Di era digitalisasi, serba ada, serba instan , tak ada rahasia mewajibkan setiap individu untuk selalu bertarung dan mengupdate diri mereka agar terus survive, kadangkala untuk mencapai hasil maksimal kita sering mendapatkan banyak kendala yang ada-ada saja maupun yang itu-itu saja, misalnya lingkungan kerja yang TOXIC.
Dalam Lingkungan Toxic kita akan menemukan manajemen perusahaan atau lembaga yang tidak profesional. Mereka tidak mau membentuk culture perusahaan yang sehat dan membiarkan semuanya 'as it is' atau 'let it flow' masing-masing atasan mencari aman dan nyaman demi kepentingan sendiri. Budayanya lebih mirip budaya negara korea utara yang di pimpin oleh Kim Jong Un. Sekali komplain dan memberikan masukan ke perusahaan atau lembaga langsung di sikat, di kucilkan bahkan tidak pernah dilibatkan dalam kegiatan perusahaan atau lembaga tersebut. Semua terlihat seperti ancaman bukan hal positif untuk membangun lingkungan kerja yang mendukung dan kondusif. Serba salah!
Di lingkungan toxic jangan harap kalian akan menemukan mayoritas karyawan yang helpful dan bisa diajak bicara serta kerjasama, palingan cuma beberapa orang saja yang mau bantu kalian, selebihnya individualis, no welcome dan bahkan kadang-kadang kita sebagai junior tidak terlalu dianggap. sudah seperti dunia lain, mereka manusianya dan kita Jin nya (antara ada dan tiada). Kebanyakan, ditemukan juga sifat senioritas disini. Karyawan yang paling lama merupakan pucuk "pimpinan tertinggi" dan mau tidak mau harus hormat kepada mereka, rata-rata, si senior ini tidak mau menyapa duluan, maunya disapa dan kadang-kadang mendekati junior kalau ada butuhnya, habis itu bye-bye.
Sedangkan Boss para toxickers ini biasanya tidak peduli dengan lingkungan sekitar, mau anak buah sakit, mau anak buah susah, pokoknya yang di sering ditekankan itu 'kerja, kerja, kerja'. Mereka menjunjung tinggi prinsip hidup, yaitu: Bos tidak pernah salah; Kalau bos salah, kembali ke aturan no 1. Sebenarnya, tidak semua karyawan atau bos sama-sama Toxickers, cuma kebanyakan memang sudah tercuci otaknya. Karena di lingkungan seperti itu berlaku hukum alam. yaitu: Yang kuat yang bertahan. Biasanya, karyawan yang manut dan lurus hidupnya tidak akan bertahan lama disitu, dan yang tersisa dan bertahan siapa? ya para Toxickers itu.
Ada karyawan yang bagi saya memiliki karakter yang sangat cocok jadi budak korporat, sungguh tepat sekali pokoknya, smart, sigap, selalu over achieve dan mencurahkan segala hidupnya untuk meraih prestasi dalam karir. Perusahaan atau Lembaga mana yang tidak bangga dan terus tumbuh jika memiliki karyawan seperti dia? Sayangnya, dia lupa apa arti manusiawi demi karir, pandai memutar kata, bahkan membuat kebohongan dan manipulative.
Sebagian orang mungkin cukup beruntung bisa bekerja di lingkungan kerja yang positif dan perusahaan yang mengedepankan budaya kolaborasi satu sama lain. Sayangnya tidak semua seberuntung itu. Sebagian orang harus menghadapi lingkungan kerja tidak nyaman setiap harinya.
Diakhir tulisan saya ini Penulis ingin menyampaikan bahwa, Ada banyak orang baik di sekitar kita. Tapi mereka tak berdaya dalam lingkungan atau struktur yang tidak baik. Struktur itulah yang memelihara pikiran sempit tentang pentingnya orang baik, sambil menindas kesadaran (dan melarang perbincangan) tentang perlunya struktur yang baik. Jadilah baik dimanapun Anda berada, jika lingkungan sekelilingmu terlihat gelap mungkin anda adalah cahayanya.
Demikian!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI