Mohon tunggu...
Fransiskus Xaverius Kabe
Fransiskus Xaverius Kabe Mohon Tunggu... Guru

Fransiskus Xaverius Kabe, M.Pd, Anak kedua dari 4 bersaudara, menyelesaikan studi s1 dan s2 di Malang memperoleh gelar Magister tahun 2016, bekerja sambil kuliah menjadi Cashier Food and Beverage di Hotel Trio Indah 2 Malang, kemudian kembali ke Ngada dan bekerja sebagai Dosen di salah satu PTN selama 2 tahun, menjadi dosen Bahasa Inggris di salah satu PTS di Kabupaten Ende tahun 2019-2021, General Manager di Koperasi Jasa Ennisa Mandiri Jaya sampai sekarang dan menjadi Guru Swasta salah satu SMK di Kabupaten Ngada.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bertuhan Namun Ateis

29 Mei 2025   11:15 Diperbarui: 29 Mei 2025   11:15 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: AI 

Menurut Helmy Hidayahtulloh dalam buku Ateisme dan Teisme Modern (hal. 63) pengertian ateisme adalah sebagai berikut:

Kata "ateisme" dapat dipahami dari kata-kata penyusunnya. Imbuhan "a" berarti "tanpa" atau "kurang" dan "teisme" berasal dari istilah Yunani "theos" yang berarti Tuhan. Apabila "teisme" berarti kepercayaan kepada Tuhan", maka pemahaman yang paling umum dari istilah "ateisme" adalah ketidakyakinan pada Tuhan. Oleh sebab itu "ateis" merupakan individu yang tidak percaya pada Tuhan. Adapun dalam KBBI, pengertian ateisme adalah paham yang tidak mengakui adanya Tuhan. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa secara sederhana ateisme diartikan sebagai paham tidak mempercayai adanya Tuhan.

 

Dalam buku john gray berjudul "Tujuh Tipe Ateisme" membahas kemunculan konsep ateisme dan menggolongkannya dalam tujuh tipe. Yang dibahas di buku ini adalah praktek ateisme, yang tidak sesederhana konsep dasarnya. Ternyata, ada tujuh praktek 'tidak bertuhan' mungkin kita juga termasuk dalam ketujuh tipe ini sebagai "tuhan-tuhan pengganti". Menurut John Gray, penganut ateisme berhasil menghilangkan Tuhan yang dipercayai oleh penganut agama, tapi tetap dibutuhkan tuhan pengganti, karena tanpa konsep Tuhan (secara luas), berarti tidak ada titik acuan apapun, tidak ada kepastian yang menjaga 'semesta' manusia, dan tidak ada jaminan kebahagiaan di masa depan.  Karena itu, tujuh tipe praktek ateisme yang dibahas di buku ini adalah:

Tipe pertama, ateisme yang memilih sains sebagai 'juru selamat'. Tapi ateisme jenis ini terbukti tak bisa menggantikan agama sebagai kerangka acuan yang mapan. Salah satu sebabnya, karena sains sendiri selalu berubah setiap fakta baru ditemukan. Sains memudahkan kehidupan, tapi dia tidak memberi titik pijak absolut.  Ateisme jenis ini dianggap gagal karena mempertentangkan sains dengan agama, sedangkan nyatanya ada lebih banyak pertentangan antara sains dengan sains sendiri daripada sains versus agama.

Ateisme tipe kedua mengagungkan kemanusiaan sebagai sumber nilai. Salah satunya adalah ideologi Marxis. Manusia adalah hasil dari dialektika sejarah materi, selalu dalam perebutan kelas, dan konflik ini hanya bisa berakhir jika kaum proletar menguasai semua alat ekonomi lalu menghapuskan kelas2. Semua sama rata. Namun semua ini sebenarnya adalah kopian dari kisah ideal pertarungan manusia yang ada di semua agama: manusia berjuang meraih surga tempat kebahagiaan sejati. Marx hanya mengganti Tuhan dengan Dialektika Materialis, surga dengan kondisi manusia sama rata sama rasa, neraka untuk kaum kapitalis yang ditumbangkan. Marxisme adalah agama yang menyamar dalam jubah ideologi.

Ateisme tipe tiga mencoba menggantikan Tuhan dengan manusia-super (atau AI) seperti yang diceritakan dalam buku Homo Deus-nya Yuval Harari. Proyek ini mungkin selamanya jadi utopia, soalnya apa manusia beneran mau menyembah ciptaannya sendiri? Lagian siapa yang nentuin tuhan buatan siapa yang harus disembah?  Maukah kamu menyembah tuhan merk Tesla atau merk Toyota?

Ateisme tipe empat sangat mengerikan, karena berisi orang-orang yang berkuasa secara politik lalu menasbihkan dirinya sendiri sebagai Tuhan dan bertindak sesukanya. Hitler dan Lenin adalah contohnya. Ateisme jenis ini sudah terbukti merupakan catatan hitam kemanusiaan, ketika satu orang dengan gangguan kejiwaan menentukan hidup matinya orang lain.

Ateisme tipe lima adalah orang-orang pembenci Tuhan karena mereka hidup sangat menderita di dunia. Mereka protes pada Tuhan, tapi dalam melaksanakan protesnya itu mereka mengorbankan dirinya sendiri dan orang-orang sekitarnya. Orang-orang ini jadi semacam anti-tuhan tapi lalu menjadikan dirinya sendiri tuhan, dan memaksa orang-orang lain untuk melayani kegilaannya.  Ateisme tipe ini tidak berdasar pada ideologi tertentu dan cakupan tindakannya tidak seperti tipe-tipe sebelumnya yang meluas melewati batas negara.  Ateisme ini lebih merupakan sikap individual.

Ateisme tipe enam juga bertipe individual, tapi kebalikan dari tipe lima.  Ateisme macam ini menolak Tuhan tapi tidak benci kehidupan. Malah sangat senang hidup, sangat baik pada sesama. Pokoknya hidup cuma sekali, jadi sebelum lenyap dia berusaha jadi manusia berguna. Ga usah pusing mikirin Tuhan ada apa nggak. Enjoy ajaaa  Secara kasat mata, penganut ateisme tipe ini sama dengan penganut agama yang gemar sedekah, gemar membantu orang lain.  Malah mungkin mereka lebih tulus berderma daripada penganut agama, karena mereka tidak berharap akan masuk surga setelah mereka mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun