Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apakah Pernikahan Masih Relevan di Zaman Modern?

24 Agustus 2025   17:00 Diperbarui: 24 Agustus 2025   15:41 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menikah (PEXELS/DADAN RAMDANI

Fenomena ini tidak berarti generasi muda menolak cinta. Justru mereka masih mencari kedekatan, hanya saja bentuknya lebih fleksibel. Ada yang memilih hubungan jangka panjang tanpa legalitas, ada yang menjalani co-living dengan pasangan, bahkan ada yang memilih hidup bersama dengan ikatan emosional tanpa menikah resmi. Semua ini menunjukkan bahwa makna kebahagiaan sudah lebih personal, tidak lagi ditentukan oleh label pernikahan.

Teknologi Mengubah Peta Hubungan

Perubahan besar juga datang dari teknologi. Dulu, pernikahan berfungsi sebagai jaminan sosial dan ekonomi. Dengan menikah, seseorang merasa lebih aman karena punya pasangan yang bisa diajak berbagi beban. Namun, di era digital, peran itu perlahan berkurang.

Perempuan semakin mandiri secara finansial, karier bisa dibangun tanpa bergantung pada pasangan, dan dukungan emosional bisa didapat dari banyak sumber, mulai dari komunitas online, forum, hingga media sosial. Relasi tidak lagi terbatas pada lingkaran sosial kecil, melainkan bisa terbentuk dengan orang dari berbagai belahan dunia.

Aplikasi kencan membuat pertemuan lebih mudah, meski sifatnya lebih cair. Hubungan bisa terjalin tanpa harus berujung pernikahan. Di sisi lain, teknologi juga memungkinkan orang untuk hidup lebih individualis. Hiburan digital, game, dan media sosial memberi ruang bagi orang untuk merasa terhubung meski tanpa pasangan.

Hal ini memunculkan pertanyaan baru: jika kebersamaan, rasa aman, dan koneksi emosional bisa ditemukan tanpa pernikahan, seberapa pentingkah institusi itu masih dipertahankan?

Pernikahan Masih Penting, Tapi Dengan Makna Baru

Meski banyak hal berubah, bukan berarti pernikahan sepenuhnya kehilangan relevansi. Masih ada nilai penting yang membuatnya tetap bertahan. Dari sisi hukum, pernikahan memberi perlindungan jelas, misalnya dalam hal warisan, hak asuh anak, atau status keluarga. Ini tidak bisa digantikan hanya dengan hubungan tanpa legalitas.

Selain itu, ada orang yang menemukan makna spiritual dalam pernikahan. Bagi mereka, menikah bukan hanya tentang pasangan, tapi juga tentang menjalankan keyakinan dan komitmen. Ada pula yang merasa pernikahan memberi stabilitas emosional, tujuan hidup, dan rasa kebersamaan yang lebih dalam.

Namun cara memaknai pernikahan jelas sudah berbeda. Ia bukan lagi satu-satunya jalur menuju kebahagiaan. Relevansi pernikahan kini bergantung pada individu. Bagi sebagian orang, ia tetap penting. Bagi sebagian lain, pernikahan justru tidak memberi arti apa-apa. Inilah yang membedakan zaman sekarang dengan masa lalu: pilihan personal lebih dihargai, dan kebahagiaan tidak lagi diukur dari status pernikahan.

Masa Depan Pernikahan  Bertahan atau Bertransformasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun