Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Sila Kelima Seakan Mustahil Diterapkan?

28 Agustus 2025   09:10 Diperbarui: 28 Agustus 2025   05:52 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga berjalan di dekat permukiman kumuh (ANTARA FOTO/Putra M. Akbar)

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia selalu terdengar indah dalam pidato kenegaraan, tertulis di buku pelajaran, bahkan menjadi bagian dari janji politik yang berulang kali dikumandangkan. Namun di tengah kenyataan sehari-hari, cita-cita luhur dalam sila kelima Pancasila itu kerap tampak seperti fatamorgana. Sila ke 5  terlihat jelas dan menjadi cita-cita luhur pembangunan bangsa, tetapi sulit dirasakan ketika kita benar-benar mencoba meraihnya. Pertanyaannya, apakah keadilan sosial memang mustahil diterapkan, atau sebenarnya kita sedang salah memahami cara mencapainya?

Keadilan Sosial yang Masih Menjadi Retorika

Keadilan sosial seharusnya bermakna semua orang memiliki hak yang sama untuk hidup layak, memperoleh pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan kesempatan berkembang. Namun realitas di lapangan menunjukkan kesenjangan yang begitu lebar. Kita bisa melihat perbedaan mencolok antara anak-anak di kota besar yang bebas memilih sekolah swasta unggulan, dengan anak-anak di pelosok yang bahkan masih kesulitan mendapatkan guru tetap.

Di sektor kesehatan, fasilitas rumah sakit modern menumpuk di pusat kota, sementara masyarakat desa masih harus menempuh perjalanan panjang hanya untuk berobat. Begitu juga dalam hal ekonomi, di mana segelintir kelompok bisa menguasai sumber daya alam dengan mudah, sementara sebagian besar masyarakat masih berjuang hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok.

Di titik inilah sila kelima sering kali berhenti sebagai retorika. Banyak orang menganggap keadilan sosial adalah tanggung jawab negara saja, padahal realisasinya tidak sesederhana itu. Keadilan sosial bukan sekadar hadir dalam bentuk regulasi atau program bantuan, tetapi juga dalam praktik sosial dan budaya sehari-hari.

Ironisnya, sebagian besar masyarakat lebih suka menyalahkan pemerintah tanpa menyadari bahwa budaya curang, diskriminasi kecil, hingga sikap mementingkan diri sendiri juga menjadi penghalang serius dalam mewujudkan sila kelima. Dengan kata lain, keadilan sosial seringkali kita khianati sendiri sebelum benar-benar diwujudkan.

Mentalitas Kolektif yang Belum Mendukung

Membicarakan keadilan sosial tanpa menyinggung mentalitas bangsa adalah sebuah kelalaian besar. Banyak orang berpikir keadilan sosial hanya soal distribusi ekonomi atau pemerataan akses, padahal salah satu akar masalahnya adalah karakter kolektif kita.

Budaya nepotisme masih kuat melekat. Tidak jarang seseorang mendapatkan pekerjaan atau posisi bukan karena kompetensi, melainkan karena kedekatan dengan penguasa atau jaringan keluarga. Fenomena ini jelas merusak makna keadilan sosial yang seharusnya memberi kesempatan setara bagi semua orang.

Korupsi juga menjadi cermin mentalitas yang bertentangan dengan sila kelima. Ketika seorang pejabat menyelewengkan anggaran pembangunan, korban nyatanya adalah masyarakat yang seharusnya menikmati fasilitas publik. Maka tak heran jika keadilan sosial terasa seperti mimpi, sebab praktik semacam ini justru memperlebar jurang ketidakadilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun