Mohon tunggu...
Fitria Aidul Fauziah
Fitria Aidul Fauziah Mohon Tunggu... Penulis - Seseorang penuh mimpi dan ambisi.

Stay focus and enjoy in journey.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Upaya Melestarikan Budaya Berbahasa dengan Baik Kini Semakin Tergores oleh Budaya Bahasa Slang

27 Februari 2021   14:52 Diperbarui: 27 Februari 2021   17:42 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkembangan teknologi digital membawa pengaruh pada perkembangan bahasa "Slang" yang berkembang dengan begitu cepat. Dilansir dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) SLANG adalah "ragam bahasa tidak resmi dan tidak baku yang sifatnya musiman, dipakai oleh kaum remaja atau kelompok sosial tertentu untuk komunikasi intern dengan maksud agar yang bukan anggota kelompok tidak mengerti."

Akan tetapi, perkembangan bahasa "Slang" kini malah melenceng dari pengertian yang telah disebutkan di atas. Masyarakat khususnya para remaja generasi milenial kini dominan menggunakan bahasa slang dalam kegiatan sehari-harinya dan lambat laun melupakan bahasa Ibu agar bisa disebut gaul dan tidak ketinggalan zaman.

Bahkan parahnya lagi, jejaring sosial kini menjadi ajang untuk saling "hujat" tanpa menyaring dan memilah bahasa sebelum di posting kedalam jejaring sosial, yang dimana salah satu bahasa yang sering digunakan dalam ajang saling "hujat" di medsos adalah menggunakan bahasa slang. Tentu saja hal ini menyalahi kedudukan Pancasila sebagai Falsafah didalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Hal di atas dapat di cegah dan di minimalisir dengan mempelajari dan mengamalkan butir-butir dari nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :
- Sila Pertama : Menanamkan pendidikan moral dan adab sedini mungkin agar kelak bisa menggunakan jejaring sosial dengan bijak.
- Sila Kedua : Mengembangkan sikap saling peduli dan saling mengingatkan akan pentingnya etika, dan sopan santun dalam berbahasa.
- Sila Ketiga : Menumbuhkan rasa cinta tanah air dengan bangga menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Ibu tanpa melupakan peran bahasa asing.
- Sila Keempat : Saling bergotong-royong dalam menjaga eksistensi bahasa serta memberikan komentar yang membangun pada jejaring sosial.
- Sila Kelima : Saling menghargai keberagaman bahasa Ibu tanpa harus saling mencela dan menghujat dengan menggunakan bahasa slang yang kotor dan keji.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun