"Sudah jangan nangis lagi. Jadi jelek tuh!." dia tertawa sambil mengusap pipiku yang basah.
"Tuhan, bagaimana bisa aku menyakiti seorang lelaki yang sangat baik padaku. Seorang suami yang mencintai dan memaafkanku tanpa kuminta," desisku bergumam.
Setelah tangisku reda, dia menyuapiku dengan nasi boran yang dari tadi hanya jadi tontonan. Senja perlahan menghilang berganti malam dengan sinar rembulannya.
***
Di senja ribuan hari yang lalu, aku dan kamu saling bertemu untuk mencecap rindu. Dan aku tak pernah menyangka bahwa aku dan kamu tak pernah lagi menikmati senja berdua di langit stasiun Lamongan. Karena aku memutuskan untuk menikah bukan denganmu. Suratan takdir kita mungkin hanya sampai sekian, dan aku berdoa kau bahagia dengan takdirmu. Begitupun aku bahagia dengan takdirku.
Lamongan, 2017