Mohon tunggu...
Sigit Santoso
Sigit Santoso Mohon Tunggu... Administrasi - Peduli bangsa itu wajib

fair play, suka belajar dan berbagi pengalaman http://fixshine.wordpress.com https://www.facebook.com/coretansigit/

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Tentu Jokowi Bukan Raja, Karena Rekam Jejak

15 November 2018   19:40 Diperbarui: 15 November 2018   19:47 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada yang berusaha mencitrakan Jokowi sebagai raja. Dengan simbol foto bermahkota raja lengkap dengan busana kebesaran tradisi Raja Jawa. Sebaran fotonya pun tidak hanya satu atau dua tempat di Boyolali tapi bahkan menyebar di Baliho, poster tempel, dan stiker-stiker kaca angkot berukuran full cover. Bahkan tak hanya ditemukan di satu dua kota saja, tapi di provinsi-provinsi lain di luar Jawa Tengah. 

Massive dan ingin memberi pesan penting Jokowi punya ambisi pribadi menjadi "Raja" dalam konotasi negatif raja itu diktator, penguasa yang tak terbantahkan titahnya, dan kalau melawan akan lewat dalam waktu singkat, bahkan mungkin senyap tak ada berita.

Mengerikan sekali Jokowi ini kalau begitu.

Sayang seribu sayang, ada kata kunci di era kekinian untuk menguji seorang pemimpin apakah punya "mens rea" (sikap batin) atau terjemahan bebas versi saya adalah niat terselubung. Apakah itu ? Kuncinya adalah Rekam Jejak.

Dan jelas pada kasus ini bukan gaya Jokowi. Mengapa ? Karena Jokowi tidak pernah ber-fatsoen memasang gambar dirinya untuk berkampanye. Jokowi selalu menggunakan gaya door to door berkeliling masyarakat kalau perlu sampai di pelosok tersulit untuk mendapat perhatian. Kalaupun ada satu dua Baliho, poster, bisa jadi mungkin dari simpatisan tak resmi tapi bisa dipastikan tak massive.

Sehingga kemarahan kader PDIP yang langsung tanggap mencopoti, gambar Raja Jokowi, adalah bentuk kewaspadaan dini. Alih-alih senang dinaikkan pamornya sebagai raja, kader PDIP justru marah karena Jokowi memang tak pernah ingin melanggengkan kekuasaan seperti halnya era Suharto. 

"Menurut kami, itu teknik kampanye downgrade bagi capres kami. Di era demokrasi, mana ada raja, capres kami dikasih mahkota? Semua melalui election," begitu tegas Ketua DPD PDIP Jateng Bambang Wuryanto (12/11)

Yang menarik dari kubu lawan tak ada yang mengklaim, bahkan dari Gerindra pun mendukung upaya PDIP untuk mengungkap siapa aktor penyebaran  massivenya foto dan poster itu. Dugaan penulis, si aktor pasti punya dana tak terbatas karena mau buang-buang duit nyetak hanya buat gosip dan narasi negatif campaign. Kemudian si aktor punya background merebut kekuasaan dengan cara-cara yang sama. 

Sesuai prinsip yang diperbuat adalah hasil pemikiran dan kebiasaan. Seperti halnya dulu kasus Obor Rakyat, dan rentetan serangan media sosial hingga semua fitnah di media sosial tentang Jokowi sampai sekarang pun tak terbukti. 

Pun ketika kemarin, kasus "tampang Boyolali" Prabowo yang seakan-akan ingin dibelokkan pada narasi Jokowi adalah PKI, karena kakeknya asal Boyolali sebagai daerah basis PKI di jamannya. Tapi jelas, ga laku karena memang narasi basi, yang terlalu sering digaungkan lalu berlalu begitu saja karena Jokowi selalu membuktikan berpihak pada rakyat.

Penulis tidak bermaksud kubu Prabowo sebagai aktor. Karena pembuktiannya rumit. Teori Konspirasinya bisa jadi ada tapi seperti Genderuwo, hantu tak terlihat tapi tak jelas dimana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun