Mohon tunggu...
fransisca dwi aulia20
fransisca dwi aulia20 Mohon Tunggu... Mahasiswa D4 Teknologi Radiologi Pencitraan

suka membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Peran Penting Proteksi Dalam Layanan Medis Kedokteran Nuklir

13 Juni 2025   15:30 Diperbarui: 13 Juni 2025   15:37 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://ddnmrc.com/view-casestudy/bone-scan-case-study

Oleh : Fransisca Dwi Aulia
Dosen Pengampu : Krizky E. P. Sulistya, S.Tr.Kes
D4 Teknologi Radiologi Pencitraan Fakultas Vokasi Universitas Airlangga 

Ketika mendengar kata "NUKLIR" mungkin hal pertama yang melintas dibenak anda adalah Senjata? Ledakan? Bahaya? Radiasi ataupun Bencana?. Namun bagaimana jika nuklir tersebut justru menjadi penyelamat nyawa seseorang dan didalam dunia medis sering kali digunakan untuk diagnosis dan juga terapi penyakit?

Seiring dengan perkembangan dunia medis yang semakin modern nuklir merupakan salah satu trobosan penting yang memberikan kontiribusi besar khususnya dalam bidang radiologi, kedokteran nuklir dan juga terapi radiasi. Salah satu bidang yang sangat krusial dan memberikan metode yang sangat unik ialah kedokteran nuklir. Sebagai bagian dari ilmu kedokteran, kedokteran nuklir dikenal sebagai cabang ilmu kedokteran yang dalam kegiatan atau prosedur kerjanya menggunakan material radioaktif terbuka (radiofarmaka) dalam dosis yang sangat rendah untuk mendiagnosis suatu penyakit maupun untuk mengobatinya. Menurut Daenuri Anwar (2011), instalasi radiologi diklasifikasikan sebagai lingkungan kerja yang memiliki berbagai resiko bahaya yang dapat menimbulkan dampak pada kesehatan, seperti bahaya paparan radiasi, sehingga faktor keselamatan menjadi hal yang penting untuk meminimalkan risiko kecelakaan di instalasi radiologi.

Penggunaan radioaktif sebagai bahan utama dalam dalam bidang ini harus dikelola dengan sistem proteksi radiasi yang cermat juga prosedur keselamatan yang ketat guna mencegah dampak negatifnya bagi manusia dan sekitarnya. Sayangnya, aspek penting ini sering kali luput dari perhatian publik, padahal proteksi radiasi merupakan fondasi utama dalam menjamin keamanan dan keberlanjutan pemanfaatan teknologi nuklir secara aman. Karena itulah aspek proteksi radiasi pada kedokteran nuklir menjadi sangat krusial dan memiliki tantangan tersendiri.

Mengapa dalam Kedokteran Nuklir aspek proteksi Radiasi menjadi hal yang krusial ?

Kedokteran nuklir memiliki modalitas yang sangat unik dibandingkan dengan modalitas radiologi lainnya. Radiasi yang digunakan sebagai bahan utama dalam proses diagnosis maupun pengobatan secara langsung yang dilakukan di luar tubuh ataupun dimasukkan kedalam tubuh pasien dengan cara diminum maupun disuntikan, sehingga pasien itu sendirilah yang menjadi sumber radiasi yang memancarkan energi radiasi ke sekitarnya dalam jangka waktu tertentu. Oleh sebab itu diperlukan pendekatan komperhensif yang tidak hanya untuk tenaga medis dan juga pasien, tetapi juga keluarga pasien maupun lingkungan masyarakat sekitar tentang pentingnya proteksi pada kedokteran nuklir. ALARA (As Low As Reasonably Achievable) merupakan pilar keamanan tak terlihat yang selalu menjadi prinsip proteksi yaitu:

  • Waktu : Semakin singkat waktu paparan, semakin kecil juga dosis radiasi yang diterima, oleh karena itu setiap prosedur dilakukan dengan optimal dan secepat mungkin tanpa mengorbankan keamanan.
  • Jarak :Paparan radiasi yang diterima oleh objek akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya jarak dari sumber radiasi. Oleh karena itu dalam unit radiologi kedokteran nuklir biasanya ruangan didesain khusus dengan area yang luas untuk menjaga jarak antar pasien.
  • Perisai (Shielding) : Penggunaan material penahan radiasi adalah benteng pertahanan terakhir dalam menjaga keselamatan kerja. Dinding pada ruangan di unit instalasi radiologi di lapisi oleh bahan timbal (Pb) maupun beton tebal sesuai dengan anjuran PERKA BAPETEN Nomor 8 Tahun 2011. Para petugas radiasi diwajibkan untuk selalu menggunakan lead apron (apron timbal) serta syringe shield (pelindung suntikan) dari timbal untuk melindungi tangan saat menyuntikkan radiofarmaka ke tubuh pasien.

Sejalan dengan prinsip ALARA terdapat pula prinsip dasar yang juga selalu ditetapkan untuk memperkuat upaya proteksi. Untuk itu Sanyoto (2004), menyatakan bahwa Komisi Internasional untuk Proteksi Radiasi (ICRP) merekomendasikan tiga prinsip utama dalam penggunaan sumber radiasi pengion, yaitu prinsip justifikasi, pembatasan dosis, dan juga optimisasi, sebagai dasar untuk menjaga keselamatan. Menurut Dari, Wulandari, dan Kusman (2023) prinsip justifikasi memastikan manfaat radiasi lebih besar dari risikonya, prinsip optimisasi mengacu pada penerapan prinsip ALARA dengan mempertimbangkan faktor sosial dan ekonomi, sedangkan limitasi membatasi dosis individu agar tidak melampaui rekomendasi ICRP.

Implementasi proteksi radiasi merupakan suatu prosedur standar yang ketat yang harus selalu dilaksanakan serta edukasi yang berkelanjutan bagi semua pihak. Pada pasien tetap selalu mematuhi prosedur saat pasien diberikan edukasi yang jelas tentang langkah-langkah keamanan di rumah, seperti menjaga jarak dari anak kecil atau ibu hamil selama beberapa hari, serta anjuran untuk minum banyak air untuk membantu eliminasi radiofarmaka dari tubuh. Untuk tenaga madis sendiri perorangan wajib memiliki dosimeter yang digunakan untuk mengukur dosis radiasi kumulatif yang mereka terima.  Hasil pengukuran dosis tersebut akan selalu di pantau secara rutin untuk memastikan petugas tidak terpapar radiasi secara berlebih. Selain itu diperlukannya program pelatihan dan pembaruan kompetensi serta sertifikasi khusus secara rutin bagi seluruh tenaga medis guna menjaga kemampuan teknis dan kesadaran akan pentingnya proteksi.

Di balik setiap diagnosis akurat dan terapi efektif yang diberikan oleh Kedokteran Nuklir, ada kerja keras dan dedikasi untuk menjaga proteksi radiasi. PPR atau Petugas Proteksi Radisi memegang peranan penting dalam menegaskan serta memastikan bahwa semua prosedur telah terlaksana dengan baik. Implementasi yang menyeluruh dan berkelanjutan ini tidak hanya menjamin keselamatan pasien, petugas, dan lingkungan, tetapi juga membangun kepercayaan publik terhadap kemajuan teknologi medis.  Perkembangan teknologi seperti Artificial Intelligence (AI) turut berkolaborasi untuk terus meningkatkan efisiensi dan keamanan alat yang digunakan dalam prosedur, sehingga kemanan semua pihak pun terjamin. Oleh karena itu keselamatan radiasi dalam kedokteran nuklir bukan hanya sekedar prosedur tetapi diperlukan budaya kerja kolaboratif yang mencakup semua pihak mulai dari pasien, radiografer, dokter, Petugas Proteksi Radiasi (PPR), juga radiofarmasis.

REFERENSI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun