Mohon tunggu...
Frando Nainggolan
Frando Nainggolan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Berkarya Tanpa Batas

Semakin Keras Kamu Bekerja Untuk Sesuatu, Maka Semakin Besar Pula Perasaanmu saat Mencapainya.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pria Miskin yang Serakah

16 April 2021   08:55 Diperbarui: 16 April 2021   08:54 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Ada seorang pria miskin yang berteriak-teriak dengan suara keras di kerumunan orang banyak di tengah kota, ia meneriakkan bahwa kehidupannya telah berlangsung tidak adil. Dia juga menyuarakan bahka "Kebanyakan dari mereka yang kaya tidak melakukan sesuatu untuk pekerjaan yang berat memperoleh kekayaannya".

Dia bepikir dalam hatinya; "Setiap hari saya harus bekerja banting tulang, untuk mancari kayu bakar di hutan, dan menanam tanaman dilandang saya sendiri, tetapi kenapa saya tidak kunjung kaya. Padahal ada orang yang tidak bekerja setiap hari, dia bisa memperoleh kekayaannya". Bahkan di tengah kota itu, Ia selalu  mengaduh kepada siapa saja yang mendengarkannya.

Suatu hari ketika pri miskin itu berjalan pulang ke rumahnya, setelah ia selesai mencurahkan semua perasaan pedihnya kepada kerumunan orang banyak di tengah kota. Ia bertemu dengan sosok seorang laki-laki tua, yang memang dia adalah sebagai Peramal.

Peramal itu berkata kepada pria miskin itu; "Saya telah memutuskan untuk membekali Anda dengan kekayaan. Siapkan tasmu dan saya akan mengisinya dengan logam emas sampai penuh. Tetapi ada satu syarat: Jika salah satu keping emas keluar dan jatuh ke tanah, maka semua yang telah saya berikan kepadamu akan menjadi debu. Berhati-hatilah! Saya lihat tasmu sudah tua; jangan mengisinya terlampau penuh."

Pria miskin itu sangat kegirangan. Ia melonggarkan tali tasnya dan memperhatikan Peramal itu memasukkan kepingan-kepingan emas ke dalamnya. Tas itu segera penuh dan berat. "Apakah sudah cukup?" tanya sang Peramal. "Belum", sahut pria itu. Peramal itu menuangkan lagi beberapa keping emas, sehingga tas itu sangat terisi.

Kemudian, peramal itu bertanya lagi, "Bolehkah saya berhenti sekarang". Belum, sahut pria miskin itu, tambah beberapa keping lagi". Tetapi tepat pada saat itu tas pria miskin itu robek, sehingga keping-keping emas itu pun berceceran di tanah dan keping-keping emas itu berubah menjadi debu, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh peramal tersebut, ketika berjumpa dengan pria miskin itu. Dan pada saat itu juga, peramal itu menghilang, dan pria miskin yang serakah itu ditinggal sendirian dengan tas hampa.

Sering sekali didalam hidup kita ini, kita meminta lebih kepada Tuhan. Tetapi terkadang kelebihan yang kita miliki itu tidak berdampak baik dalam hidup kita, malah merugikan diri kita sendiri karena keserakahan dan ketamakan kita. Kita sering sekali meminta supaya keinginan kita tercapai. Padahal sebenarnya yang harus kita ketahui dalam manjalani hidup kita ini, bukan soal kenginan kemewahan kita belaka yang harus terpenuhi, yang terpenting adalah kebutuhan kita terpenuhi. Sebab keinginan dan kebutuhan  adalah dua kata yang memiliki makna berbeda. Jadi, tetaplah bersyukur dalam menjalani hidup ini, dengan apa yang kita miliki. Jangan serakah dan tamak, karena keserakahan itu sangat-sangat merugikan diri kita sendiri, keluarga, bahkan lingkungan kita.

Jangan terlalu fokus dengan harta dunia yang hanya memberikan kesenangan semata, tetapi fokuslah dengan apa yang kita miliki dan selalu bersyukur dengan apa yang Tuhan berikan kepada kita. Mari kita dedikasikan diri kita ini untuk menikmati berkat-berkat yang Tuhan berikan kepada kita, sebab apa yang Tuhan berikan kepada kita, itu adalah rancangan Tuhan yang terbaik dalam hidup kita. Jangan kita sekali-kali menyimpang dari rancangan Tuhan, sebab rancangan Tuhan adalah rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepada kita hari depan yang penuh harapan.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun