Pada suatu hari, di sebuah desa terpencil tinggallah seorang nenek dan dua cucunya yang memiliki karakter berbeda. Suatu senja, nenek duduk di serambi depan rumahnya yang terbuat dari bambu dan sudah doyong ke kanan. Nenek sibuk merajut syal untuk kedua cucunya sambil mendendangkan lagu kesukaannya pada masa mudanya.Â
Nenek  : "Pasti ini cantik sekali jika dipakai cucuku Biru dan Bening." (sambil memandangi syal yang hampir jadi) "Warna putih ini seputih hati cucuku, Bening (tersenyum). Andai Biru selalu sabar dan bisa menerima keadaan." (sambil melamun, membayangkan Biru dengan penuh harap)
Bening : "Nenek, nenek belum selesai merajut syal? (sambil menaruh sekeranjang pakaian yang sudah kering dari jemuran dan duduk di sebelah nenek) "Nek, bagus sekali syalnya. Wah, nenek bisa saja ya merajut syal sebagus ini." (sambil melihat dan memegang syal)
Nenek  : "Iya, Bening. Nenek jarutkan untuk kamu dan kakakmu Biru."
Bening : "Nek, kakak ke mana kok tidak ada di rumah?" (sambil melihat sekeliling rumah)
Nenek  : "Kakakmu tadi pergi ke desa sebelah. Katanya mau beli lauk-pauk untuk malam mini. Tunggu saja mungkin sebentar lagi pulang." (sambil mengelus-elus rambut Bening)
Bening : "Iya, Nek. Bening masuk dulu ya Nek." (mengambil keranjang pakaian untuk dimasukkan ke dalam rumah)
Nenek  : (menganggukkan kepala sambil tersenyum)
Tiba-tiba, Biru datang dan menaruh kantong plastik berisi tahu dan tempe goring di meja depan nenek dengan kasar sambil marah-marah.
Biru    : "Nenek, sampai kapan kita makan tahu dan tempe terus, Nek? Aku ingin makan ayam goreng dan lalapannya! Uang nenek tadi tidak cukup untuk membeli tiga ayam goreng."
Nenek  : " Biru, duduklah! Tidak apa-apa mala mini kita makan tahu dan tempe lagi. Tahu dan tempe juga mengandung banyak protein, Biru." (menenangkan Biru dengan sabar)
Biru    : "Tapi, Nek. Kapan kita bisa makan enak? Andai Ibu pulang dan membawa uang banyak, pasti kita bisa makan apa saja." (sambil melipat tangan)
Bening : " Kakak sudah pulang? Nek, kak, masuk yuk, ini sudah gelap."Â
Nenek, Biru, dan Bening pun masuk ke dalam rumah. Bening sibuk menyiapkan makan malam, sedangkan Biru hanya berdiam saja sambil menggerutu.
Bening : " Nek, Kak, makanannya sudah siap. Ayo kita makan bersama!" (mengajak nenek dan Biru makan malam di meja makan)
Biru    : "Makan saja tempe dan tahu itu, aku tidak mau makan. Aku bosan makan begituan terus." (menuju ruang makan, melihat lauk yang ada di meja makan sambil sewot)
Nenek  : "Biru, ayo kita makan bersama dengan lauk seadanya. Ini semua rezeki Tuhan, nak." (mengajak cucunya untuk makan bersama dengan ramah)
Biru    : "Ogah!" (meninggalkan ruang makan)
Biru meninggalkan ruang makan tanpa memberikan senyuman untuk nenek dan adiknya. Nenek dan Bening makan dengan lauk seadanya. Mereka selalu berucap syukur dengan rezeki yang diterima. Nenek selalu mendoakan cucu-cucunya supaya menjadi anak yang berbakti kepada orang tua dan melakukan hal-hal positif sesuai dengan kehendak-Nya.