Mohon tunggu...
FPCI Chapter UNEJ
FPCI Chapter UNEJ Mohon Tunggu... Forein Policy Community of Indonesia

FPCI Chapter UNEJ is part of FPCI who are the largest grassroots foreign policy group in Indonesia, Southeast Asia, and the Indo-Pacific. Residing in Universitas Jember, East Java, we are determined to form a large international relations community with mature and sensitive insights on bilateral, regional, and global issues.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Diplo Daily #1: Taiwan vs China, Siapa yang Vatikan Pilih?

11 Mei 2025   16:07 Diperbarui: 6 Juni 2025   11:39 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto cover feeds Instagram Diplo Daily Sumber: @fpciunej

Meninggalnya Paus Fransiskus pada penghujung bulan April lalu menyisakan duka besar bagi dunia, terutama bagi penganut Agama Katolik. Perwakilan Gereja Katolik hingga perwakilan negara-negara besar dan tokoh-tokoh agama dunia berkumpul di Vatikan untuk menyampaikan perpisahan terakhir mereka kepada Sang Paus. 

Namun siapa sangka, ini tidak hanya menjadi momen penghormatan religius, tetapi juga momen diplomatik yang memengaruhi hubungan antar negara, terutama dalam konteks negara-negara yang memiliki hubungan sensitif dengan Vatikan, seperti Taiwan dan China.

Sejak tahun 1949, Taiwan telah menjadi satu-satunya negara dengan hubungan diplomatik penuh dengan Vatikan. Ketika China Komunis mengambil alih daratan utama, Taiwan dan Vatikan sudah menjalin hubungan erat, didorong oleh kedekatan Taiwan dengan Gereja Katolik serta upaya Vatikan menjaga hubungan dengan negara-negara Asia di luar China. Bagi Taiwan, Vatikan adalah sekutu penting karena mengakui statusnya sebagai negara merdeka. Bahkan, Paus Fransiskus dan Paus Yohanes Paulus II pernah berkunjung ke Taiwan, menegaskan keakraban dalam hubungan mereka.

Sedangkan dengan China, sejak 1951, Vatikan tidak memiliki hubungan diplomatik penuh. Namun, pada tahun 2018 lalu, ada perjanjian antara Vatikan dan China terkait pengangkatan uskup, yang bertujuan untuk menyelesaikan ketegangan antara Gereja Katolik dan pemerintah China. Vatikan mencoba menjaga keseimbangan antara mengakui kebebasan agama dan berurusan dengan kebijakan ketat China terhadap agama.

China dan Taiwan sendiri sudah punya hubungan yang tidak baik sejak Perang Saudara China (1927--1949) antara kelompok Komunis yang dipimpin Mao Zedong dan Nasionalis (Kuomintang) di bawah Chiang Kai-shek dimenangkan oleh Kelompok Komunis, mereka mendirikan Republik Rakyat China (RRC) di daratan utama, sementara Nasionalis mundur ke pulau Taiwan dan membentuk pemerintahan baru yang disebut Republik China (ROC). Sejak saat itu, kedua pihak saling mengklaim sebagai pemerintah sah seluruh China.

China menganggap Taiwan sebagai provinsi yang membangkang dan bagian dari wilayahnya, sementara Taiwan memandang dirinya sebagai negara berdaulat dengan pemerintahan sendiri. Konflik ini diperparah oleh kebijakan internasional, di mana sebagian besar negara justru mengikuti prinsip "Satu China" yang menolak pengakuan resmi terhadap Taiwan. Ketegangan juga sering muncul dari ancaman militer China terhadap Taiwan, terutama jika Taiwan menunjukkan tanda-tanda ingin mendeklarasikan kemerdekaan secara resmi. 

Salah satu contoh nyata ketegangan antara China dan Taiwan terjadi pada Agustus 2022, ketika Ketua DPR Amerika Serikat, Nancy Pelosi, melakukan kunjungan ke Taiwan. Kunjungan ini memicu kemarahan Beijing, yang menganggapnya sebagai dukungan terhadap kemerdekaan Taiwan. Sebagai respons, China meluncurkan latihan militer besar-besaran di sekitar Selat Taiwan, termasuk peluncuran rudal balistik yang melewati wilayah udara Taiwan dan pengerahan pesawat tempur serta kapal perang yang mengepung pulau tersebut. Latihan ini merupakan yang terbesar yang pernah dilakukan China di kawasan tersebut dan dianggap sebagai simulasi blokade terhadap Taiwan . Selain itu, China juga memberlakukan sanksi ekonomi terhadap Taiwan dan menghentikan dialog militer serta kerja sama di bidang lain dengan Amerika Serikat.

Ketegangan masih berlangsung hingga hari ini dan memanas dengan hadirnya mantan mantan Wakil Presiden Taiwan, Chen Chien-jen (), di pemakaman Paus baru-baru ini. Kehadirannya menjadi simbol diplomatik yang kontroversial karena meskipun Taiwan tidak memiliki hubungan resmi dengan Vatikan, Ma hadir sebagai wakil dari Taiwan, yang dianggap China sebagai bagian dari wilayahnya. Situasi ini diperburuk dengan langkah diplomasi China yang terus mencoba mengisolasi Taiwan dari panggung internasional, termasuk berusaha menggantikan representasi Taiwan di acara-acara besar. Pemakaman Paus yang seharusnya menjadi momen damai justru berubah menjadi arena persaingan geopolitik, di mana China mengawasi dengan cermat setiap langkah Taiwan untuk menjaga legitimasi klaimnya atas pulau tersebut. Hal ini semakin menunjukkan bagaimana isu-isu simbolik dapat memicu ketegangan antara kedua pihak.

Hal ini membuat Vatikan 'kebingungan' dalam menyeimbangkan hubungan diplomatiknya dengan China dan Taiwan. Sebagai salah satu dari sedikit negara di Eropa yang masih memiliki hubungan resmi dengan Taiwan, Vatikan berada dalam posisi yang sulit karena juga ingin memperbaiki relasi dengan China, terutama setelah perjanjian kontroversial pada 2018 tentang pengangkatan uskup. Di satu sisi, Vatikan ingin mempertahankan dukungannya terhadap Taiwan, yang telah menjadi sekutu penting selama puluhan tahun. Namun di sisi lain, tekanan dari China untuk memutus hubungan dengan Taiwan semakin meningkat, terutama mengingat ambisi Beijing untuk memperluas pengaruhnya di arena internasional.

Terpilihnya Paus Leo XIV sebagai Paus pertama dari Amerika Serikat membawa dinamika baru dalam hubungan diplomatik Vatikan, terutama terkait ketegangan antara Taiwan dan China. Dengan latar belakang pengalaman pastoral yang luas di Amerika Latin dan pendekatan yang moderat, Paus Leo XIV diperkirakan akan melanjutkan upaya dialog yang telah dirintis oleh pendahulunya. Namun, status Amerika Serikat sebagai sekutu utama Taiwan dapat menimbulkan persepsi bahwa kepemimpinan baru Vatikan lebih condong mendukung Taiwan, yang berpotensi memperumit hubungan dengan Beijing. 

Paus Leo XIV menghadapi tantangan dalam menyeimbangkan hubungan Vatikan dengan Taiwan dan China. Sementara Taiwan berharap Vatikan mempertahankan hubungan diplomatik yang telah terjalin sejak 1949, China terus menekan Vatikan untuk memutuskan hubungan tersebut sebagai syarat normalisasi hubungan bilateral. Kehadiran mantan Wakil Presiden Taiwan, Chen Chien-jen, dalam pemakaman Paus Fransiskus sebelumnya telah memicu ketegangan, dan kini, dengan kepemimpinan baru, dunia menantikan bagaimana Paus Leo XIV akan menavigasi hubungan kompleks ini tanpa memicu eskalasi lebih lanjut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun