Islam tidak datang di bumi Nusantara lewat tebasan pedang.
/
Ketika masyarakat Nusantara sudah banyak yang menjadi muslim, maka dakwah para ulama berlanjut ke step yang lebih penting; PEMBENAHAN BUSANA.
Andai semua tahu, bahwa pola busana yang dikenakan oleh masyarakat Nusantara sebelum masuknya Islam, adalah busana top less, tidak menutupi tubuh bagian dada. Laki-laki dan perempuan sama.
Hal ini dibuktikan lewat ukiran lukisan di candi-candi. Silakan datang ke candi Borobudur atau candi Prambandan di Jawa Tengah. Kemudian amati dengan seksama gambar-gambar yang diukir di dinding candi. Pasti kita akan dapati gambar tokoh perempuannya bertelanjang dada semua.
Dan silakan coba lihat dokumen foto masyarakat Bali sebelum era modern. Kita akan terhenyak bahwa perempuan Bali di masa lalu biasa beraktivitas di luar rumah tanpa menggunakan pakaian penutup dada. Top less.
Maha Patih Gajah Mada pun dilukiskan sebagai laki-laki yang bertelanjang dada.
Para ulama tahu betul masalah ini. Mereka harus membenahi pola busana masyarakat Nusantara. Sebab, dalam Islam ada aturan tentang Aurat.
Maka pelan tapi pasti, para ulama memberikan pemahaman tentang busana kaum muslim dan muslimah. Menjelaskan bahwa ada batasan bagian tubuh mana yang boleh terlihat oleh orang lain dan mana yang tidak boleh.
Akhirnya, mereka mulai menjahit baju kurung lantas memakainya.
Dan, lihatlah... Kini kita sudah tidak lagi melihat orang topless di jalan. Kecuali orang gila.