Mohon tunggu...
Fitri Manalu
Fitri Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - Best Fiction (2016)

#catatankecil

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Ibu Masih Saja Menangis

1 Januari 2019   16:36 Diperbarui: 2 Januari 2019   06:36 1719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: detroitjournalism.org

"Kau sedang mengigau? Kau baru saja menyuruhku melakukan kebaikan. Aku ini iblis!"

"Bodoh," kecamku. "Kau tak mengerti kata-kataku."

Raut iblis memerah. Ia tampak tidak senang dengan kata-kataku.

"Aku hanya ingin ibuku tidak menangis lagi. Dengan cara apa pun."

Iblis tertawa sinis. "Harusnya kau bilang dari tadi. Baiklah, kalau begitu maumu." Iblis kemudian lenyap. Ia mulai melakukan pekerjaannya, yaitu merasuki hati dan pikiranku. Aku tahu itu.

***

Ini masih bulan pertama tahun ini. Ibuku masih saja menangis. Padahal, aku sudah menuruti hasutan iblis. Aku telah memusnahkan orang-orang yang melukai hati ibu. Aku berharap, hal itu akan menghentikan tangis ibu. Ternyata, aku keliru.

"Sudahlah, Bu. Jangan menangis lagi. Aku sudah memusnahkan mereka yang melukai hati ibu."

Ibu menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menyebut-nyebut namaku. Air mata ibu semakin deras, mengalir seperti anak sungai, lalu membasahi bajunya. Ia terus mengisak. Aku mengulurkan tangan untuk meraih tangan ibu. Sebelum tangan kami bersentuhan, ujung-ujung jemari kami lebih dulu menyentuh terali besi.

***

TD, 01 Januari 2018

^Selamat Tahun Baru untuk Seluruh Kompasianer

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun