Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bagimana Media Sosial Mengubah Cara Kita Belanja?

23 Mei 2025   08:10 Diperbarui: 23 Mei 2025   05:57 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Belanja online.pixabay.com/PreisKing 

Kamu mungkin tidak menyadarinya, tapi keputusanmu membeli sesuatu minggu lalu entah skincare baru, sepatu putih kekinian, atau kopi sachet yang viral bisa jadi bukan sepenuhnya keputusan pribadi. Media sosial telah mengubah cara kita merespon produk, kebutuhan, bahkan keinginan, secara fundamental. Proses belanja yang dulunya rasional, kini seringkali emosional dan tak terduga. Kenapa ini bisa terjadi? Mari kita kulik lebih dalam bagaimana media sosial diam-diam menggeser logika konsumen dan menciptakan budaya belanja baru yang tak bisa diabaikan.

Media Sosial Etalase Tanpa Batas dengan Suasana Emosional

Berbeda dengan toko fisik atau e-commerce konvensional, media sosial tidak menyodorkan produk dalam bentuk katalog harga dan spesifikasi. Ia menyelipkannya dalam cerita, gaya hidup, dan rutinitas sehari-hari yang tampak "real" di mata pengguna. Kamu tidak disuruh membeli secara langsung, kamu "dibiarkan" melihat bagaimana produk itu membuat hidup orang lain tampak lebih mudah, lebih menarik, atau lebih bahagia. Di sinilah kekuatannya.

Media sosial bukan sekadar platform, ia adalah ruang emosional di mana keputusan belanja terjadi secara tidak sadar. Ketika kamu melihat seseorang menyemprotkan parfum dengan caption "baru pulang kencan dan dia suka banget wanginya", kamu tidak sedang melihat iklan. Tapi itulah iklan yang paling efektif karena membujukmu lewat perasaan, bukan argumen.

Dalam riset terkini oleh NielsenIQ tahun 2024, sebanyak 62% pengguna Gen Z dan milenial mengaku lebih percaya pada rekomendasi produk dari orang yang mereka ikuti di media sosial dibandingkan iklan resmi dari brand. Ini menunjukkan bahwa kekuatan persuasi kini bukan lagi milik pemilik modal besar, melainkan siapa pun yang bisa menciptakan narasi personal dan relatable.

Kamu Tidak Lagi Membeli, Kamu "Dibeli"

Salah satu kekuatan utama media sosial adalah algoritmanya yang sangat canggih. Setiap klik, waktu menonton, komentar, bahkan jeda saat kamu berhenti scroll pada konten tertentu semuanya tercatat dan dianalisis. Hasilnya? Kamu akan melihat produk yang "kamu pikir" kamu butuhkan, padahal itu adalah hasil dari rekayasa sistem yang memahami pola pikir dan perilakumu lebih dalam dari yang kamu sadari.

Apa yang membuat ini berbahaya? Karena kamu merasa sedang memilih, padahal kenyataannya kamu hanya diberi ilusi pilihan. Kamu merasa menemukan produk "secara alami", padahal itu adalah hasil dari intervensi algoritmik yang sangat personal.

Menurut studi MIT Technology Review (2023), tingkat konversi belanja impulsif yang dipicu oleh algoritma media sosial meningkat hingga 78% dibandingkan belanja lewat pencarian manual di e-commerce biasa. Ini menunjukkan bahwa kita bukan hanya diarahkan, tapi dijebak dalam ekosistem yang memang dirancang untuk menggugah keinginan sebelum kita sempat bertanya: apakah aku benar-benar butuh?

Dari Influencer ke Micro Creator Evolusi Penjual Tanpa Toko

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun