Mohon tunggu...
Francisco Gloria
Francisco Gloria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sekolah Tinggi Pastoral Kateketik Santo Fransiskus Asisi Semarang

Repetitia Mater Scientiarum Est

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

The Smiling Pope (Il Papa del Sorriso) - Paus Yohanes Paulus I dan Konspirasi Kematiannya yang Penuh Misteri

17 Oktober 2023   10:13 Diperbarui: 17 Oktober 2023   10:24 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 https://www.ncronline.org/files/stories/images/JohnPaulI.jpg

Masa Kecil

Paus Yohanes Paulus I dengan nama asli Albino Luciani lahir pada 17 Oktober 1912 di Canale d'Argondo, 120 kilometer di sebelah utara Venesia. Dia merupakan anak dari pasangan Giovanni Luciani dan Bortola Tancon. Dia dibaptis sesaat setelah lahir dengan nama baptis Albino. Tempat kediaman keluarga Luciani merupakan bangunan lumbung tua yang dilengkapi dengan alat pemanas berupa tungku kayu tua. Ibunya merupakan pribadi yang religius, akan tetapi ayahnya merupakan seorang sosialis, yang artinya penganut ideologi masyarakat tanpa kelas. Makanan sehari-hari keluarga Luciani adalah Polenta (semacam nasi jagung), jelai, makaroni dan sayur-sayuran. Mereka jarang makan daging. Pada masa itu, daging merupakan makanan yang dapat dinikmati oleh orang-orang golongan menengah keatas. Dari sini dapat disimpulkan bahwa Luciani dibesarkan dalam keluarga yang sederhana.

Panggilan menjadi seorang imam dirasakannya ketika ia masih kecil. Benih panggilan tersebut ditanamkan oleh ibunya beserta pastor parokinya waktu itu, Fillipo Carli. Tetapi, ayahnya juga memiliki peran dalam menuntunnya untuk masuk ke seminari. Pada tahun 1923, Luciani masuk ke Seminari Menengah di Feltre. Ketika di Seminari, dia sangat senang membaca buku. Dia dapat mengingat segala sesuatu yang dibacanya. Salah satu buku yang dibacanya berjudul Lima Luka Gereja (The Five Wounds of the Church) karangan Antonio Rosmini. Pada tahun 1928, Luciani masuk ke Seminari Tinggi Gregorian di Belluno. Lalu, pada akhirnya, tanggal 2 Februari 1935 ia ditahbiskan menjadi diakon dan kemudian ditahbiskan menjadi imam lima bulan setelahnya. Lebih tepatnya pada tanggal 7 Juli 1935 di Gereja San Pietro, Belluno.

Kehidupan Imamat

Setelah ditahbiskan menjadi seorang imam, Luciani bertugas sebagai Vikaris Parokial di Canale d'Agordo. Lalu, dua tahun kemudian, Luciani diangkat menjadi wakil rektor di Seminari Belluno. Selain menjabat sebagai wakil rektor, dia juga menjadi tenaga pengajar. Kemudian ia melanjutkan studi doktoral di Universitas Gregoriana, Roma, sembari ia mengajar. Tesis yang disusunnya berjudul, "Asal Mula Roh Manusia Menurut Antonio Rosmini". Ia pun lulus sebagai doktor dengan predikat magna cum laude.

Pada tahun 1947, Luciani diangkat sebagai Pro Vikaris Jendral oleh Mgr. Girolamo Bortignon. Ia diminta untuk mempersiapkan Sinode antar wilayah keuskupan yang akan diadakan diantara dua wilayah, yakni Feltre dan Beluno. Pada tahun 1949, Luciani diberi tugas untuk menyusun semacam katekese untuk umat sebagai persiapan dalam Kongres Ekaristi yang akan dilaksanakan di Belluni. Kemudian, terbitlah sebuah buku yang berjudul Catechesi in Briciole.

Menjadi Uskup

Pada tanggal 27 Desember 1958, Luciani ditahbiskan menjadi seorang Uskup dari tangan Paus Yohanes XXIII di Basilika Santo Petrus, Vatikan. Pada waktu itu, Luciani berusia 46 tahun. Ia menjadi uskup untuk Keuskupan Vittorio Veneto. Ketika ia menjadi seorang uskup, ia lebih sering mengenakan busana imam pada umumnya. Ia menyampaikan ajaran-ajaran Kristus langsung kepada umatnya. Hal ini menjadi sebuah keistimewaan, karena pada masa itu, seorang uskup sangat jarang sekali untuk hadir di tengah-tengah umatnya. Ajaran-ajaran Kristus biasa disampaikan oleh para imam. Ia juga mempratekkan prinsip demokrasi dalam masa kepemimpinannya, dimana pada waktu itu sangat jarang terjadi di kalangan Gereja. Sebagai seorang uskup, ia menghadiri Konsili Vatikan II yang diinisiasi oleh Paus Yohanes XXIII pada tanggal 11 Oktober 1962 dan berakhir pada tanggal 8 Desember 1965 oleh Paus Paulus VI.

Pada tanggal 17 September 1969, Uskup Agung Venesia, Kardinal Urbani meninggal dunia. Paus menghendaki Luciani menggantikan Kardinal Urbani menjadi Uskup Agung Venesia. Tetapi ia menolak tawaran tersebut. Setelah mendapat tekanan dari Roma, akhirnya ia menerima tawaran tersebut. Pada akhirnya, pada tanggal 15 Desember 1969, ia secara resmi menjadi Uskup Agung Venesia dengan gelar Patriark. Pada tanggal 8 Februari 1970, ia baru memasuki Venesia. Segala acara telah dipersiapkan untuk menyambut uskup baru sebagai bagian dari tradisi. Penyambutan ini diisi pawai perahu gondola dengan hiasan yang meriah, musik, pawai dan pidato yang banyak. Akan tetapi, Luciani tidak menyukai acara yang terkesan meriah. Ia kemudian membatalkan upacara penyambutannya dan diganti dengan satu pidato saja. Ia terkenal karena sikap yang ramah dan sederhana serta komitmenya terhadap tugas yang diembannya.

Konklaf

Setelah kematian Paus Paulus VI pada 6 Agustus 1978, kardinal dari seluruh dunia berkumpul di Roma untuk memilih paus baru melalui proses konklaf. Konklaf adalah proses pemilihan paus baru oleh kardinal dalam suasana terpencil dan rahasia. Proses ini dilakukan untuk memastikan bahwa pemimpin baru Gereja Katolik Roma dipilih secara demokratis dan transparan. Pada konklaf ini, para kardinal berkumpul di Kapel Sixtus V dalam Vatikan untuk memilih paus baru melalui suara secreta, yaitu suara diam-diam. Konklaf diselenggarakan pada tanggal 26 Agustus 1978. Setiap kardinal memasukkan suaranya ke dalam urna tertutup, dan pemimpin baru dipilih melalui majoritas suara. Pada konklaf ini, terpilihlah Albino Luciani, seorang uskup Italia, sebagai Paus Yohanes Paulus I. Ia memimpin Gereja Katolik Roma selama tiga pekan sebelum meninggal tiba-tiba.

Proses konklaf pasca kematian Paus Paulus VI menunjukkan betapa pentingnya transparansi dan demokrasi dalam memilih pemimpin baru Gereja Katolik Roma. Konklaf memastikan bahwa pemimpin baru dipilih melalui suara secreta yang tidak terpengaruh oleh faktor-faktor luar, seperti tekanan politik atau ekonomi.

Masa Tiga Puluh Tiga Hari

Paus Yohanes Paulus I memimpin Gereja Katolik Roma selama tiga pekan, tepatnya dari 26 Agustus 1978 hingga 28 September 1978. Ia menjadi Paus setelah mengalahkan kandidat lain dalam konklave yang diadakan setelah kematian Paus Paulus VI.

Masa kepemimpinan Paus Yohanes Paulus I sangat singkat, namun sangat memukau. Ia dikenal sebagai pemimpin yang sangat cepat dan inovatif, menekankan perubahan dan reformasi dalam Gereja. Ia memiliki kepribadian yang ramah dan sangat mencintai rakyat, serta memiliki pandangan yang berbeda dari para pendahulu. Walaupun masa kepemimpinannya sangat singkat, Paus Yohanes Paulus I membawa beberapa perubahan besar dalam Gereja, seperti memberikan peran yang lebih besar pada wanita dan memfokuskan pada perhatian terhadap orang-orang miskin dan sosial ekonomi rendah. Ia juga mempromosikan perdamaian dan dialog antar umat beragama. Dilansir dari website resmi Vatikan, Paus Yohanes Paulus I tercatat telah menulis tiga surat apostolik, empat surat perseorangan maupun kelompok, melakukan empat kali audiensi, lima kali memimpin doa Malaikat Tuhan dan sembilan kali pidato.

Kematian

Paus Yohanes Paulus I meninggal pada tanggal 28 September 1978. Ia meninggal tepat 33 hari berkuasa menjadi Paus, yang merupakan periode kepausan yang terpendek dalam sejarah Gereja Katolik. Secara resmi, Vatikan menyatakan bahwa Paus Yohanes Paulus I meninggal diakibatkan serangan jantung atau infark. Namun, ada teori yang menyatakan bahwa kematian Paus Yohanes Paulus I disebabkan oleh pembunuhan atau konspirasi yang dilakukan oleh beberapa tokoh. Teori kematian Paus Yohanes Paulus I yang diterbitkan dalam buku "In the Name of God" oleh David Yallop adalah bahwa ia dibunuh. Buku ini mengklaim bahwa Paus Yohanes Paulus I memiliki rencana untuk membuat beberapa perubahan besar dalam Gereja Katolik, dan bahwa kematiannya merupakan hasil dari konspirasi yang dilakukan oleh kelompok pengaruh dalam Gereja. Menurut buku ini, Paus Yohanes Paulus I memiliki rencana untuk membuat Gereja Katolik lebih transparan dan akuntabel, dan juga memiliki rencana untuk memecat beberapa orang yang dianggap memiliki pengaruh besar dalam Gereja. Hal ini membuat beberapa pihak tidak senang dan memicu konspirasi untuk membunuh Paus. Namun, teori ini tidak memiliki bukti yang kuat dan banyak dianggap sebagai spekulasi. Banyak kritikus mempertanyakan metodologi dan kredibilitas Yallop, dan memperdebatkan apakah teori ini memiliki dasar yang kuat. Pemerintah Italia melakukan penyelidikan resmi tentang kematian Paus Yohanes Paulus I dan menyimpulkan bahwa dia meninggal karena serangan jantung.

Walaupun periode kepemimpinanya sangat singkat, Yohanes Paulus I diingat dan dihormati oleh umat Katolik sebagai pemimpin yang berhati luhur dan memberikan kontribusi besar bagi Gereja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun