Mohon tunggu...
Heli Resti
Heli Resti Mohon Tunggu... rakyat biasa

Sekeping kisah melintas waktu dan ruang. Setiap kata dipilih, dimakna dan dirasa.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Beruntung dan Calculated Risk

27 Maret 2025   13:27 Diperbarui: 27 Maret 2025   13:27 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pernah nggak sih kita ngeliat orang lain kayaknya selalu dapet kesempatan emas? Kayak, "Kok dia beruntung banget, ya?" Nah, jangan salah sangka dulu. Ternyata, "beruntung" atau luck itu nggak melulu soal kebetulan. Lebih sering, itu adalah hasil dari calculated risk atau risiko yang diperhitungkan.

Bayangin deh, kita lagi di persimpangan jalan. Mau ambil jalan yang aman-aman aja, atau jalan yang agak menantang tapi keliatannya seru? Orang yang "beruntung" biasanya milih jalan yang kedua. Tapi, bukan asal nyelonong aja, lho! Mereka udah mikir mateng-mateng, memperhitungkan risiko, dan siap dengan segala kemungkinan.

Formula Keberuntungan: Tempat dan Waktu yang Tepat

Ada formula menarik nih, yang sering disebut "The Luck Formula". Intinya, buat bisa ada di tempat dan waktu yang tepat, kita perlu:

  1. Jadi "Yes Man" (atau "Yes Woman", tentunya!): Ini bukan berarti kita harus iyain semua hal tanpa pikir panjang. Tapi, lebih ke membuka diri sama kesempatan. Kadang, kesempatan emas itu datangnya nggak terduga, dan kita harus siap buat menyambutnya. Misalnya, diajakin ikut proyek baru yang agak di luar zona nyaman? Coba aja dulu! Siapa tahu jadi pintu ke hal-hal keren.
  2. Neuroplastisitas: Persiapan Kecil, Dampak Besar: Otak kita itu elastis, bisa belajar dan beradaptasi. Nah, dengan terus belajar hal-hal baru, bahkan yang kecil-kecil sekalipun, kita melatih otak buat lebih peka sama peluang. Misalnya, baca buku tentang industri yang lagi berkembang, ikut webinar, atau sekadar ngobrol sama orang-orang dengan latar belakang beda. Ini kayak nyiapin "radar" kita buat menangkap sinyal-sinyal kesempatan.
  3. Jadi Terlihat: Jangan jadi "ninja" yang jago ngilang. Kita perlu nunjukkin diri, nge-share ide, dan berinteraksi sama orang lain. Semakin banyak orang yang kenal kita, semakin besar peluang kita buat dapet kesempatan. Misalnya, aktif di komunitas online, ikut acara networking, atau sekadar berani ngobrol sama orang baru di kafe.

Keberuntungan Bukan Sekadar Kebetulan

Intinya, keberuntungan itu bukan sekadar soal chance. Ini tentang proaktif, siap dengan segala kemungkinan, dan terus belajar. Orang-orang yang "beruntung" itu sebenarnya adalah orang-orang yang berani mengambil risiko yang diperhitungkan, dan mereka selalu siap buat memanfaatkan kesempatan yang datang.

Jadi, mulai sekarang, jangan cuma nunggu keajaiban datang. Ciptakan keberuntunganmu sendiri! Buka diri sama kesempatan, latih otak, dan jangan takut buat nunjukkin diri. Siapa tahu, besok giliran kita yang dibilang "beruntung"!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun