Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rumah sebagai Tempat Awal Pembentukan Karakter

4 Februari 2025   18:29 Diperbarui: 4 Februari 2025   16:32 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Keluarga.(SHUTTERSTOCK/DUALORORUA)

Misalnya, seorang anak yang diajarkan pentingnya berkata jujur tidak akan benar-benar memahami makna kejujuran jika mereka melihat orang tuanya sering berbohong, bahkan dalam hal kecil. Sebaliknya, ketika orang tua menunjukkan integritas dalam tindakan sehari-hari---seperti mengakui kesalahan atau mematuhi aturan meskipun tidak diawasi---anak belajar bahwa kejujuran adalah prinsip yang harus dipegang teguh, bukan hanya sekadar kata-kata.

Penelitian menunjukkan bahwa keluarga yang memiliki komunikasi terbuka dan hubungan emosional yang hangat cenderung menghasilkan anak-anak dengan karakter yang lebih positif. Rasa aman dan dukungan emosional yang kuat di rumah memberi anak kepercayaan diri untuk mengeksplorasi dunia di luar, menghadapi tantangan, dan membangun hubungan yang sehat dengan orang lain.

Pola Asuh Pilar Penting dalam Pembentukan Karakter

Pola asuh orang tua memainkan peran sentral dalam membentuk karakter anak. Ada berbagai gaya pengasuhan, seperti otoritatif, permisif, dan otoriter, yang masing-masing memiliki dampak berbeda terhadap perkembangan karakter anak.

Pola asuh otoritatif, yang ditandai dengan keseimbangan antara kasih sayang dan disiplin, sering dianggap sebagai yang paling efektif. Orang tua yang otoritatif memberikan batasan yang jelas, tetapi juga mendukung dan mendengarkan kebutuhan anak. Ini membantu anak mengembangkan rasa tanggung jawab, kemandirian, dan kontrol diri.

Sebaliknya, pola asuh permisif, yang terlalu longgar dan minim aturan, dapat membuat anak kesulitan memahami batasan sosial. Sementara pola asuh otoriter, yang terlalu kaku dan menuntut, bisa menumbuhkan rasa takut dan menekan kreativitas anak.

Namun, tidak ada pola asuh yang benar-benar "sempurna." Setiap keluarga memiliki dinamika yang unik, dan yang terpenting adalah bagaimana orang tua mampu beradaptasi dan responsif terhadap kebutuhan perkembangan anak mereka.

Rumah di Era Digital

Di era digital, tantangan dalam pembentukan karakter anak menjadi semakin kompleks. Anak-anak terpapar berbagai informasi dan pengaruh dari luar sejak usia dini melalui gadget, media sosial, dan internet. Hal ini bisa menjadi peluang sekaligus ancaman.

Di satu sisi, teknologi dapat membuka wawasan dan meningkatkan kreativitas anak. Namun, di sisi lain, tanpa bimbingan yang tepat, anak bisa terpapar konten yang tidak sesuai, mengalami kecanduan layar, atau terpengaruh nilai-nilai yang bertentangan dengan budaya keluarga.

Di sinilah peran rumah sebagai benteng terakhir pembentukan karakter menjadi sangat penting. Orang tua perlu terlibat aktif dalam kehidupan digital anak, tidak hanya dengan mengawasi, tetapi juga dengan mendiskusikan nilai-nilai yang mereka temui di dunia maya. Komunikasi yang terbuka dan penuh kepercayaan menjadi kunci untuk menghadapi tantangan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun