Mohon tunggu...
fahmi karim
fahmi karim Mohon Tunggu... Teknisi - Suka jalan-jalan

Another world is possible

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demi dan Untuk Kebaikan Bersama, Wahai Politisi Dadakan!

16 Januari 2024   09:47 Diperbarui: 16 Januari 2024   09:57 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri: laut lepas Saleo

Politik hampir kehilangan rumah; politik tanpa warga! Politik juga hampir kehilangan arah; politik tanpa keadilan!

PERTAMA

Sebagai sarana untuk mencapai hidup bersama yang baik, wajah politik akhir-akhir ini kian nahas; kehilangan jati diri, kehilangan semangat juang. Kalau saja dia bisa bicara sendiri, politik akan menangis dan minta maaf kepada warga negara karena sebagai instrumen untuk mencapai kemuliaan hidup telah dinodai oleh politisi kelas bulu. 

Setidaknya politik yang kita bicarakan di sini adalah, di satu sisi, partisipasi warga negara untuk menentukan siapa yang bakal duduk mengisi kursi-kursi pengatur kebijakan. Di sisi lain adalah cara elit memainkan partisipasi warga dalam demokrasi untuk mencapai kekuasaan; dengan tragis kita menyebutnya sebagai "Pesta Demokrasi" melalui sarana Pemilihan Umum atau Pemilihan Kepala Daerah.

Sejak awal negara ini dibentuk, kita telah sepakat bahwa kemuliaan dan kebahagiaan warga negara adalah roh dan jiwa Negara. Itu merupakan rasion d'etre. Cara paling sederhana dengan menempatkan partisipasi warga sebagai cara. Partisipasi ini tidak boleh dibalut dengan ketakutan dan ancaman. Jika partisipasi warga tidak lagi ada, atau justru adanya partisipasi warga karena ketakutan dan ancaman, maka politik hari ini kian malang. Yang telah digadai tidak lain alasan pendirian negara! 

Sayangnya kita menyaksikan politik mengarah ke situ: politik yang dijalani dengan ketakutan dan ancaman; politik tanpa warga betulan! Karena busuknya politik tidak hanya tercium, tapi lebih kentara, dengan sadar para politisi muda membuat satir "politik riang gembira". Maksudnya kita merayakan tragedi politik Enkaeri! 

Memang betul, dalam Negara Republik, demokrasi partisipatif hanyalah sebuah metode untuk mencapai hidup yang adil, bukan sebagai tujuan dari didirikan negara. Tapi bukan berarti hak warga negara untuk turut andil dalam menjalankan roda negara mesti juga dikorting dan dicemari. Demokrasi partisipatif dan republik bagai dua sisi mata uang yang saling membentuk satu koin yang kokoh dan saling mengandaikan.

KEDUA

Banyak wajah tidak asing yang tampil bertarung lagi dalam Pemilu. Ada juga wajah-wajah baru masih muda-muda, seperti ikan tongkol yang baru dijaring; lompat sana, lompat sini, dan jangan-jangan setelah itu mati! 

Melihat wajah-wajah baru anak muda ini, sepintas spontan timbul pertanyaan, "Anak siapa ini, yah?" Pertanyaan seperti itu masuk akal mengingat siapa lagi anak muda yang berani mengambil resiko gagal dan bangkrut kalau bukan karena orang tuanya punya jabatan dan kekayaan mentereng? Orang tidak langsung bertanya karir politik anak muda-muda yang tampil itu, tapi langsung buru-buru curiga bekingan kekuasaan dan ekonomi: Pemilu tanpa logistik di negeri ini tidak masuk akal.

Asumsi buruk di atas telah tertanam di dalam ketidaksadaran warga negara hari ini. Tidak hanya kepada anak muda, yang karir politiknya tidak jelas dan tiba-tiba muncul di baliho pun orang-orang langsung akan menaruh curiga, "Kekayaan macam apa yang dia miliki, yah?" Bukankan prasangka ini memberi sinyal bahwa politik kita makin kehilangan arti dan arah? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun