Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Konservasi Air Jadi Isu Hidup dan Mati?

16 April 2025   10:05 Diperbarui: 16 April 2025   09:19 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ustrasi air bersih, pengelolaan air.(PIXABAY/JACK SELLAIRE) 

Mengapa Isu Ini Menyentuh Keberlanjutan Hidup?

Kita tidak bisa bicara soal masa depan tanpa menyentuh isu keberlanjutan. Keberlanjutan berarti memastikan bahwa generasi mendatang masih punya akses terhadap sumber daya alam yang layak, termasuk air. Tapi kalau kita melihat bagaimana tren penggunaan air saat ini, keberlanjutan itu semakin sulit tercapai.

Pertanian, sebagai penyedia pangan utama dunia, menggunakan sekitar 70 persen dari total air tawar yang tersedia. Namun, banyak praktik pertanian modern masih sangat tidak efisien. Sistem irigasi yang tidak berungsi dengan baik dan tidak layak lagi, ketergantungan dalam mengunakan pestisida yang secara langsung mencemari air tanah, dan penanaman tanaman yang tidak sesuai dengan iklim lokal membuat penggunaan air menjadi tidak bijak.

Di kota-kota besar, konsumsi air per kapita bisa mencapai ratusan liter per hari. Ini kontras dengan wilayah-wilayah yang kesulitan air bersih, seperti beberapa daerah di Nusa Tenggara Timur atau Papua. Ketimpangan ini mencerminkan kegagalan kita dalam mengelola air sebagai sumber daya publik yang adil dan berkelanjutan.

Konservasi air menjadi bagian penting dari agenda keberlanjutan karena air terhubung dengan hampir semua sektor kehidupan Semua itu saling terhubung dan berpusat pada satu hal yaitu air 

Membangun Kesadaran, Mengubah Perilaku

Perubahan tidak akan terjadi jika tidak dimulai dari kesadaran. Untuk menjadikan konservasi air sebagai gerakan bersama, kamu perlu memahami bahwa setiap tetes air itu berharga. Kita harus berhenti menganggap air sebagai sesuatu yang murah dan tersedia tanpa batas. Mengubah pola pikir adalah langkah awal yang paling penting.

Kesadaran ini harus dibangun sejak dini. Pendidikan lingkungan di sekolah perlu diperkuat, bukan cuma lewat teori, tapi juga praktik langsung. Anak-anak bisa diajak untuk membuat proyek sederhana seperti menampung air hujan atau menanam pohon. Di lingkungan rumah, orang tua bisa menjadi teladan dalam menerapkan gaya hidup hemat air. Masyarakat juga perlu diberi pemahaman bahwa konservasi air bukan soal 'pengorbanan', tapi soal menyelamatkan masa depan.

Media massa dan media sosial juga punya peran besar dalam menyebarkan pesan ini. Kampanye hemat air yang menarik, berbasis data, dan menyentuh sisi emosional bisa mengubah cara pandang masyarakat. Cerita tentang desa yang kekeringan, sungai yang mati karena limbah, atau ibu-ibu yang harus berjalan puluhan kilometer hanya untuk mendapatkan air bersih semua itu bisa menggugah empati dan membuka mata kita.

Di sisi lain, pemerintah juga harus lebih tegas dalam menjalankan kebijakan yang mendukung konservasi air. Jangan sampai kebijakan hanya menjadi dokumen tanpa tindakan. Perlu ada insentif bagi industri yang menerapkan sistem daur ulang air, serta hukuman yang tegas untuk pencemar lingkungan. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta menjadi kunci agar gerakan konservasi ini benar-benar terasa dampaknya.

Konservasi Itu Bukan Tren, Tapi Kebutuhan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun