Mohon tunggu...
Fitrawan Umar
Fitrawan Umar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan Penulis Buku

Universitas Muhammadiyah Makassar

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Rokok yang Kian "Meng-Urban"

1 Mei 2018   06:39 Diperbarui: 1 Mei 2018   08:27 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: RocketNews24)

Bagi sebagian orang, kopi dan rokok adalah sahabat yang baik. Mereka sulit dipisahkan. Takdir kopi dan rokok pun hampir sama dalam konteks kajian interaksi desa dan kota.

Kopi pernah menjadi hanya milik desa, tetapi belakangan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari denyut nadi kehidupan kota. Wajah kopi yang cenderung tradisional mengalami perubahan cepat dalam dekade terakhir sehingga kini menjadi identik dengan kaum urban. Coffe shop dan cafe-cafe kian menjamur menjadi salah satu penggerak perekonomian suatu wilayah.

Begitu halnya rokok. Bungkusan isap tembakau ini dulu tak lepas dari aroma desa. Perokok tradisional bertumbuh di desa-desa. Mereka mengisap rokok sebagai pelepas lelah usai bekerja -- bertani, berkebun, menangkap ikan, dan sebagainya. Mereka, kaum perokok tradisional, tak mengenal gender. Ibu-ibu desa, dulu, banyak yang mengisap tembakau.

Belakangan, industri rokok kian berkembang. Rokok akhirnya menjadi semacam gaya hidup kaum urban. Boleh dibilang, tidak hanya penduduk yang mengalami urbanisasi, tetapi juga batang-batang rokok. Rokok mengalami urbanisasi atau proses meng-kota. Perusahaan-perusahaan rokok mengubah wajah rokok tradisional menjadi modern -- lewat kemasan dan sejumlah inovasi.

Kini, pasar rokok di kota semakin membesar. Citra perokok sebagai umat desa mengalami pergeseran hingga melekat pada citra kaum urban. Berbeda dengan di desa, rokok di kota tidak hanya untuk kebutuhan teman bekerja dan melepas lelah, tetapi juga adalah gengsi, trend, dan pada sebagian tempat menjadi syarat pergaulan sosial.

Inovasi-inovasi perusahaan rokok akhirnya terus menyasar kaum urban. Dalam hal ini, respons perusahaan-perusahaan luar negeri lebih gesit dibanding perusahaan rokok lokal dalam negeri. 

Terbaru, British American Tobacco merilis produk Dunhill Fine Cut Mild Ultra dengan keunggulan Reduced Smell Technology. Produk ini digadang-gadang mampu mengurangi atau menghilangkan bau rokok yang selama ini mengganggu. Perusahaan multinasional dari London tersebut mengusung slogan Less Smell is More.

Kaum urban memang mulai peduli dengan bau rokok. Sebagai bagian dari pergaulan sosial, asap rokok yang bau bisa mengganggu hubungan pertemanan. Bagi perokok pasif, terutama wanita, aroma asap rokok adalah suatu hal yang menjijikkan. Asap rokok bisa melekat lama di pakaian dan dalam suatu ruangan. Oleh karenanya, inovasi British American Tobacco berpotensi merebut pasar baru urban. Di Indonesia, British American Tobacco diwakili oleh Bentoel Group sebagai pemain lama dalam industri rokok tanah air.

Inovasi-inovasi lain, seperti rasa dan bahkan kemampuan mengurangi dampak buruk kesehatan, akan ditunggu-tunggu oleh perokok urban. Tentu suatu kemajuan luar biasa bila inovasi terkait kesehatan bisa segera diproduksi. Maka suatu saat rokok pun tidak lagi menjadi ladang perdebatan.

Namun, bagi perokok desa, rokok hanyalah rokok. Rokok dan kopi adalah teman baik nelayan saat menangkap ikan laut di bawah langit malam.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun