Mohon tunggu...
FPCI Chapter UNEJ
FPCI Chapter UNEJ Mohon Tunggu... Forein Policy Community of Indonesia

FPCI Chapter UNEJ is part of FPCI who are the largest grassroots foreign policy group in Indonesia, Southeast Asia, and the Indo-Pacific. Residing in Universitas Jember, East Java, we are determined to form a large international relations community with mature and sensitive insights on bilateral, regional, and global issues.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Special Submission: Aksi Demonstrasi Neo-Nazi dan Anti Imigran di Melbourne

3 Oktober 2025   22:33 Diperbarui: 10 Oktober 2025   17:22 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover feeds Instagram Special Submission (Sumber: @fpciunej)

Pendahuluan

            Era globalisasi ditandai dengan perkembangan mobilitas manusia antar negara dan isu-isu intoleransi justru masih sering kali timbul di berbagai belahan dunia. Seperti peristiwa demonstrasi golongan neo-Nazi dan aksi anti imigran di Melbourne. Peristiwa tersebut menjadi bukti bahwa dengan segala kemajuan di dunia, tantangan akan keberagaman masih jauh dari kata selesai. Peristiwa ini menimbulkan tanda tanya akan bagaimana masyarakat modern memberi respon terkait perbedaan identitas, budaya, dan asal-usul. Kesadaran kritis para generasi muda kian semakin penting, terutama dalam melawan dan menepis narasi-narasi kebencian yang sebagian beredar di dunia maya.

Kronologi dan fakta peristiwa 

            Pada 31 Agustus 2025, terjadi unjuk rasa oleh kelompok Neo-Nazi. Mereka menyerang Camp Sovereignty untuk menolak imigran. Sekitar 50 pria berpakaian hitam menyerbu kamp tersebut. Mereka merusak papan yang bertuliskan nama kamp, memukuli para aktivis, beberapa bahkan sampai dibawa ke rumah sakit. Empat korban menjadi korban luka imbas dari peristiwa tersebut. Tokoh yang menjadi kunci dari aksi ini adalah Thomas Sewell, selaku pendiri National Socialist Network (NSN). Ia kemudian ditangkap atas tuduhan serius. Ia melakukan beberapa pelanggaran seperti  kekerasan massal, penganiayaan, dan penyerangan. Atas aksinya tersebut, dunia menyoroti Australia. Perdana Menteri Anthony Albanese mengecam peristiwa dan aksi tersebut, yang tidak mewakili nilai Australia.

 

Analisis latar belakang

Aksi demonstrasi Neo-Nazi dan anti-imigran di Melbourne berakar dari beberapa penyebab utama. Pertama, rasa terancam terhadap identitas budaya di tengah derasnya arus globalisasi dan imigrasi. Kelompok ekstrem kanan memandang hadirnya imigran sebagai ancaman terhadap dominasi budaya mayoritas. Kedua, ideologi supremasi kulit putih yang diwariskan dari paham Nazi masih dipelihara oleh kelompok seperti National Socialist Network, sehingga melahirkan kebencian terhadap kelompok-kelompok yang berbeda agama, etnis, dan asal-usul. Ketiga, pemanfaatan media sosial mempercepat penyebaran ujaran kebencian dan mobilisasi massa. Keempat, ketidakpuasan sosial ekonomi juga turut memperkuat sentimen anti imigran, karena imigran sering dijadikan kambing hitam dalam isu pekerjaan dan kesempatan hidup. Dengan kombinasi faktor identitas, ideologi, media, dan kondisi sosial ekonomi, aksi ini menunjukkan bahwa intoleransi tidak pernah hilang, bahkan di negara demokratis yang multikultural.

 

Dampak terhadap masyarakat

            Keberadaan kelompok Neo-Nazi dan sikap anti imigran membawa dampak negatif bagi masyarakat. Ideologi yang mereka sebarkan, mengandung ujaran kebencian, diskriminasi, dan penolakan terhadap keberagaman khususnya imigran. Aksi demonstrasi ini sangat membahayakan masyarakat, bahkan ada yang terluka ringan hingga parah, imbasnya. Adanya kelompok ini, masyarakat berpotensi terpecah belah, karena ada pihak yang mendukung dan menentang.  Sektor perekonomian di Melbourne, seperti pariwisata dan investasi, juga ikut terkena getahnya karena instabilitas politik yang diciptakan.

           

Solusi 

Dalam menanggapi aksi demonstrasi pada peristiwa tersebut, resolusinya harus komprehensif. Pemerintah Victoria dan Australia sendiri telah mengerahkan beberapa kebijakan dan peraturan atas solusi yang dirancang. Solusi tersebut meliputi aspek hukum, sosial, dan edukasi sebagai pertimbangan yang kuat. Dari sisi hukum, Victoria telah melarang penggunaan simbol provokatif, seperti swatiska dan salam Nazi di ruang publik, dengan ancaman pidana bagi pelanggar. Larangan ini diperkuat melalui Undang-Undang Amandemen Kehakiman tahun 2024 yang memperluas perlindungan hukum terhadap hate speech serta mempermudah proses pengaduan. Pada sisi sosial, perlu dibuka ruang-ruang dialog lintas budaya antar komunitas, seperti kampanye toleransi dan pemberdayaan komunitas imigran, agar tercipta rasa kasih sayang dan rasa melindungi. Tak hanya itu, sisi edukasi juga memainkan peran penting dalam menanggapi aksi demonstrasi. Melalui edukasi, penting untuk mengadakan penyuluhan di sekolah, universitas, hingga media massa untuk mengkampanyekan terkait bahaya ideologi kebencian serta menyuarakan sisi positif nilai keberagaman dalam kemasyarakatan.

Penulis: Abiy Al Ghazalee, Benedicta Ludwinia Dewantara, Oktaviani Rosmala, Florencia Andira Melanie Putria, dan Aryasatya Mirza Nafiys Ahbar

Editor: Subaktiyar

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun