Mendaki gunung merupakan aktivitas berbasis petualangan yang menantang adrenalin. Mendaki gunung tidak serta merta kegiatan mendaki semata. Mendaki membutuhkan proses yang panjang dan penuh perjuangan untuk mencapai puncak.Â
Dalam setiap proses pendakian, terdapat pengalaman yang menarik untuk dikenang dan diceritakan kembali. Suatu proses yang menantang fisik dan mental. Lelahnya terbayar ketika kaki telah menapak di puncak. Pemandangan indah yang terhampar dari ketinggian menenggelamkan diri dalam kepuasan yang tak terukur. Siapapun yang mendaki gunung memegang harapan mencapai puncak dengan selamat dan sehat.Â
Negara kita kaya akan alam dengan laut, pulau, danau, hutan, gunung, dan sebagainya. Setiap alam menyimpan pesonanya masing-masing yang menarik siapa saja untuk menjelajahinya. Keindahan alam yang tiada habisnya membuat kita tidak pernah berhenti untuk menguak segala misterinya.Â
Alam yang indah dan molek tidak selalu mudah ditaklukan. Keindahan itu menyimpan bahaya yang dapat mengancam sewaktu-waktu di saat lengah. Tiada peringatan, salah langkah sedikit, walau sudah berpeluh payah penuh lelah, ia akan dengan mudahnya menenggelamkan tubuh ke dasarnya. Itulah gunung. Gunung yang ingin ditaklukan pesonanya. Medan perjalananan mencapai puncaknya menjadi tantangan besar yang hendak diraih. Namun dalam menaklukan tantangan itu, diri tidak boleh egois. Memahami kemampuan diri menjadi kunci dalam keberhasilan mencapai puncak.
Ketika tekad sudah bulat, persiapan sudah matang, kondisis tubuh prima, tetapi medan pegunungan tidak selalu ramah menyambut kedatangan para pendaki. Terkadang muncul kabut tebal, hujan badai, medan pijakan yang melongsor, dan tanah yang licin. Bila gunung berapi itu tiba-tiba aktif kembali, nyawa pendaki yang sedang berada di tengah perjalanan dapat  terancam. Suhu dingin dan tekanan udara yang tinggi di atas permukaan tinggi dapat membekukan tubuh.Â
Hipotermia mendadak karena udara semakin dingin dengan terpaan angin dan partikel air di udara yang membasahi tubuh. Dehidrasi berat yang mengeringkan bibir dan mengeriputkan kulit tangan, kaki, dan sekujur tubuh membuat rasa dingin semakin menyiksa. Keadaan ini harus segera mendapatkan pertolongan. Mereka yang mengalaminya harus mengganti semua pakaiannya dan tubuh harus terbungkus kain penghangat tubuh. Hipotermia berat dapat mengancam nyawa dengan segera. Pertolongan yang terlambat sedikit saja akan berujung pada pulang dengan tubuh kaku membiru.
Pendakian pada medan yang sulit, licin, Â penuh pasir yang longsor, dan permukaan pijakan yang bergelombang dapat memicu rasa lelah dan tekanan mental. Apalagi medan itu terjal dan membutuhkan dorongan kaki dan tubuh yang kuat agar dapat menanjak naik tanpa terperosok. Pergelangan kaki yang rapuh dengan sepatu yang tidak aman menutupi pergelangan kaki dapat membuat pergelangan kaki terkilir saat berjalan menanjak dan menuruni medan.Â
Tubuh yang bugar dan sehat dengan otot yang terlatih menjadi kunci keberhasilan dalam pendakian gunung. Persiapan untuk mendaki gunung harus dilakukan dengan total dan serius. Latihan berlari dan berjalan berkilo-kilo meter yang dilakukan secara teratur, latihan penguatan otot paha dan core, serta istirahat yang cukup.Â
Perlengkapan mendaki yang sudah betul-betul dipersiapkan dengan matang. Sepatu mendaki model boat anti licin dengan cengkraman yang kuat, jaket anti angin dan dingin yang tebal, kaos dalam yang hangat dan tebal, celana anti air dan dingin, tongkat mendaki, peralatan carabiner dan tali yang kuat, serta tas berisi makanan dan minuman serta pakaian ganti, selimut anti hipotermia, dan obat-obatan yang diperlukan. Persiapan ini harus betul-betul dilakukan.Â