Mohon tunggu...
Franhky Wijaya
Franhky Wijaya Mohon Tunggu... Arsitek - pemerhati bidang properti

seseorang yang ingin berbagi pengalaman karena sudah lama bekerja di bidang properti, terutama bidang perencanaan, mulai dari pengembangan landed houses, komersial, pergudangan sampai bangunan apartment.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Jangan Asal, Begini Aspek Penting Membangun Tangga di Hunian yang Kecil agar Tetap Aman

19 Januari 2021   17:38 Diperbarui: 22 Januari 2021   11:18 2406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: whomestudio.com via grid.id)

sumber : unsplash.com / Joseph Akbrud @ byteforbyte
sumber : unsplash.com / Joseph Akbrud @ byteforbyte
Kita tidak mau khan saat kita tua, turun naik tangga merupakan momok atau hantu yang menakutkan untuk beraktivitas. Saya perhatikan, kalau orang terlalu capek turun tangga, maka lantai atas akan jarang dipergunakan. 

Akhirnya ruang atas hanya akan jadi ruang kosong dan berdebu. Yang ujung-ujungnya memang jadi "sarang hantu". Kalau untuk area luar (outdoor) masih bisa ditolerir sampai ketinggian  20 cm karena injakannya tidak seberapa.

Dan kenapa pijakan anak tangga mesti 28-30 cm? Itu adalah pijakan rata-rata telapak kaki orang dewasa. Jadi kalau injakan 30 cm, arti seluruh telapak kaki kita "tertampung" di anak tangga. Dan 28 cm adalah toleransinya. Sementara kalau kurang dari 28 cm itu, ujung telapak kaki kita agak gantung. 

Pas naik tidak terlalu masalah, karena begitu naik yang bertumpu hanya ujung telapak kaki saja. Pas turun, nah itu yang menjadi masalah. Dalam turun naik tangga, yang lebih banyak berperan adalah ujung telapak kaki dibandingkan tumit. 

Sekalian ngomongin aturan tangga, saya juga mau omongin tentang railing tangga ya. Untuk orang muda, railing tangga tidak menjadi masalah, karena orang muda bisa naik turun tangga tanpa pegangan. Tetapi bagi orangtua dan anak-anak justru menjadi masalah.

Orangtua sudah pasti butuh pegangan kalau naik turun tangga. Tetapi anak-anak kemungkinan besar tidak bisa pegang railing karena posisi pegangan railing lebih tinggi dari badannya. Yang mereka lakukan adalah memegang apa saja yang mereka bisa pegang. Dan anak-anak entah kenapa senang sekali turun naik tangga. 

Kalau di rumah itu ada anak kecil, railing tangga sebaiknya tidak perlu dibuat terlalu banyak lubang besar. Railing ini mesti dibuat sedemikian rupa sehingga kepala atau badan anak-anak tidak bisa keluar dari tangga. Bahaya sekali kalau banyak celah besar di railing ini. 

Ada banyak bentuk tangga seperti bentuk lurus seperti huruf I, ada juga seperti L dan U ataupun bentuk tangga putar. Tapi dalam hal ini, saya tidak merekomendasikan tangga putar sebagai tangga utama untuk turun naik sehari-hari. Bentuk tangga seperti ini agak berbahaya. Dan biasanya dipergunakan hanya untuk area service dan yang menggunakannya juga hanya orang dewasa saja.

Untuk rumah kecil karena lahannya kecil biasanya kita memilih bentuk U. Dengan bentuk U seperti itu, posisi tangga sebagian besar pasti melintang. 

Kalau sudah melintang begitu, tangga tersebut secara tidak langsung sudah membagi rumah. Jadi penempatan tangga, benar-benar mesti diperhatikan ya. Tangga sebaiknya mudah diakses, karena tangga tersebut adalah akses ke lantai atas. 

Kalau saya lebih senang bentuk tangga yang lurus untuk rumah kecil dan ditempatkan di salah satu sisi dinding. Dengan demikian, ruangan kita bisa terasa "plong" dari depan ke belakang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun