Mohon tunggu...
FITRIYANI
FITRIYANI Mohon Tunggu... Mahasiswa - PERPUSTAKAAN DAN SAINS INFORMASI 19 UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

saya suka hidup.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mahasiswa KKN Tematik UPI Melakukan Pendampingan, Edukasi, dan Sosialisasi Kepada Masyarakat Melalui Lembaga Posyandu

7 Agustus 2022   22:09 Diperbarui: 7 Agustus 2022   22:18 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
salah satu anggota kel 139 mendampingi BALITA saat mengukur tinggi badan (Dokpri)

Perlu digaris bawahi bahwa tinggi badan dan berat badan penting untuk diketahui oleh para ibu, karena menunjukkan progrees tumbuh kembang anak. Ibu dapat melihat bagaimana pertumbuhan anak melalui buku KMS yang selalu dibawa ketika posyandu. Setelah mengukur tinggi badan dan menimbang berat badan, maka selanjutnya ibu dan anak beralih menuju pos pendataan KMS. 

Di pos KMS akan ditanyakan nama ibu, nama anak, berat badan dan tinggi badan yang sudah diukur dan timbang, kemudian , misalnya jika ternyata berat badan anak turun signifikan dari bulan sebelumnya maka mahasiswa yang bertugas dan para kader posyandu dapat menanyakan penyebab anak turun berat badan. Seperti yang terjadi poyandu melati 3

"iya, kemarin anak saya sempat sakit 1 minggu, makan mau ga mau. Ini baru aja sembuh"

Selain itu, kenaikan berat badan yang tidak logis juga patut dipertanyakan. Karena dalam buku KMS ibu ada keterangan berapa gr sang anak harusnya mengalami kenaikan berat badan. Setelah di pos pendataan maka sang ibu dan anak akan diinsturksikan menunggu di tempat yang sudah disediakan dan dari posyandu akan memberikan makanan seperti bubur kajang hijau, biskuit anak, ataupun susu untuk anak dan air untuk ibu. Data yang sudah diperoleh tadi akan di alihkan menuju pos pendataan Buku Besar atau Buku yang bisa digunakan untuk Poswindu. pada buku tersebut akan terlihat grafik pertumbuhan anak.

salah satu anggota kel 139 mendampingi BALITA saat mengukur tinggi badan (Dokpri)
salah satu anggota kel 139 mendampingi BALITA saat mengukur tinggi badan (Dokpri)

salah satu anggota kel 139 mendampingi BALITA untuk menimbang berat badan (Dokpri)
salah satu anggota kel 139 mendampingi BALITA untuk menimbang berat badan (Dokpri)

salah satu anggota kel 139 melakukan pendataan pada buku KMS ibu  (Dokpri)
salah satu anggota kel 139 melakukan pendataan pada buku KMS ibu  (Dokpri)

Saat para ibu menunggu buku KMS yang akan diisi oleh mahasiswa dan para Kader, disanalah mahasiswa KKN  dapat melakukan EDUKASI sekaligus SOSIALISASI mengenai proker masing masing. Seperti contoh proker yang saya ambil adalah mengenai "Perlaku Merokok, Dampak Asap Rokok Kepada Ibu Hamil dan Anak, Dan Tips Untuk Berhenti Merokok" Saya melakukan edukasi dimulai dari bertanya kepada salah satu ibu yang datang bersama 2 orang anaknya mengenai paparan asap rokok di rumah.

"iya neng, dirumah ibu ada bapak sama kakaknya yang ngerokok. Kadang juga ngerokok dekat ibu ama itu 2 bocah"

"yagimana lagi neng, udah biasa kalau laki laki ngerokok, susah buat dikasih tau"

Keadaan seperti ini sangat sering kita jumpai, dimana sang ayah atau anggota keluarga lainnya merokok tanpa tau kondisi, tempat, dan waktu namun yang lebih membahayakan adalah, mereka merokok berdekatan dengan anggota keluarga yang lain. Mengapa kebiasaan merokok tidak tau kondisi, tempat dan waktu selalu terjadi dan sangat sulit untuk dihentikan? hingga kemasan rokok dibuat menyeramkan, pemerintah menaikkan harga rokok bahkan pembuatan beribu poster ataupun slogan yang ditempelpun belum tentu bisa menyadarkan jutaan orang diluar sana bahwa, betapa bahayanya rokok dan asap rokok bagi diri sendiri dan orang lain, sebenarnya apa yang menyebabkan hal tersebut? Tentu salah satunya adalah normalisasi dari masyarakat yang membentuk hal tersebut. Dimana, Kebiasaan merokok bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia masih dianggap sebagai perilaku yang wajar, dan merupakan bagian dari kehidupan sosial dan gaya hidup. Sebagian besar dari para perokok aktif mengabaikan risiko dan bahaya paparan asap rokok terhadap diri sendiri dan orang di sekitarnya. Di Indonesia, lebih dari 57% dalam sebuah rumah tangga mempunyai sedikitnya satu orang perokok, dan hampir semua perokok 91,8% merokok di rumah. Prevalensi perokok pasif laki- laki di Indonesia 31,8% dan perempuan 66%  (Astuti et al., 2016).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun