Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Transformasi Wajah dan Pelayanan PT KAI

9 Mei 2025   09:08 Diperbarui: 9 Mei 2025   14:29 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penumpang kereta api Indonesia.(Humas KAI 

Beberapa tahun lalu, kereta hanya jadi pilihan terakhir buat banyak orang. Padat, lambat, sering rusak, bahkan kadang terasa tak aman. Tapi coba lihat sekarang. Dalam waktu tak sampai dua dekade, PT Kereta Api Indonesia (KAI) telah menyulap wajahnya jadi sesuatu yang tak lagi sekadar alat transportasi. Ia menjelma jadi simbol perubahan. Dan menariknya, perubahan itu diam-diam juga mengubah cara kamu, aku, dan jutaan orang lainnya memandang soal pelayanan publik, infrastruktur, bahkan soal harapan terhadap negara ini.

Tapi yang menarik dari perjalanan KAI bukan hanya soal kecepatan kereta atau pendingin udara di dalam gerbong. Yang layak kita renungi adalah bagaimana lembaga negara yang dulu dicibir, kini mampu berdiri dengan kepala tegak. Transformasi KAI adalah transformasi ingatan kolektif. Ia memberi kita pelajaran bahwa reformasi bukan sesuatu yang mustahil selama ada kemauan, arah, dan konsistensi.

Kereta dan Reputasi Negara Apa yang Tak Pernah Diomongkan

Pernah nggak kamu naik kereta lalu mendengar wisatawan asing berdecak kagum pada stasiun Gambir atau keakuratan jadwal KRL? Hal-hal kecil seperti itu sebenarnya bukan sekadar pujian, tapi cerminan wajah Indonesia di mata dunia. Transportasi publik, termasuk kereta, adalah jendela reputasi negara.

Kita sering bicara soal diplomasi, investasi, dan daya saing ekonomi, tapi lupa bahwa reputasi dibangun dari hal sederhana apakah warga dan tamu negara bisa berpindah dengan nyaman dan efisien? Dalam konteks ini, Kereta Api Indonesia telah bermain peran lebih besar dari sekadar mengantar penumpang. Ia membentuk pengalaman. Ia memperhalus persepsi.

Bayangkan saja, seorang investor datang ke Indonesia dan dari bandara langsung naik kereta bandara ke tengah kota. Jalannya mulus, pelayanannya ramah, koneksi waktunya presisi. Itu lebih meyakinkan dibanding ribuan slide presentasi dari kementerian.

KAI telah jadi alat diplomasi diam-diam. Dan ini bukan sesuatu yang banyak dibicarakan. Padahal, dalam era persaingan global yang ketat, reputasi seperti ini adalah modal besar dan KAI, lewat modernisasi layanan dan sistemnya, telah menyumbang banyak di balik layar.

Di Balik Layanan Terbaik ada Cerita Perjuangan dan Sistem yang Tak Mudah

Banyak dari kita melihat pelayanan terbaik dari PT KAI sekarang kereta datang tepat waktu, kebersihan terjaga, petugas melayani dengan sopan. Tapi sedikit yang tahu bahwa pencapaian itu butuh perjuangan panjang dan kadang menyakitkan dari sisi internal.

Saat transformasi dimulai, KAI harus menghadapi masalah klasik yaitu budaya kerja lama yang tidak produktif, mentalitas birokratis, hingga tekanan dari berbagai kepentingan. Tidak mudah mengubah perusahaan warisan kolonial yang punya sejarah lebih dari satu abad. Banyak pegawai harus dilatih ulang, beberapa harus dipindah atau bahkan dikeluarkan. Itu bagian dari keputusan sulit yang tidak terlihat publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun