belajar menulis melalui platform Kompasiana." Saya mensugesti diri sendiri. Konon, orang tua saya selalu sugesti setiap kali menemui masalah. Jadi, alam bawah sadar saya kembali mengingat memori yang telah tersimpan rapi di jantung arsipku.

Saya terus mengulangi kata-kata demikian dalam pikiranku. Alhasil, saya mendapatkan energi untuk bangkit berkarya. Walau dunia tak meminta. Sugesti adalah jalan menuju kebebasan beban mental inferioritas. 

Setiap hari, saya selalu mensugesti diri untuk menjadi yang terbaik. Karena bagi saya tak ada penulis hebat di luar sana tanpa melalui penulis pemula. Bagi saya dunia kepenulisan tak mengenal senioritas dan yunioritas. Yang ada hanya ketepatan waktu.

Saya menemukan tips sugesti dalam meringankan rasa inferior dalam diriku. Barangkali jalan sugesti yang saya jalani bisa membantu anda sekalian dalam menyelesaikan segala problem/masalah keseharian anda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun