Mohon tunggu...
Fitri Rahmawatiningsih
Fitri Rahmawatiningsih Mohon Tunggu... Guru - guru

Suka-suka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pengalaman Beragama di Negeri Pancasila

7 Januari 2023   12:30 Diperbarui: 7 Januari 2023   12:46 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia adalah negara kepulauan yang mempunyai banyak bahasa, budaya, suku , kepercayaan dan semua itu di satukan oleh Pancasila sebagai pendoman bagi warga negara Indonesia dengan semboyannya adalah "Bhineka Tunggal Ika" yang mempunyai arti meskipun berbeda -- beda tetapi tetap satu jua. Dan dengan memberikan peraturan -- peraturan atau hukum serta undang -- undang untuk mengatur warga negara agar tetap hidup rukun berdampingan. Sebagai ideologi negara, Pancasila menjamin dan memberikan kebebasan kepada rakyat Indonesia, sehingga aturan tersebut akan mengikat rakyat Indonesia untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Nila-nilai luhur dari agama (termasuk dan terutama Islam) dan budaya yang terintegrasi dalam ideologi negara telah menjadikan Pancasila sebagai ideologi yang relatif kokoh. Kokohnya ideologi Pancasila telah terbukti dengan daya tahannya yang tinggi terhadap segala gangguan dan ancaman dari waktu ke waktu, sehingga sampai saat ini tetap eksis sebagai falsafah dan landasan serta sumber dari segala sumber hukum bagi negara-bangsa Indonesia.

Agama merupakan salah satu hak yang paling asasi diantara hak-hak asasi manusia, karena kebebasan beragama itu langsung bersumber kepada martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Oleh kerenanya, agama tidak dapat dipaksakan atau dalam menganut suatu agama tertentu itu tidak dapat dipaksakan kepada seseorang. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa itu berdasarkan atas keyakinan, karena menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan yang dipercayai dan diyakininya.

Begitu juga dengan pengalaman yang pernah saya alami, saya dan keluarga saya beraliran Islam yang mungkin minoritas, bahkan di desa saya hanya keluarga saya yang menganut aliran itu. 

Para masyarakat disekitar saya masih banyak yang mempercayai adat jawa, atau biasa disebut kejawen. Tapi walaupun keluarga saya menganut aliran yang minoritas, para masyarakat di sekitar saya tetap menghargai perbedaan tersebut. Disitu saya melihat bahwa masyarakat disekitar saya itu bersifat terbuka terhadap perubahan. 

Pada saat itu keluarga saya mempunyai sebuah inisiatif untuk membangun sebuah masjid ditanah kosong milik orang tua saya didekat rumah, tapi ternyata setelah material dipersiapkan dan tinggal memulai pembangunan, ada tetangga saya yang ternyata beraliran tertentu, juga ingin membangun masjid, akhirnya pada saat itu seluruh warga dikumpulkan untuk membahas rencana pembangunan yang berbenturan tersebut. 

Sebenarnya dari pihak bapak saya sudah ikhlas kalau dibangun 2 masjid, tapi dari tetangga saya kekeh dan tidak mau diganggu untuk pembangunan masidnya 1 saja. Akhinya bapak saya mengalah dan membatalkan rencana itu. Tapi setelah dibangun masjid itu juga tidak berpengaruh bagi keluarga saya, keluarga saya masih hidup damai dan tidak dikucilkan walaupun menganut aliran Islam yang minoritas. 


Di situ saya belajar bahwa perbedaan itu tidak menjadi batas, tapi yang terpenting bagi saya yaitu tetap berbuat baik pada masyarakat sekitar, apapun alirannya. Kebaikan akan selalu dibalas kebaikan, itu yang dirasakan oleh keluarga saya. Untuk itu, sikap toleransi perlu ditangguhkan dalam diri setiap warga Negara Indonesia, karena sikap toleransi adalah suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang dari aturan, di mana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan. 

Sikap toleransi sangat perlu dikembangkan karena manusia adalah makhluk sosial dan akan menciptakan adanya kerukunan hidup. Terjanlinnya kerukunan serta terjadinya sikap toleran antar umat beragama akan memungkinkan dan memudahkan untuk bekerja sama. Dapat dikatakan mewujudkan kerukunan antar umat beragama juga merupakan sebuah usaha untuk mendorong setiap penganut agama konsekuen dengan agama itu, sehingga keberagamannya bukan hanya dalam bentuk pengakuan atau anutan saja, tetapi dapat memberi nilai dan manfaat bagi dirinya dan masyarakat disekitarnya.

Selain itu dengan adanya toleransi antara pemeluk agama juga dapat mewujudkan masyarakat yang religius. Keindahan masyarakat yang religius, tercermin dari adanya kerjasama antar sesama golongan dalam masyarakat itu sendiri. Masyarakat Islam di Jawa sendiri sangat terkenal dengan sikap toleransi yang dijunjung tinggi seperti sikap Tepa Slira yang mengajarkan untuk selalu mengukur segala tindakan dengan mengandaikan diri sendiri sebagai patokannya.

Kerukunan beragama menunjukkan kondisi positif dari interaksi antar pemeluk agama. Interaksi antar umat beragama mencerminkan bagaimana agama difungsionalkan dalam konteks sosial. Dalam proses sosial ini, maka kondisi damai dan konflik bagaikan dua sisi mata uang dalam kehidupan manusia. Manusia berhubungan dengan pihak lain dapat berelasi secara asosiatif, tetapi dapat juga dissosiatif. Interaksi yang assosiatif adalah hubungan sosial dalam masyarakat terwujud dari adanya kehendak rasional antar elemen masyarakat, dalam pengertian segala hal yang disepakati bersama dan tidak bertentangan dengan norma dan nilai sosial yang berlaku.

Proses ini mengarah pada semakin kuatnya ikatan antara pihak-pihak yang berhubungan. Di sisi lain, interaksi dissosiatif merupakan bentuk hubungan sosial yang mengarah pada perpecahan atau merenggangnya hubungan sosial antarpihak yang saling berhubungan. Proses ini dapat berbentuk persaingan, kontravensi, maupun pertentangan. Keadaan yang seperti ini bisa menimbulkan sikap intoleran yang mengancam kerukunan umat, walaupun itu hanya ibarat angin lalu. Karena kita saat ini hidup di era yang serba modern, sudah semestinya kita bisa menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Saat ini, intoleransi di Indonesia masih terus menguat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun