Mohon tunggu...
Franz Emanuel
Franz Emanuel Mohon Tunggu... Mahasiswa - TanaAi Boy

baik menjadi penting, tetapi lebih penting menjadi orang baik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gigih di Tengah Pandemi Covid-19

19 Februari 2021   11:53 Diperbarui: 19 Februari 2021   12:23 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: detik.com

Manusia adalah makhluk yang bebas. Di dalam kebebasannya, ia menunjukkan kepada dunia bahwa dia adalah bagian dari dunia. Ia sadar tentang segala yang berkaitan dengan kehidupannya. Keberhasilan dan kegagalan menjadi warna indah yang menghias hari hari dalam proses menjadinya. Kebahagiaan dan kesedihan seakan menjadi bumbu penyedap makanan yang harus kita cicipi dalam keseharian kita. Bahaya datang silih berganti menantang kita apakah kita bisa tampil menjadi seorang pemenang atau kita hanya menjadi seorang pengecut yang berkoar-koar menujukkan semangat hidup tetapi takut untuk menghadapinya.

Kini bahaya besar telah muncul dalam kehidupan kita. Sebuah bahaya yang tak kasat mata telah merenggut sekian banyak nyawa manusia yang masih ingin merasakan indahnya hidup, merenggut nyawa mereka yang masih mau bersyukur, mereka yang mempunyai mimpi untuk terus bermimpi, mereka yang berusaha untuk tampil sebagai pemenang.

Sebuah bahaya yang sedang diperangi oleh semua bangsa tanpa terkecuali. Mereka menamakan bahaya itu dengan sebutan Covid-19. Virus yang mematikan yang pertama kali muncul di kota Wuhan ini telah mengguncang dunia. Setiap hari, berbagai media komunikasi dipenuhi dengan berita terkait dengan keganasan virus ini. Bahkan berita tentang Covid-19 selalu menduduki tempat utama dalam berbagai media pemberitaan. Keganasan virus ini telah menyebakan kegagalan dalam berbagai bidang kehidupan. Banyak orang menjadi takut. Berbagai cara dilakukan manusia untuk tetap bertahan dalam situasi ini. Berbagai cara telah dilakukan agar dapat menghalau virus ini dari muka bumi, tetapi hingga saat ini belum mendapatkan titik terang.

Menghadapi situasi yang mencekam ini, tentu diharapkan kita semua untuk memanajemen hidup dengan lebih baik. Anjuran pemerintah adalah sebuah cara bagi kita untuk memutuskan penyebaran Virus Covid-19 ini. Gerakan 3 M, yakni mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak adalah pilihan yang harus kita patuhi. Virus ini telah merebut dunia kita yang luas dengan mengadirkan dunia kita yang sempit. Rumah menjadi dunia kita.

Berbagai istilah seperti isolasi mandiri, karantina, tes SWAB, antigen, OTG, ODP, dan lain-lain telah menjadi kata-kata yang biasa di telinga kita semua. Dulu, masker hanya dikususkan bagi orang-orang tertentu, kini harus menjadi bagian dari diri kita semua tanpa terkecuali. Mungkin banyak dari kita menjadi tidak nyaman dengan memakai masker, tetapi kita harus ingat bahwa ini adalah yang terpenting. Mengapa karena maskerku menyelamatkanmu dan maskermu menyelamatkanku.

Berbagai rencana kita telah gagal. Mimpi-mimpi kita mungkin menjadi kabur di era ini. semangat juang kita tidak sehebat dulu. Covid-19 telah membuat dunia kita sedikit berbeda. Kita yang dulu selalu berkumpul untuk merayakan kebersamaan kini hanya bisa berkomunikasi lewat alat komunikasi. Kita mungkin menjadi curiga dengan orang-orang di sekita kita. Kita bertanya-tanya, apakah dia terinfeksi virus atau tidak? Intinya ada jarak yang  menjadi pemisah antara kita. Mungkin kita tidak suka atau marah dengan situasi ini, tetapi kita harus ingat bahwa inilah yang terbaik agar saya dan anda dapat selamat.

Banyak orang harus kehilangan pekerjaan, banyak orang pula menjadi putus asa di mana mereka harus hidup dalam situasi yang sulit ini. Ya….situasi yang tidak kita ketahui kapan berakhir. Terkait dengan situasi yang sulit ini, apakah kita juga harus menjadi putus asa? Apakah kita harus menyerah? Apakah kita harus berhenti bermimpi? Atau apakah kita berani melakukan sesuatu yang berbeda untuk mengatasi berbagai persoalan yang disebabkan oleh keganasan virus ini. Walaupun segalanya menjadi sulit, kita harus tetap gigih. Mengapa? Alasanya adalah karena diri kita sendiri. Kalau kita mengenal diri kita sendiri secara baik, kita akan sadar bahwa kita mempunyai suatu kekuatan. Meskipun situasi saat ini sulit, tetapi ide-ide cemerlang kita tentunya tidak hilang. Rumah menjadi dunia kita saat ini. Memang terlalu sempit, tetapi apakah ide kita juga sempit? Atau kita berhenti berkarya? Kita harus tetap gigih. Gigih berjuang untuk dapat keluar dari situasi ini. Ketakutan memang ada tetapi kita tidak harus selalu terkungkung dalam situasi ketakutan kita. Ketakutan kita yang berlebihan hanya akan membuat kita tidak berani menghadapi berbagai realita yang sedang terjadi dan akan terjadi di dalam kehidupan kita.

Di tengah pandemi ini, kita mungkin saja memiliki banyak kekurangan, merasa gelisah dan bahkan hidup kita menjadi tidak tenteram. Namun, yang harus kita sadari adalah bahwa hidup kita adalah sebuah proyek terbesar di dunia ini. Ketika kita hidup dalam situasi ini, kita juga harus sadar bahwa hanya kita yang sanggup menjaga agar kekuatan kita tidak merosot. Agar kita tidak hanya menjadi manusia yang hanya berani bermimpi tetapi manusia yang berani berjuang untuk menggapainya.

Dengan melakukan segalanya dari rumah, sejatinya juga menjadi kesempatan bagi kita untuk lebih mengenal dan memahamai diri kita sendiri secara lebih baik. Sekarang juga menjadi kesempatan di mana kemampuan kita diuji di mana kita harus mengekang diri untuk jangan dulu berkumpul bersama teman-teman yang dapat memicu kerumunan, untuk jangan dulu berkumpul dengan keluarga.

Bosan, sepi dan situasi dan perasaan lain kita rasakan di tengah situasi ini dan hal ini tentu tidak dapat dipungkiri di mana kita harus mengalaminya. Kesepian dan berbagai perasaan yang kita alami dapat membantu kedewasaan kita. Membantu kita untuk tampil sebagai pribadi yang tidak lagi mementingkan diri sendiri.

Walaupun hidup dalam suasana sulit, ingatlah bahwa kita harus tetap bahagia. Menjadi bahagia bukan hanya dengan menebarkan senyum dan tertawa, tetapi juga terkait dengan bagaimana kita mengolah kesedihan kita dan bagaimana kita mampu menghadapi berbagai kesulitan yang tengah terjadi akibat pandemi ini. Saat ini, rumah menjadi segalanya bagi kita. Belajar, bekerja dan berbagai aktivitas lain kita lakukan dari rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun