Mohon tunggu...
Fitri Alfia Ardi
Fitri Alfia Ardi Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi Pascasarjana

Nganjuk pada bulan Januari, 23 tahun lalu...

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

"Language Shock" di Jawa Timur (2)

19 September 2021   10:19 Diperbarui: 19 September 2021   10:24 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Seperti biasa, berpindah dari satu tempat ke tempat lain selalu menyisakan cerita menarik terutama dalam hal berbahasa. Meski masih berada di pulau atau bahkan provinsi yang sama, nyatanya perbedaan berbahasa itu sangat terasa.

Kami sesama orang Jawa kerap menemukan beberapa kosa kata yang berbeda. Sewaktu kecil saya bermain ke rumah Bu Dhe (Bibi). Disana ada ibu saya dan Bu Dhe berbincang-bincang. Bu Dhe memiliki beberapa kosa kata yang berbeda dengan yang biasa saya dan ayah ibu gunakan.

Bu Dhe menyebut istilah "pawon" untuk dapur, kemudian ada kata "pangot" untuk pisau. Sedangkan saya biasa menggunakan kata "lading" untuk pisau.  Dan sebenarnya masih banyak lagi istilah-istilah yang berbeda untuk menyebut satu benda yang sama.

Seperti yang sempat populer di meme beberapa waktu lalu, kalau di Jawa orang-orang memiliki istilah yang berbeda untuk kata jatuh. Jatuh ke depan (njlungup), jatuh ke belakang (nggeblak), jatuh tersungkur (nyosop/nyungsep), dan lain-lain.

Dan ketika saya berada di luar kota, saya bertemu dengan teman-teman yang berasal dari Madura dan luar Daerah lainnya. Rasanya sangat asyik mendengar mereka bercerita. Sesekali sambil tertawa.

Mereka menceritakan pengalaman mereka ketika pertama kali menginjakkan kaki dan hidup di Surabaya. Ada perbedaan yang kontras dalam penamaan benda-benda sederhana disini.

Teman saya ini bercerita tentang kebingungan mereka ketika memesan makanan di salah satu warung. Pada saat itu penjual bertanya "ikannya apa mas?" Hah ikan... Saya gak pakai ikan. 

Di Jawa kami biasa menyebut lauk sebagai "ikan" atau biasanya "iwak" tapi ada juga yang "lawuh". Padahal memang kalau diartikan iwak/ikan ya sejenis hewan yang hidup di air. Namun disini artinya lebih beragam. Iwak juga bisa berarti daging. Iwak ayam, iwak sapi, iwak kambing.

"iwak opo iku?" (daging apa itu?)"

"iwak pitek" (ikan ayam). Hehe nggak dong.

Selain itu, ada kata dalam menu makanan yang bisa membuat gagal paham. Kata itu adalah "jangan". Jangan disini bukan berarti tidak atau meminta seseorang untuk tidak melakukan sesuatu. Namun "jangan" berarti sayur. Seperti jangan asem, jangan lodeh, dan lain-lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun