Etika dalam mereview makanan bukan hanya soal bersikap sopan, tetapi juga tentang tanggung jawab dalam menyampaikan informasi yang benar dan tidak menyesatkan. Seorang food vlogger yang profesional harus memahami bahwa mereka memiliki audiens yang mempercayai rekomendasi mereka. Jika ulasan yang diberikan tidak berdasarkan pengalaman yang jujur dan objektif, maka food vlogger tersebut telah melakukan kesalahan besar.
Banyak orang yang memutuskan untuk mencoba makanan berdasarkan rekomendasi dari food vlogger. Jika review yang diberikan terlalu subjektif, tidak berdasarkan fakta, atau dibuat hanya demi sensasi, maka bisa terjadi kekecewaan besar di pihak penonton. Lebih dari itu, jika review negatif yang diberikan tidak berdasar, maka food vlogger telah secara tidak langsung merugikan usaha seseorang.
Objektivitas dalam Review Antara Kritik dan Kejujuran
Salah satu tantangan terbesar dalam dunia food vlogging adalah menjaga keseimbangan antara kritik dan kejujuran. Tidak ada salahnya memberikan ulasan kritis terhadap makanan yang kurang sesuai dengan selera, tetapi cara penyampaiannya harus tetap beretika.
Misalnya, jika seorang food vlogger merasa bahwa sebuah hidangan terlalu asin, maka lebih baik menyampaikannya dengan cara yang lebih konstruktif, seperti:
 "Menurut saya, rasa garam dalam makanan ini cukup dominan. Mungkin bagi sebagian orang akan terasa terlalu asin, tetapi bagi yang menyukai makanan dengan rasa kuat, ini bisa jadi pilihan yang tepat."
Bandingkan dengan komentar seperti:
 "Ini makanan paling asin yang pernah saya makan! Tidak enak sama sekali!"
Kalimat pertama lebih bijak karena tetap memberikan kritik, tetapi tanpa terkesan menjatuhkan. Sementara itu, kalimat kedua hanya memberikan opini tanpa memberikan solusi atau perspektif yang lebih luas.
Hal lain yang juga penting adalah tidak membesar-besarkan pujian hanya demi kepentingan pribadi. Jika seorang food vlogger mendapatkan sponsor dari sebuah restoran, maka keterbukaan dan transparansi harus dijaga. Penonton berhak mengetahui apakah review yang diberikan benar-benar berdasarkan pengalaman pribadi atau karena ada kerja sama bisnis di baliknya.
Menghargai Proses dan Usaha di Balik Makanan
Sebuah hidangan yang tersaji di meja bukan sekadar kumpulan bahan makanan yang dimasak. Di baliknya, ada tangan-tangan yang bekerja keras untuk menciptakan cita rasa terbaik, ada proses panjang dalam pemilihan bahan, dan ada perjuangan dari pemilik usaha yang mungkin telah menghabiskan bertahun-tahun untuk membangun bisnisnya.
Ketika seorang food vlogger mereview makanan dengan sembarangan, tanpa memahami usaha yang telah dilakukan oleh pembuatnya, maka itu sama saja dengan meremehkan kerja keras orang lain.