Mohon tunggu...
Fitri Rahayu
Fitri Rahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Profesi Guru

Fitri lebih suka nulis, dan nyimak apapun yang kalau kata hati udah klop.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Kepada Sutradara Film Psikopat, Saya Mau Curhat

29 Januari 2024   10:08 Diperbarui: 29 Januari 2024   10:15 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kenapa film psikopat banyak redflag yang bisa menambah variasi kriminal di dunia nyata (sumber gambar: klikdokter.com)

(Tulisan ini adalah opini saya pribadi, perbedaan pendapat sangatlah biasa)

Apa gerangan yang membuat seorang sutradara membuat film bertema penculikan dan psikopat yang jelas-jelas menayangkan adegan-adegan traumatis dan sadis? Biar apa? Nambah-nambah variasi kriminal saja!

Dikutip dari berbagai sumber, sekelas Iko Uwais juga sadar bahwa filmnya memang berbahaya. Iko sampai melarang anak-anaknya menonton film yang dibintanginya dengan alasan belum cukup umur. Menurut saya, sih, seharusnya bukan perkara syarat umur saja. Kalau batasannya umur, para penonton yang nantinya telah mencapai usia bukan Bimbingan Orangtua (BO) lagi, akan menjadikan alasan itu sebagai pembenaran untuk boleh menonton film sadis di kemudian hari. 

Hal yang Bikin Saya Khawatir

Film memang karya cipta seni, dan yang namanya seni itu suka-suka. Suka-suka si pembuat film. Tapi, apa para sutradara film psikopat dan penculikan itu nggak mikir sampai jauh kalau aksi-aksi sadis dan tips n' trick penculikan pada film dapat membuat orang penasaran, dan malah ingin mencobanya sendiri?

Bayangkan jika para penculik di luar sana "mencari inspirasi" dari film, dan menutup semua celah agar korbannya tidak bisa kabur sama sekali. 

Misalnya, para penculik meniru ide untuk mengunci korban dengan pintu berteknologi dengan sandi yang diubah setiap hari, menyuruh korban memakai sepatu hak tinggi agar tidak bisa lari ketika diajak berbelanja ke supermarket (serius, loh, penculik mengajak korbannya belanja ke supermarket, dan ini kisah nyata), menyandera korban di ruang bawah tanah yang kedap suara, menutup mulut korban dengan lem super, memotong telunjuk korban menggunakan tang, sampai mencuci otak korban dengan memintanya menonton film tidak senonoh agar terdorong hasratnya untuk melakukan aktivitas seksual dengan penculik. Apa nggak mikir sampai situ, Bwang?! Untuk alasan itu, saya mengutuk film-film bertema penculikan dan psikopat! 

Film-film Bertema Penculikan dan Psikopat

Beberapa bulan terakhir ini, saya memberanikan diri menonton film thriller gara-gara terpapar sebuah akun Instagram yang fokus mereviu film. Akun itu menayangkan scene kaburnya seorang korban dari cengkeraman penculik. Terlebih lagi ketika banyak komentar netizen yang mengatakan bahwa film itu diadaptasi dari kisah nyata alias ril no fek-fek! 

Sebut saja beberapa film penculikan seperti, 3096 Days (2013), Room (2015), Girl in The Box (2016), I am Elizabeth Smart (2017), Girl in The Basement (2021), dan The Girl Who Escaped (2023). Keenam film itu berdasarkan kisah nyata semua, dan korbannya masih hidup hingga saat ini. Semua film itu menceritakan berbagai kekerasan fisik, psikis, dan seksual yang dilakukan penculik terhadap korban! Para korban penculikan adalah perempuan yang masih anak-anak hingga ABG. Lamanya masa penculikan juga macam-macam, dari yang paling sebentar 18 jam hingga paling lama 24 tahun! Gila!  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun