Ini adalah kali pertama aku bertemu dengannya kembali. seseorang yang memaksaku untuk melupakannya. Lebih tepatnya, melupakan kami.
"Ngapain kamu disini?" Aku bertanya padanya dengan nada yang sama sekali tidak dapat dikatakan ramah.
"Apa tidak ada kalimat lain yang ingin kamu katakan Ra? Selain 'ngapain kamu disini?' setelah lima tahun kita gak ketemu" dia bertanya padaku dengan wajah yang 'sedikit' terlihat terluka.
Hey, bukankah harusnya aku yang paling terluka?
"Saya bahkan sedikitpun tidak pernah berharap untuk bertemu dengan kamu lagi."aku menjawab dengan dingin, lebih dingin dari pertanyaan yang aku lontarkan sebelumnya.
"Aku minta maaf Ra. Setelah aku dengan bodohnya meminta kamu melupakan aku. Aku justru sadar, aku ingin kamu."
"Semuanya sudah berakhir, Raka. Saya sudah melewatkan hari-hari berat saya tanpa kamu, dan tolong, pergi saja lagi. Saya tidak mau usaha saya untuk melupakan kamu jadi sia-sia."
"Rara, tolong pikirkan lagi, apa tidak ada kesempatan kedua? Apa kali ini kamu tidak bisa mempercayaiku untuk membuat ini nyata?"
"Saya sudah pernah melakukannya. Saya sudah pernah berpikir semua yang kita lewati adalah kenyataan yang kamu beri. Tapi, selayaknya pertunjukan, perasaan kamu juga berakhir setelah tepuk tangan."
Kali ini Raka terdiam. Seolah merenungi apa yang telah ia perbuat kepadaku lima tahun silam.
***