Mohon tunggu...
Fitriyah
Fitriyah Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Menulis adalah cara untuk berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Review Buku: Menjelajah Kisah di "Antologi Cerpen Muson"

8 September 2020   11:47 Diperbarui: 8 September 2020   11:47 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dalam cerita Belah dikisahkan secara ringan dan seolah pembaca diajak ikut serta merasakan bagaimana kehidupan di desa nelayan. Tentang pendidikan di sana yang ternyata masih jauh sekali diperhatikan tapi ternyata masih ada pemuda yang tetap bersemangat meraih ilmu.

Kalau tanpa sekolah pun bisa bekerja dan mendapat uang, mengapa harus susah-susah menyekolahkan anak. Sebuah kalimat sakti yang menelurkan remaja putus sekolah.

Rindu Ibu sebuah cerpen yang jelas sudah dapat terbaca dari pertama membaca judulnya. Tapi penulis ahli membuat pembaca seperti saya sendiri menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi dengan si Ibu dalam cerita.

Penyelesaian yang cukup menarik dan mungkin tidak terduga oleh pembaca. Masalahnya sebenarnya sederhana. Yaitu tentang susahnya ekonomi rumah tangga.

Jaga adikmu selama ibu di luar rumah. Kamu adalah anak tertua di rumah ini, mulailah belajar bertanggung jawab, ibu tak akan lama.

Belajar Menulis membaca cerpen yang satu ini membuat saya tersentil. Ceritanya mudah dipahami dan padat akan petuah. Iya tentang sebuah cerita mengikuti seminar kepenulisan dan bertemu dengan berbagai penulis. Ada beberapa pesan yang diambil dari tokoh bernama javed yang diceritakan penulis tentang menulis.


Pokoknya dalam menulis tidak perlu teori, titik.

Kalau tidak mau dikritik ya jangan mempublikasikan tulisan di media massa, beres kan,

Penulis itu punya cara berbeda-beda, dan kewajibanmu adalah menemukan caramu sendiri jangan mengekor orang lain,

Mas Herry siapa penulis Lamongan yang tidak kenal beliau? Cerpen yang ditulis oleh Agus Buchori kali ini bercerita tentang sosok penulis senior Lamongan yaitu Mas Herry. Mas Herry Lamongan atau biasanya saya panggil Pak Herry ini terkenal dengan nama Herry Lamongan. Di buku ini berkisah acara peringatan ulang tahun Mas Herry yang keenam puluh tahun serta testimoni para murid dan sahabat-sahabatnya.

Bagiku, Mas Herry adalah guru menulis yang rendah hati. Meski namanya sudah melanglang buana di jagad sastra, ia masih bergaul dan membimbing kita yang notabene dari desa atau kota kecil di Jawa Timur yaitu Lamongan, kata Syauqi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun