Mohon tunggu...
Fitria Mairani
Fitria Mairani Mohon Tunggu... Jurnalis - .

.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

UMKM Patani Coffee, Gunakan Traditional Brewing dari Bambu

2 Maret 2020   12:00 Diperbarui: 6 Maret 2020   12:14 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alat saring dari anyaman bambu milik Betty Nurbaety di Leuwiliang, Kab.Bogor, Jawa Barat , Senin (24/02/2020).   Dok. Fitria Mairani KMN/55 SV IPB

Leuwiliang-Bogor

Patani coffee dari Leuwiliang ini merupakan bisnis yang dirintis oleh Betty Nurbaety bersama suaminya. Bisnis ini dirintis sejak tahun 2015 lalu. Berawal dari kegelisahan yang dirasakan oleh Betty dan sang suami, kegelisahan karena daerah Leuwiliang kurang dikenal oleh masyarakat dan tidak ada yang menjadi ciri khas dari daerah tersebut.

Bety dan sang suami terus berpikir apa yang dapat ditonjolkan dan dapat dijadikan kebanggaan dari daerah tersebut agar dapat dikenal oleh masyarakat luas. Sampai pada akhirnya mereka teringat bahwa ada PLTA Kracak peninggalan Belanda dan meyakini pasti ada kopi bagus di sana. Daerah Leuwiliang sebenarnya juga banyak punya tumbuhan kopi, namun belum dikelola dengan baik sehingga Bety dan suami mengedukasi masyarakat untuk mengelola tumbuhan kopi menjadi pundi-pundi uang.

Ketika bicara tentang kopi tidak akan terlepas dari suatu budaya. Budaya meminum kopi sudah sejak lama menjadi tradisi masyarakat Indonesia. Patani Coffee mencoba berusaha mengelola dan  membangkitkan kembali budaya leluhur yang meminum kopi secara tradisional. Mereka memanfaatkan alat sangrai tradisional dan alat saring dari bambu yang ramah lingkungan.

Sekarang mesin sangrai (roasting) dengan teknologi yang canggih mudah dijumpai. Namun Patani Coffee lebih memilih menggunakan alat sangrai tradisional yang terbuat dari tanah liat.  Pengelola Patani Coffee ini  meyakini menggunakan alat sangrai tradisional tersebut akan menghasilkan cita rasa yang lebih baik.

"Ketika kopi di sangrai dengan tanah liat, maka karakter dan aroma kopi akan menjadi lebih kuat karena nutrisi dari kopi tersebut tidak ada yang terbuang dan tanah juga mengandung unsur hara jadi ketika bertemu dengan kopi menjadi saling mengikat bukan saling menguap" tutur Bety, pengelola Patani Coffe yang beralamat di Dramaga, Bogor ini.

Yang terlihat unik juga tampak pada alat seduh saring atau dapat kita kenal juga dengan sebutan traditional brewing. Traditional brewing merupakan cara untuk menyeduh kopi secara tradisional tanpa menggunakan mesin espresso. Betty menjelaskan kenapa ia menggunakan alat seduh saring yang terbuat dari bambu tersebut karena bambu sendiri mengandung antiseptik yang tinggi, maka kopi akan menjadi lebih sehat.

"Kopi ketika disaring pasti ada karbonnya yang akan gosong seperti bewarna coklat kehitaman, maka karbon tersebut akan terhisap oleh si bambu, jadi ketika kopi diseduh karbonnya akan aman," tambah Ketua forum UMKM Kecamatan Leuwiliang ini.

Patani Coffee sudah memiliki dua cabang. Cabang pertama terletak di Jalan Moh. Noh Nur Depan Pesantren Putri Haji Karsih Ruko No.05 Kec. Leuwiliang Kab. Bogor. Untuk cabang pertama ini kegiatannya lebih banyak terfokus pada penyediaan bahan mentah, edukasi (pembelajaran) dan untuk cabang kedua berlokasi di depan Kampus IPB Dramaga,Bogor. Cabang kedua ini kegiatannya lebih ke promosi kepada mahasiswa, dosen, dan karyawan.

Betty berharap semoga traditional brewing dapat diterima di Indonesia dan bisa diwariskan kepada anak cucu serta bisa membawa Indonesia untuk mendapatkan kembali jati dirinya dan juga memperkenalkan Kopi Leuwiliang kepada dunia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun