Mohon tunggu...
Florensia Ririhatuela
Florensia Ririhatuela Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Remaja Rentan Terkena Anemia Karena Faktor Diet

15 Juni 2020   02:17 Diperbarui: 15 Juni 2020   02:21 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah yang sehat atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya, organ tubuh tidak mendapat cukup oksigen, sehingga membuat penderita anemia pucat dan mudah lelah.

Anemia merupakan masalah gizi yang paling umum di seluruh dunia, terutama disebabkan karena defisiensi besi. Kekurangan zat besi tidak terbatas pada remaja status sosial ekonomi pedesaan yang rendah tetapi menunjukkan peningkatan prevalensi di masyarakat yang makmur dan berkembang.

Prevalensi anemia remaja 27% di negara-negara berkembang dan 6% di negara maju. Prevalensi tertinggi di kalangan anak-anak dan wanita usia subur (WUS) khususnya pada wanita hamil. Anemia sangat tinggi (berkisar antara 80-90%) pada anak-anak prasekolah, remaja, ibu hamil dan menyusui. Contohnya di India 55,8% dari remaja berusia 15-19 tahun dilaporkan menjadi anemia.(10) Menurut WHO apabila prevalensi anemia >40 % termasuk kategori berat. Anemia dapat terjadi sementara atau dalam jangka panjang, dengan tingkat keparahan yang bisa ringan sampai berat. Anemia terjadi ketika kadar hemoglobin (bagian utama dari sel darah merah yang mengikat oksigen) berada di bawah normal.
Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik, mental, dan aktivitas sehingga, kebutuhan makanan yang mengandung zat-zat gizi menjadi cukup besar. Remaja putri banyak mengalami kekurangan zat-zat gizi dalam konsumsi makanan sehari-harinya kekurangan zat besi dianggap penyebab paling umum.
dari anemia secara global, tetapi beberapa lainnya kekurangan gizi (termasuk folat, vitamin
B12 dan vitamin A), akut dan peradangan kronis, parasit infeksi dapat menyebabkan anemia.

Usia remaja merupakan masa dimana perkembangan fisik dan psikis tubuh cenderung berubah dengan cepat. Masa remaja telah dilaporkan menjadi kesempatan untuk pertumbuhan catch-up. Kecepatan pertumbuhan yang tinggi menyebabakan remaja membutuhkan energi dan protein yang tinggi.

Dengan begitu remaja juga memerlukan asupan gizi yang bertujuan untuk mendukung masa pubertas. Masa remaja merupakan masa yang sedang aktif dan dinamis yang membuat remaja dapat mengkonsumsi makanan berdasarkan kebutuhan sosial, sedangkan dalam kebutuhan nutrisi sering diabaikan. Pola makan dari remaja sendiri sering tidak beraturan dimana remaja sering tidak selalu sarapan pagi dan sebagian remaja biasanya sudah mulai memahami mengenai body image, sehingga cenderung lebih selektif tentang asupan makanan sehari-harinya.

Gizi remaja adalah refleksi dari awal kekurangan gizi anak usia dini. Banyak anak di negara berpenghasilan menengah memasuki masa remaja dengan warisan malnutrisi dari anak usia dini, yang berarti anemia, dan sering menampilkan defisiensi mikronutrien. Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia. Karena pada masa itu mereka juga mengalami menstruasi, lebih-lebih pengetahuan mereka yang kurang akan anemia.

Pada saat remaja putri mengalami menstruasi yang pertama kali membutuhkan lebih banyak besi untuk menggantikan kehilangan akibat menstruasi tersebut. Jumlah kehilangan besi selama satu siklus menstruasi (sekitar 28 hari) kira-kira 0,56 mg per hari. Jumlah tersebut ditambah dengan kehilangan basal sebesar 0,8 mg per hari. Sehingga jumlah total besi yang hilang sebesar 1,36 mg per hari. Anemia menyebabkan darah tidak cukup mengikat dan mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Bila oksigen yang diperlukan tidak cukup, maka akan berakibat pada sulitnya berkonsentrasi, sehingga prestasi belajar menurun, daya tahan fisik rendah sehingga mudah lelah, aktivitas fisik menurun, mudah sakit karena daya tahan tubuh rendah, akibatnya jarang masuk sekolah/bekerja.

Remaja putri pada umumnya memiliki karakteristik kebiasaan makan tidak sehat. Antara lain kebiasaan tidak makan pagi, malas minum air putih, diet tidak sehat karena ingin langsing (mengabaikan sumber protein, karbohidrat, vitamin dan mineral), kebiasaan ngemil makanan rendah gizi dan makan makanan siap saji. Sehingga remaja tidak mampu memenuhi keanekaragaman zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuhnya untuk proses sintesis pembentukan hemoglobin (Hb).

Ketika remaja pubertas tidak dapat mengontrol asupan makanan dengan baik maka pada masa pertumbuhan dan perkembangan akan beresiko mengalami anemia di usia dini. Dimana akan menimbulkan dampak jangka pendek, diantaranya penurunan fungsi kekebalan tubuh, gangguan sistem metabolism tubuh, dan asupan gizi harus seimbang pada remaja putri dan harus ditingkatkan sehingga dapat memiliki berat badan dan tinggi badan yang ideal. Bila hal
ini terjadi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan kadar Hb terus berkurang dan menimbulkan anemia Dan terlihat bahwa kebanyakan remaja masih kurang mengerti atau memahami tentang persepsi diet, dimana terlihat bahwa pemahaman tentang diet sendiri yaitu makan dengan porsi yang sedikit, sedangkan menurut Dirjen Kesehatan Masyarakat mengatakan bahwa diet yang baik adalah mengatur jumlah porsi makan yang seimbang, dan buah dan sayur sangat diperlukan tubuh agar nutrisi tubuh tetap terjaga.
 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun