Mohon tunggu...
FKIP PCU
FKIP PCU Mohon Tunggu... Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Petra Christian University

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UK Petra menempa calon-calon guru Kristen sebagai ujung tombak dunia pendidikan, memperlengkapi setiap individu dengan kemampuan pedagogik untuk membimbing dan mengajar generasi era digital.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mahasiswa PGSD Angkatan 2022 Melakukan Praktik Mengajar Permainan Tradisional dan Modern di SD

17 Juni 2025   10:20 Diperbarui: 17 Juni 2025   10:25 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1.1 Pemberian souvenir

Kegiatan praktik yang kami jalankan sebagai bagian dari mata kuliah Permainan Tradisional dan Modern di prodi Pendidikan Guru dan Sekolah Dasar (PGSD) FKIP Universitas Kristen Petra dilaksanakan SD Siwalankerto dalam dua sesi, yaitu pada 27 Mei dan 2 Juni 2025. Tujuan kunjungan ini adalah menguji sejauh mana permainan memacu kemampuan berpikir kritis siswa. Sebelum pelaksanaan lapangan, kami bersama dosen pembimbing yaitu Pak Romirio Torang Purba, S.Pd., M.Pd. dan Pak Franky Boentolo, S.T., M.Div., M.Th.telah menyeleksi dan merevisi berbagai prototipe permainan. Semua peralatan untuk permainan dibuat sendiri oleh mahasiswa menggunakan alat dan bahan yang ada di lab FKIP Universitas Kristen Petra. Setiap kelompok mensimulasikan permainan yang dirancang baik itu tradisional dan modern. Berdasarkan simulasi, dosen memilih masing-masing satu permainan dari tradisional dan modern yang akan dimainkan di sekolah nantinya.

Pada kegiatan hari pertama tanggal 27 Mei 2025, sebanyak 56 siswa dari kelas 4A dan 4B dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil. Kelompok permainan tradisional menjadi PIC untuk kelas 4A dan kelompok permainan modern menjadi PIC kelas 4B. Pembukaan setiap sesi dimulai dengan pengenalan aturan dasar catur Jawa tradisional, dilanjutkan penjelasan tentang modifikasi yang kami terapkan. Daripada bidak konvensional, pion kami berupa "kambing" dan "kuda" berbahan plastik filamen. Di sisi lain, untuk sesi robotik, mahasiswa mengajari cara menggerakkan agar robot mampu mengikuti jalur pita warna atau menghindari rintangan ringan.

Ketika permainan dimulai, antusiasme siswa sangat terlihat. Dalam permainan catur Jawa modifikasi, setiap kelompok sibuk berdiskusi mencari langkah terbaik berdasarkan pola gerak baru. Beberapa siswa bahkan rela mengorbankan bidak demi menguji strategi lawan. Sementara itu, pada sesi robotik, murid terlihat sangat heboh ketika teman mereka tidak bisa menjawab pertanyaan sebagai syarat untuk melanjutkan gerak robot. Proses "trial and error" inilah yang menjadi bukti langsung bahwa mereka sedang berlatih berpikir kritis: menganalisis masalah dan mengambil keputusan bersama.

Gambar 1.2 Anak-anak SD bermain
Gambar 1.2 Anak-anak SD bermain

Kegiatan kedua dilaksanakan pada tanggal 2 Juni, pada pelaksanaan hari kedua mahasiswa bertukar kelas. Kelas 4A yang tadinya pada hari pertama mencoba permainan tradisional catur jawa maka pada hari kedua kelas tersebut akan bermain permainan modern robot sederhana, begitu pula sebaliknya. Antusias murid pada hari kedua masih sangat terasa. Semua murid memiliki kesempatan yang sama untuk bisa memainkan permainan tradisional dan permainan modern. Untuk menguji kemampuan berpikir kritis, mahasiswa membagikan tes yang akan dikerjakan anak setelah selesai bermain.Pada akhir permainan mahasiswa membagikan hadiah kepada juara dan snack untuk semua murid yang sudah berpartisipasi selama 2 hari praktik.

Selepas praktik, wawancara dengan Bu Intan, wali kelas 4A, dan Pak Rudi, wali kelas 4B, melengkapi pemahaman mengenai dampak kegiatan ini. "Dengan kegiatan ini, anak-anak menyadari bahwa ada alternatif hiburan yang lebih edukatif daripada sekadar bermain gadget," ujar Bu Intan. Menurut Bu Intan, kemasan catur Jawa yang dibuat lebih menarik justru membuat siswa tertarik mempelajari nilai budaya di baliknya. Ia menambahkan bahwa dalam dinamika permainan, terlihat pula peningkatan sikap kesabaran dan toleransi. 

Gambar 1.3  Mahasiswa menemani anak-anak bermain
Gambar 1.3  Mahasiswa menemani anak-anak bermain

Pak Rudi menyoroti sisi robotik: "Ini membantu sekolah mulai mengenalkan coding---dasar penting di era global. Anak-anak belajar logika pemrograman sederhana dan memahami perlunya adaptasi teknologi. Harapannya, kegiatan ini bisa dijadikan ekstrakurikuler rutin agar mereka tidak ketinggalan dengan sekolah swasta yang sudah lebih dulu memperkenalkan coding." Umpan balik ini menegaskan bahwa meski sekolah negeri di wilayah kami baru mulai memasukkan literasi teknologi, pembelajaran berbasis robotik sangatlah potensial untuk mengejar ketertinggalan.

Kegiatan praktik ini menunjukkan bahwa sinergi antara permainan tradisional dan modern dapat menjadi model pembelajaran inovatif di tingkat sekolah dasar. Bagi kami, mahasiswa PGSD FKIP UK Petra, pengalaman di lapangan ini mengonfirmasi bahwa teori kuliah tidak hanya berhenti pada konsep, tetapi harus diuji langsung di lapangan untuk melihat bagaimana anak-anak merespons dan belajar. Observasi kami juga menunjukkan bahwa melibatkan mahasiswa, dosen, dan guru sekolah dalam satu rangkaian kegiatan menciptakan sinergi yang memperkaya---baik dari sisi persiapan materi, pelaksanaan, hingga evaluasi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun