Mohon tunggu...
Gregorius Nyaming
Gregorius Nyaming Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hanya seorang anak peladang

Seorang Pastor Katolik yang mengabdikan hidupnya untuk Keuskupan Sintang. Sedang menempuh studi di Universitas Katolik St. Yohanes Paulus II Lublin, Polandia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dua Kali Menjadi "Raja", Membuatku Semakin Cinta Indonesia

13 Oktober 2020   19:57 Diperbarui: 14 Oktober 2020   00:54 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: kurierlubelski.pl

Ketiga Raja dari Timur ini bukanlah orang biasa. Sebagai seorang raja tentulah mereka memiliki kedudukan yang tinggi. Harta kekayaan pun pasti tak terbilang banyaknya. 

Namun, segala sesuatu yang mereka miliki ini tidak membutakan mata dan hati mereka akan kabar gembira keselamatan yang datang dari Allah, yakni berita kelahiran Sang Juruselamat.

Mereka meninggalkan kemegahan dan kenyamanan hidup di istana. Pergi menempuh perjalanan yang jauh dan melelahkan hanya untuk menyembah dan mempersembahkan persembahan kepada Dia yang telah lahir di Betlehem.

Kepulangan mereka ke negeri asal dengan melalui jalan lain merupakan sebuah perutusan agar kegembiraan yang telah mereka alami tidak mereka simpan untuk diri mereka sendiri, tapi mereka bagikan juga kepada orang lain.

Begitulah kira-kira salah satu pesan yang bisa dipetik dari kunjungan tiga raja dari Timur ini. Sebuah pesan yang sungguh aktual dan relevan dengan kondisi zaman sekarang. 

Terlebih lagi dengan situasi benua Eropa di mana sekularisme perlahan-lahan menggerus cita rasa akan Yang Ilahi (sense of God). Orang tidak peduli lagi akan kehadiran Yang Ilahi. 

Apalagi berdoa kepada-Nya dipandang sebagai kesia-siaan. Tidak heran kemudian di beberapa negara Eropa, bangunan gereja ditutup dan dialihfungsikan.

Otoritas Gereja Polandia tentu menyadari betul ancaman sekularisme ini. Diadakannya Prosesi Tiga Raja ini tiada lain bertujuan untuk mengajak umat beriman bersuka cita menyambut Sang Juruselamat yang telah lahir ke dunia. Dan setelah mengalami suka cita itu, mereka kemudian bisa berbagi kepada sesama untuk saling meneguhkan dan menguatkan.

Prosesi yang ditutup dengan perayaan Ekaristi bersama ini juga ingin menanamkan dalam hati umat beriman bahwa Tuhanlah satu-satunya sumber kebahagiaan dan keselamatan hidup mereka.

Lihatlah. Betapa kaya dan dalam makna yang terkandung di balik tradisi ini. Siapa yang tidak merasa bahagia bisa turut ambil bagian di dalamnya. Apalagi bisa mengambil bagian terpenting dari tradisi tersebut, yakni dengan menjadi seorang raja.

Namun bukan itu poin yang utama. Seperti sudah saya katakan di atas, pengalaman ini semakin mempertebal rasa cinta saya kepada Indonesia. Saya berterima kasih kepada otoritas Gereja lokal yang telah memberikan kepercayaan kepada saya. Sebuah kepercayaan yang tidak boleh saya sia-siakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun