QGIS membantu petani dan pemerintah desa dalam menentukan waktu tanam dan panen terbaik yang meliputi analisis cuaca, penjadwalan tanam, dan prediksi hasil panen. Pada konteks analisa cuaca, QGIS dapat memberikan informasi tentang perubahan iklim. Informasi ini penting dibutuhkan petani untuk mengurangi risiko gagal panen akibat perubahan iklim. Selain itu, QGIS juga dapat melakukan penjadwalan tanam untuk menentukan rotasi tanaman yang paling efektif. Terakhir, QGIS juga dapat memprediksi hasil panen. Sehngga dapat mengantisipasi surplus atau kekurangan produksi.
Dengan prediksi yang lebih akurat, desa bisa menghindari panen berlebih yang menyebabkan harga jatuh atau kekurangan pangan yang berujung pada inflasi harga beras.
3. Optimalisasi Irigasi dan Sumber Air untuk Sawah
Krisis air adalah salah satu tantangan terbesar dalam pertanian. Dengan QGIS, desa bisa melakukan pemetaan sumber air dengan tujuan untuk memastikan irigasi menjangkau semua lahan sawah. Kemudian QGIS dapat mengidentifikasi area rawan kekeringan sehingga dapat mencegah gagal panen akibat kurangnya pasokan air.
QGIS dapat pula dipergunakan untuk melakukan perencanaan dalam membangun embung atau waduk kecil. Sehingga desa dapat mengantisipasi kekurangan air dengan cara menyimpan air untuk menghadapi musim kemarau. Sistem irigasi yang dikelola berbasis data akan meningkatkan produktivitas pertanian dan mengurangi ketergantungan pada musim hujan.
4. Distribusi Hasil Panen yang Merata dan Adil
Swasembada pangan bukan hanya soal produksi, tapi juga distribusi yang merata. Dengan QGIS, desa dapat:
- Memetakan jalur distribusi pangan. Hal ini untuk memastikan hasil panen tidak menumpuk di satu wilayah.
- Menentukan lokasi gudang penyimpanan strategis sehingga hasil panen tidak cepat rusak atau busuk.
- Menghubungkan petani dengan pasar lokal dan nasional sehingga memudahkan akses pemasaran hasil panen.
Dengan perencanaan distribusi yang matang, desa bisa memastikan tidak ada wilayah yang mengalami kelaparan atau surplus pangan yang terbuang sia-sia.
Asta Cita #6: Membangun dari Desa untuk Indonesia yang Kuat
Presiden Prabowo Subianto, dalam Asta Cita ke-6, menegaskan bahwa pembangunan harus dimulai dari desa. Artinya, desa harus menjadi pusat pertumbuhan ekonomi, bukan sekadar penopang kota. Swasembada pangan adalah fondasi dari pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan.
Dengan memanfaatkan QGIS, desa bisa memiliki kendali penuh atas pertaniannya sendiri, tanpa bergantung pada kebijakan pusat yang sering terlambat merespons kebutuhan lokal. Jika setiap desa di Indonesia menerapkan QGIS untuk perencanaan pertanian, maka kita bisa mencapai:
- Kedaulatan pangan tanpa perlu impor beras.
- Kesejahteraan petani meningkat dengan hasil panen yang lebih stabil.
- Desa menjadi pusat produksi, bukan sekadar konsumen.