Pendidikan sering disebut sebagai kunci kemajuan sebuah bangsa. Dalam banyak forum resmi, para pemimpin negeri ini selalu menekankan pentingnya pendidikan sebagai pilar utama pembangunan. Namun, jika kita melihat lebih dekat realitas yang ada, seolah-olah pernyataan tersebut hanya menjadi slogan kosong tanpa implementasi yang nyata.
Di negeri yang kaya sumber daya alam ini, ironi besar terjadi: banyak anak bangsa yang masih kesulitan mengakses pendidikan berkualitas, kebijakan pendidikan sering berubah tanpa arah yang jelas, dan tenaga pendidik tidak selalu mendapat perhatian yang layak. Tidak mengherankan jika muncul anggapan bahwa pendidikan bukanlah hal yang benar-benar penting di negeri ini bukan karena pendidikan itu sendiri tidak berharga, tetapi karena berbagai faktor yang menunjukkan bahwa sistem yang ada belum menjadikannya sebagai prioritas sejati.
Artikel ini akan menggali lebih dalam bagaimana pendidikan di Indonesia masih tertinggal, mengapa sistem yang ada cenderung tidak efektif, serta dampak besar yang akan terjadi jika kondisi ini terus berlanjut
.
Sebatas Wacana, Bukan Prioritas Nyata?
Jika pendidikan benar-benar dianggap sebagai aspek utama dalam pembangunan bangsa, seharusnya alokasi anggaran, kebijakan, dan implementasi sistem pendidikan berjalan selaras dan berkesinambungan. Sayangnya, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pendidikan lebih sering menjadi sekadar wacana tanpa realisasi yang jelas.
Salah satu indikator utama yang mencerminkan kurangnya keseriusan dalam membangun pendidikan adalah anggaran yang sering kali tidak efektif dalam penggunaannya. Berdasarkan data APBN 2023, anggaran pendidikan mencapai 20% dari total anggaran negara, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang. Namun, distribusi dan pemanfaatannya sering kali tidak optimal. Banyak sekolah di daerah terpencil masih kekurangan fasilitas dasar, seperti ruang kelas yang layak, laboratorium, dan akses ke teknologi pendidikan modern.
Di sisi lain, ketimpangan kualitas pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan masih sangat kentara. Sekolah-sekolah unggulan di kota besar memiliki akses ke berbagai sumber daya berkualitas, sementara di pelosok, masih ada sekolah yang kekurangan guru tetap. Bahkan, beberapa daerah masih menghadapi kondisi di mana seorang guru harus mengajar berbagai mata pelajaran sekaligus karena keterbatasan tenaga pengajar.
Fakta ini mencerminkan bahwa meskipun ada wacana besar tentang pentingnya pendidikan, realitasnya tidak sejalan dengan retorika yang sering disampaikan. Jika pendidikan memang dianggap sebagai kunci pembangunan bangsa, mengapa sistemnya masih begitu timpang dan akses terhadap pendidikan berkualitas masih menjadi hak istimewa bagi kelompok tertentu?
Sistem Pendidikan yang Tidak Mempersiapkan Generasi Muda dengan Baik