Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seni Menggali Potensi Diri

13 Mei 2025   18:04 Diperbarui: 13 Mei 2025   18:04 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Potensi Diri (thinkstock/zhudifeng)

Dalam hidup ini, banyak orang terjebak pada satu pertanyaan yang menggema tanpa jawaban: Sebenarnya aku ini siapa? Pertanyaan itu tidak sederhana. Sebab sering kali, kita hidup dengan identitas yang ditentukan orang lain keluarga, masyarakat, sistem pendidikan, bahkan algoritma media sosial. Akibatnya, potensi diri yang seharusnya menjadi peta dalam proses menentukan arah hidup justru terkubur dalam kebisingan tuntutan dan ekspektasi.

Tapi bagaimana kalau aku bilang bahwa potensi diri bukan soal kemampuan yang sudah kamu miliki sekarang, melainkan tentang kemungkinan-kemungkinan luar biasa yang masih menunggu untuk kamu sadari? Bukan hanya soal bakat atau minat, tapi tentang bagaimana kamu memandang hidupmu sendiri dan apa yang berani kamu lakukan terhadapnya.

Potensi Diri Tidak Ditemukan, Tapi Diciptakan

Selama ini, banyak yang percaya bahwa potensi diri itu harus "ditemukan". Kalimat semacam "Aku belum menemukan potensiku" sering diucapkan seakan potensi itu benda yang bisa ditemukan di jalan. Padahal kenyataannya, potensi bukan ditemukan tapi dibentuk.

Penelitian di bidang psikologi perkembangan menunjukkan bahwa otak manusia bersifat plastis. Artinya, kemampuan kita berkembang tergantung dari apa yang kita latih, bukan hanya dari apa yang kita "punya" sejak lahir. Seorang anak yang tampak biasa-biasa saja di masa kecil bisa tumbuh menjadi pemimpin hebat jika lingkungan dan proses belajarnya mendukung. Di sinilah letak kesalahan besar persepsi publik: terlalu banyak yang menyerah karena merasa tidak memiliki potensi yang cukup dari awal.

Potensi diri adalah hasil dari interaksi aktif antara pengalaman, refleksi, dan keberanian mengambil keputusan. Dalam dunia yang berubah cepat, kemampuan untuk beradaptasi bahkan lebih penting daripada bakat statis. Maka daripada sibuk menunggu momen "eureka", lebih baik kamu aktif membentuk dirimu lewat tantangan, kegagalan, dan eksperimen yang terus menerus.

Karir Itu Tidak Dipilih, Tapi Diperjuangkan 

Ada satu mitos besar yang perlu dibongkar: bahwa karir itu soal memilih pekerjaan yang tepat dari awal. Kenyataannya, tidak ada satu pun orang yang benar-benar tahu akan jadi apa dirinya lima atau sepuluh tahun ke depan. Dunia kerja terus berubah. Posisi kerja yang hari ini populer mungkin tidak akan eksis dalam lima tahun mendatang. Perusahaan besar hari ini bisa hilang esok hari. Maka konsep "menentukan karir" seharusnya bukan tentang memilih satu jalan yang aman, melainkan tentang membangun fondasi kuat dalam diri untuk tetap relevan meski dunia berubah.

Inilah mengapa potensi diri dan karir adalah dua sisi dari satu koin. Kamu tidak bisa memaksakan diri ke jalur karir yang tidak mencerminkan siapa dirimudan kamu juga tidak bisa menolak perubahan hanya karena merasa tidak siap. Yang kamu perlukan bukan kepastian, tapi kapasitas. Semakin dalam kamu mengenali potensi dan mengasahnya, semakin banyak ruang yang bisa kamu ciptakan di dunia kerja. Karir bukan soal di mana kamu bekerja sekarang, tapi bagaimana kamu bertumbuh secara konsisten.

Sayangnya, banyak orang baru menyadari hal ini setelah bertahun-tahun berada di pekerjaan yang salah. Padahal, jika sejak awal proses menentukan arah hidup dilakukan dengan kesadaran penuh tentang potensi dan fleksibilitas masa depan, mereka bisa menghindari rasa stagnan yang melumpuhkan. Jangan tunggu krisis identitas. Mulailah bertanya sejak sekarang: apa kekuatan yang bisa aku kembangkan hari ini agar karirku tidak cuma sekadar bertahan, tapi juga berdampak?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun